Jejak-jejak Masa Perang Dunia Ke-II, di Dusun Gili Trawangan, Desa Gili indah,Kec. Pemenang, Lombok Utara

0
5161
kemendikbud

Kabupaten Lombok Utara pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Barat yang termasuk dalam 15 (lima belas) Kecamatan yaitu Kecamatan Bayan, Gangga, Kayangan, Tanjung, Pemenang, Gunungsari, Batulayar, Narmada, Lingsar, Labuapi, Kediri, Kuripan, Gerung, Lembar dan Sekotong Tengah. Seiring dengan terjadinya perkembangan yang menuntut pelayanan administrasi pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan masyarakat yang maksimal tercetus keinginan warga masyarakat Kabupaten Lombok Barat bagian Utara untuk mengusulkan pemekaran Kabupaten lombok Barat bagian Utara menjadi Kabupaten Lombok utara. Alasan pemekaran Kabupaten ini adalah dalam rangka percepatan pembangunan dan pendekatkan pelayanan masyarakat yang mana dengan dipindahkannya Ibukota Kabupaten lombok Barat di Gerung berimplikasi pada semakin jauhnya jarak tempuh masyarakat Lombok Barat bagian utara ke pusat pemerintahan Kabupaten.

Kabupaten Lombok Utara memiliki pesona alam yang indah. Hal tersebut mendukung bertumbuhnya usaha di bidang pariwisata. Wisata alam yang menjadi primadona adalah wisata pantai yang terpusat di Tiga Gili yaitu Gili Air, Gili Trawangan dan Gili Meno di Kecamatan Pemenang. Selaiin itu wisata budaya juga menjadi pilihan wisatawan. Salah satu barometer perkembangan pariwisata di Kabupaten Lombok Utara adalah jumlah hotel dan restoran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah hotel bintang tahun 2011 sebanyak 4 buah dengan kapasitas kamar sebanyak 116 kamar tidur. Sedangkan jumlah hotel melati sebanyak 354 hotel yang umumnya terdapat di tiga gili. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel  di Lombok Utara tahun 2011 mencapai 337.646 wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Lombok Utara didominasi oleh  wisatawan wisatawan mancanegara.

Dari kegiatan inventarisasi yang telah dilaksanakan di Gili Trawangan, tim menemukan empat buah goa pertahanan Jepang, dua buah pegangan meriam, satu buah meriam. Dari data yang dikumpulkan, daerah Gili Trawangan merupakan tempat yang sangat menarik dan telah menjadi objek wisata pantai dan bawah air. Banyak wisatawan datang hanya untuk menikmati suasana yang santai, nyaman, dan menyelam. Selain tinggalan arkeologi yang ditemukan di darat, Gili trawangan juga menyimpan tinggalan arkeologi bawah air berupa kapal karam Japanise Wreck dan Bounty Wreck yang menjadi daya tarik wisatawan untuk menyelam selain memang trumbu karang dan ikan hias yang sangat menarik untuk dilihat di dalam air. Dengan adanya cagar budaya darat dan cagar budaya bawah air di daerah Gili Trawangan menjadikan tempat ini begitu spesial, selain memang Gili Trawangan adalah salah satu objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatwan asing dan dalam negeri. Dalam hal ini perlu adanya pengelolaan yang benar-benar terpadu agar Gili Trawangan bias menjadi objek Cagar Budaya dan objek wisata yang tetap asri.

Goa Pertahanan Jepang merupakan goa buatan manusia yang dibuat pada masa pendudukan Jepang di Indonesia antara tahun 1942 sampai dengan 1945. Terdapat empat buah goa yang letaknya berdekatan dan berada di satu bukit (dataran tinggi) kars (kapur) dengan ketinggian 62 meter DPL, lahan atau tanah ini merupakan lahan milik pribadi yaitu bapak Fahmi, dari informasi masyarakat lahan ini rencananya akan di bangun hotel. Dari tempat ini kita bisa melihat langsung ke laut lepas dan dapat pula melihat Pulau Lombok, Pulau Bali. Goa ini berfungsi sebagai goa pertahanan sekaligus sebagai goa pengintaian. posisi goa sengaja dibuat pada empat arah mata angin, tampaknya setiap goa dilengkapi masing-masing dengan sebuah meriam tetapi saat ini hanya 1 buah meriam yang tersisa, dan 2 buah pegangan meriam.

Letak Goa Jepang

Goa Jepang I
No.Inventarisasi
Bangunan : 2/15-05/BNG/40
Benda : 1/15-05/BND/01
Goa ini memiliki kedalaman : 7,48 meter, Tinggi goa : 2,77 meter, Lebar goa : 4,9 meter, Tebal dinding : 55 Cm. menggunakan bahan Beton, Kondisi saat ini tidak utuh dan bagian dalam sudah roboh Goa jepang I ini terletak pada koordinat 50 L 0393618, 9076033 UTM. Mulut goa menghadap kea rah Barat, langsung melihat pantai. Terdapat satu buah pegangan meriam di dalam goa, untuk saat ini meriam telah hilang (tidak ada). Pegangan Merian terbuat dari bahan besi baja, kondisi saat ini sudah berkarat. Pegangan meriam ini memiliki ukuran Tinggi : 46 Cm, Panjang :64 Cm, Lebar : 33 Cm, dan Tebal : 9,5 Cm.

Goa Jepang 1      Pegangan Meriam 1

Goa Jepang II
No.Inventarisasi : 2/15-05/BNG/41
Goa ini memiliki kedalaman 26,7 Meter, Tinggi goa : 1,8 Meter, Lebar goa : 4,19 Meter, Tebal mulut goa : 1,40 Meter. menggunakan bahan Beton, Goa Jepang II ini terletak agak jauh dari goa Jepang I, posisi
goa berada di sisi Timur menghadap ke Timur arah laut dan Pulau Lombok. goa ini terletak pada koordinat 50 L 0393656, 9075988 UTM. Goa ini lebih dalam dari goa I, di goa ini tidak terdapat meriam, terlihat goa belum selesai dikerjakan.

Mulut Goa II   Bagian Dalam Goa

Goa Jepang III
No.Inventarisasi : 2/15-05/BNG/42
Goa ini memiliki kedalaman : 18,14 Meter, Tinggi goa : 2,44 Meter, Lebar Mulut goa : 4,11 Meter. menggunakan bahan Beton dan pemanfaatan Batu alam.
Goa ini letaknya tidak terlalu jauh dari Goa II, berada di sebelah Utara, tepatnya pada koordinat 50 L 0393650, 9076007 UTM. Bentuk goa ini persegi, pada bagian ujung goa terdapat persimpangan, ada kemungkinan bahwa goa ini direncanakan menyambung/menuju ke Goa II, akan tetapi pengerjaan goa ini belum selesai. Kondisi saat ini kurang terawat. Ditemukan banyak sekali sisa-sisa batu bekas pengerjaan goa berserakan di lantai goa.

Mulut Goa III  bagian dalam goa III

Bangunan Cagar Budaya Goa Jepang 4
No.Inventarisasi : 2/15-05/BNG/43
Goa ini memiliki kedalaman : 6,8 Meter, Tinggi Goa : 5,6 Meter, Tebal dinding mulut Goa : 110 Cm, Lebar Goa : 5,28 Meter.
menggunakan bahan Beton  Goa Jepang IV ini berada di sisi Selatan menghadap laut lepas, pada koordinat 50 L 0393585, 9075959 UTM. Saat ini kondisi goa sangat memprihatinkan, tampaknya goa ini runtuh karena terdapat jejak longsor di bagian belakang mulut goa. Saat ini goa ini menjadi sebuah ceruk. Goa ini mempergunakan bahan batu semen (beton) dan menggunakan kerangka besi. Menurut informasi masyarakat dulu sering mengambil rangka besi goa untuk keperluan pribadi mereka. Ada kemungkinan hal itulah yang menyebabkan goa ini runtuh. Terdapat juga sisa runtuhan mulut goa di sisi sebelah kanan. Menurut informasi masyarakat dulu disini terdapat pegangan meriam komplit dengan meriamnya. Saat ini pegangan meriam dipindahkan ke Masjid Baitul Rahman Gili Trawangan di letakkan di halaman depan
Masjid, sedangkan meriamnya terjatuh ke bawah bukit.

Goa Jepang IV

Meriam
No.Inventarisasi : 1/15-05/BND/03
Memiliki ukuran : Panjang : 5,69 Meter, Tebal : 4 Cm, Diameter depan : 19,5 Cm, Diameter pangkal 21 Cm
Bahan : Baja, Kondisi masih utuh, kurang terawat
Deskripsi : meriam terjatuh ke bawah bukit, pada posisi koordinat 50 L 0393522, 9075995 UTM. Jika ditarik garis lurus ke atas posisi meriam pas berada di bawah goa 4. Karena sangat berat masyarakat tidak dapat memindahkan meriam tersebut.

Meriam Goa Jepang IV

Peganggan Meriam
No.Inventarisasi : 1/15-05/BND/02
memiliki ukuran : Tinggi : 76 Cm, Lebar : 33 Cm, Tebal : 9.5 Cm, Panjang 64 Cm
Bahan : Baja, Kondisi masih utuh, Saat ini pegangan meriam dipindahkan ke Masjid Baitul Rahman Gili Trawangan di letakkan di halaman depan Masjid.

Pegangan Meriam Goa Jepang IV

Menurut data sejarah pada tanggal 18 mei 1942, angkatan laut Jepang dengan dilindungi pesawat-pesawat tempur mendarat di Ampenan. Tanggal 12 mei 1942 angkatan darat Jepang mendarat pula di labuhan Haji Lombok Timur, dan sejak tahun itu pemerintahan Belanda berakhir di Lombok. Pendaratan Jepang di Lombok tidak mendapatkan perlawanan sedikitpun dari Belanda, hal ini memberikan kesadaran kepada para penduduk bahwa orang eropa, khususnya Belanda ternyata takut juga kepada orang kulit berwarna.

Pada mulanya peralihan pemerintahan dari Hindia Belanda ke tangan Jepang disambut lega oleh pemimpin-pemimpin pergerakan kemerdekaan di Lombok. Jepang melaksanakan rapat yang dihadiri oleh pemuda dan pemimpin rakyat di Kota Selong, Lombok Timur tepatnya di bekas kantorControleur Belanda. Saat itu seorang pemimpin Angkatan Darat Jepang yang berpangkat kapten menjelaskan bahwa maksud dari perang Asia Timur Raya adalah untuk membebaskan rakyat dari penindasan bangsa barat.Hal ini disambut gembira dan rasa optimis dari rakyat, karena rakyat memiliki harapan besar untuk kebebasan dan kemerdekaan.Kekuatan tentara Jepang pada saat itu berada di Lombok Barat seluruhnya bermarkas di Mataram.

Pada masa pemerintahan Jepang pulau Lombok terbagi menjadi tiga daerah yaitu Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Masing-masing daerah diperintah oleh seorang yang berpangkat Bun Ken Kanrikan, jabatan distrik dirubah menjadi Gunco, Kepala Desa menjadi Sun Co. Pucuk pimpinan tertinggi untuk daerah Lombok disebut Ken Kan Rikan, selanjutnya jabatan-jabatan penting lainnya juga segera diadakan seperti : kepolisisn, urusan bahan makanan dan urusan pemotongan hewan. Pemerintahan Jepang dijalankan dengan tangan besi, untuk keperluan pertahanan dan keamanan pada tahun 1943 Jepang menetapkan bahwa :

  1. Pemuda yang berumur 14-22 tahun dikerahkan menjadi Seinendan
  2. Pemuda yang berumur 23-35 tahun dikerahkan menjadi Keibodan
  3. Pemuda yang berumur 18-25 tahun dikerahkan menjadi Heiho

Segera setelah Jepang berkuasa, rakyat langsung mengalami penderitaan. Sebagian besar hasil pertanian dan harta benda seperti emas, perak, keris, dan pedang dikumpulkan untuk perbekalan perang Asia Timur Raya. Para petani diwajibkan menanam jarak dan bahan pakaian untuk membuat pakaian, pintal atau tenunan yang ditemui akan disita, rakyat hanya boleh memintal dan menenun untuk Jepang dengan sistem bagi hasil yang sangat tidak adil. Akibatnya rakyat terancam kelaparan dan tidak memiliki pakaian. Sangat ironis di tengah-tengah rakyat yang kelaparan padi menumpuk sampai tumbuh melebat di kantor desa karena tak sempat ditumbuk. Apabila rakyat tidak lancar dalam menyerahkan padi maka lumbung-lumbung digeledah, bagi rakyat yang tidak mengumpulkan padi maka akan dihadapkan ke muka Kenpetai (POMAD), dan Toketai (POMAL) yang keganasannya sangat terkenal pada saat itu.Jika rakyat sakit maka hanya dibawa ke dukun, sehingga tidak heran sakit yang diderita rakyat semakin parah dan tak jarang berakhir dengan kematian.

Pada masa pendudukan Jepang rakyat juga dikerahkan menjadi pekerja paksa (Romusa) untuk membangun benteng-benteng pertahanan, tempat persembunyian di daerah pantai-pantai, gunung-gunung, dan hutan belantara. Adapun lokasi pembangunannya tersebar di beberapa wilayah seperti : Lembar, Tanjung Ringgit, Lendang Marang, Rambang, Bangko-bangko, Labuan Lombok, dan Gili Trawangan. Banyak dari pekerja itu tewas terserang malaria dan dibiarkan mati kelaparan. Dan yang sangat memilukan, pihak Jepang mengambil gadis-gadis pribumi dengan paksa dan dijadikan Geisha (pelacur) untuk memuaskan nafsu bejat tentara Jepang.

Selama pendudukan, politik isolasi juga dijalankan secara ketat oleh pemerintah Jepang. Media-media komunikasi masa seperti radio dan surat kabar banyak disensor atau disegel. Hal tersebut dilakukan untuk membatasi ruang gerak dan informasi masyarakat, media massa hanya digunakan untuk propaganda Jepang semata. Rakyat Lombok hanya mengetahui apa yang disampaikan oleh pihak Jepang dan sama sekali tidak paham dengan apa yang terjadi di dunia luar.

Ketika saat pesawat sekutu bertubi-tubi menghantam tempat pertahanan Jepang yang strategis seperti pelabuhan Ampenan, Lembar dan lainnya. Adanya aktivitas untuk membuat lubang-lubang persembunyian dan menurunnya semangat juang tentara Jepang semakin meyakinkan bahwa pihak Jepang pasti akan kalah. Pada bulan Januari 1945 terjadi upaya perpindahan besar-besaran tentara Jepang dari Timor, Flores, Sumbawa dan pulau Lombok menuju ke pulau Jawa melalui pelabuhan Lembar. Di Lombok Timur tentara Jepang terkonsentrasi di daerah Lendang Marang Kota Raja. Penyerahan Jepang baru dapat diketahui di pulau Lombok melalui pengumuman Ken Kang Rikan pada tanggal 26 September 1945. Kemudian dilakukan serah terima pemerintahan dari Ken kang Rikan kepada Raden Nuna Nuraksa.