Perluasan dan pemugaran Mesjid Agung memang telah dilaksanakan beberapa kali Namun sempat pula terjadi kontroversi mengenai perubahan tersebut.
Berita pada awal abad ke-19, dilaporkan adanya perbaikan-perbaikan besar pada mesjid yang dulu dikenal dengan Mesjid Sulton itu. Dilaporkan, atap sirap diganti dengan genting, menara ditinggikan dan atapnya disesuaikan dengan bangunan utama. Lantai diganti marmer serta penambahan kolam air wudhu dari tiga menjadi empat buah.
Perubahan yang dilakukan bukan tidak berdampak Penyempurnaan serambi mesjid itu menghilangkan kesan khasnya. Atap berbentuk mustaka yang semula bersusun tiga, kini hanya bersusun dua.
Hal menarik tampak pada foto Mesjid Agung tahun 1893 Pada bangunan tersebut, terlihat unsur-unsur Barat dari gaya klasik semu pada bagian bangunan yang tampak dari bentuk tiangnya.
Berdasarkan penilaian JC Burril, bentuk itu menandakan adanya pengaruh masa Raffles di Jawa dan Sumatera Komentar Burril, Perubahan-perubahan ini ditambah dengan pemakaian tiang-tiang kuno dari model Doric memberikan gedung itu suatu bentuk yang lebih ganjil dan ajaib dari apa yang bisa kita lihat dari gambarnya
Perhatian masyarakat Palembang pada masa sekarang cukup besar. Sekitar dua tahun lalu, Raja Kayu Sumsel HA Halim menyumbang selasar (semacam atap berbentuk lorong) Selasar berbahan fiberglas warna hijau itu membentang dari tempat wudhu hingga pintu masuk mesjid sepanjang lebih kurang 12 meter, Di samping itu, bagian belakang mihrab juga diberi pelindung dan panas dan hujan dengan bahan sejenis
Pada masa pemerintahan Gubernur H Ramli Hasan Basri, diadakan pelapisan marmer pada bagian dinding serambi sementara dinding bangunan utama, juga diberi marmer setinggi satu meter.
Upaya renovasi Mesjid Agung secara menyeluruh, seperti dipaparkan Walikota Palembang Drs H Musni MM di depan gubernur beberapa waktu lalu, telah dirintis sejak 1980 lalu. Saat itu, Yayasan Mesjid Agung (YMA) Palembang bekerja sama dengan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan 1TB,
Rencana renovasi dan pengembangan Mesjid Agung, yang diestimasi dapat menampung 15.000 jemaah dari daya tampung semula 5.000 jemaah itu, membutuhkan dana hingga Rp 22,12 miliar untuk jangka lima tahun. Biaya ini menyangkut pembebasan lahan sekitar Mesjid Agung yang kini merupakan pcmukiman, biaya pengembangan termasuk pembangunan Islamic Centre dan pembuatan taman (landscaping)
Rinciannya, program jangka pendek (2 tahun) dengan dana sekitar Rp 1,4 miliar. Ini meliputi renovasi atap dan kerangka atap. Penggantian rangka atap, genteng, talang air, kuda-kuda, plafon dan lisplang seluas 2.444,5 meter persegi dengan biaya Rp 420,8 juta.
Renovasi lantai meliputi pemasangan marmer seluas 5.485.4 meter persegi dan tangga dengan biaya Rp 645,4 juta Penggantian instalasi listrik, pengadaan kipas angin dan sound system baru dengan biaya Rp 211,4 juta Di samping itu, akan dilaksanakan pengecatan dan pemelituran dinding, plafon, pintu-pintu.jeruji besi dan menara seluas lebih kurang 7.200 meter persegi dengan kebutuhan Rp 94.3 juta
Sementara program pengembangan jangka panjang lima tahun), meliputi upaya peningkatan daya tampung jemaah. Saat ini, lahan mesjid mencapai 15.400 meter persegi, akan diluaskan menjadi 24.900 meter persegi Tahap pengembangan ini meliputi pembebasan tanah seluas 9 500 meter persegi dengan biaya Rp 9,7 miliar Pembangunan mesjid, selasar dan islamic Centre yang diperkirakan menelan biaya sebesar Rp 10,2 miliar.
Upaya yang dilakukan untuk merealisasikan rencana tersebut dilaksanakan Pemda Sumsel, Pemda Palembang bersama YMA dengan menghimpun partisipasi masyarakat di samping bantuan APBN, APBD I dan APBD II. Selain itu, diupayakan juga bantuan dari negara-negara Islam seperti Malaysia. Brunei Darussalam dan negara Timur Tengah.
Antusiasme masyarakat pun tampak dari sumbangan yang terkumpul di ‘Dompet Mesjid Agung’ yang dibuka atas kerjasama Pemda Palembang, YMA dan Sriwijaya Post. Wadah partisipasi masyarakat tersebut ditutup pada September 1998 lalu dengan dana sejumlah Rp 41,4 juta. Sriwijaya Post pun kembali akan membuka ‘Dompet Mesjid Agung’ melalui Bank Bali Cabang Kol Atmo dengan rekening No 630104171.1 mulai hari ini, Rabu (21/4).
Gubernur Sumsel H Rosihan Arsyad pun membentuk panitia renovasi dengan gubernur sebagai Ketua Urnum dan walikota Palembang sebagai Ketua Pelaksana. Pemda Sumsel mengalokasikan dana sebesar Rp 1 miliar dari APBD 1999/2000 Menurut Rosihan, Pemda juga akan mengalokasikan dana setiap tahun untuk program tersebut.
Di samping itu, atas nama Siiaturahmi Masyarakat Sumsel. Rosihan membuka sumbangan melalui Bank Sumsel dengan rekening No 300.07. 01.253 ‘Umpan’ pemda ini, segera ditangkap para konglomerat Sumsel yang memberikan sumbangan saat si laturahmi di Griya Agung Sabtu (10/ 4) lalu.
Dalam acara yang dihadiri sekitar 200 pengusaha itu, sebanyak Rp 1,6 miliar terkumpul. Konglomerat yang menyumbang adalah Kms HA Halim Rp 1 miliar, Amen Mulia Rp 100 juta serta PT TEL Rp 100 juta, PT BA, Budi Bakti Prima, Pusri, Barito Group, Thamrin Bersaudara masing-masing Rp 50 juta.
Untuk penggalangan dana dari masyarakat Sumsel perantauan di Jakarta, Sumsel mengirimkan tim kesenian dalam acara SMS di Balairung Sapta Pesona Kantor Menparsenibud Jakarta besok, Kamis (22/4). Selain penampilan kesenian Sumsel, akan digelar juga lelang 60 lukisan karya pelukis nasional asal Palembang Amri Yahya.