Kegiatan perencanaan pemagaran situs Pura Batur Kaja Pura Batur Kaja, Dusun Kalembang, Desa Rejasa, Kec. Penebel, Kab. Tabanan, Provinsi Bali ini dilaksanakan pada tanggal 25 – 27 Agustus 2014 melibatkan sebuah tim yang beranggotakan 6 orang, dengan susunan sebagai berikut :
- Ketua Tim : Andi Syarifudin, SS
- Pengumpul Data Arkrologi : I Gusti Ngurah Agung Wiratemaja, SS
- Perancang RAB Pemagaran : I Wayan Sukarya Adi Putra
- Juru Foto : I Made Rahman
- Juru Bantu : Dewa Made Budiasa
- Juru Bantu : Anak Agung Yoga
Situs cagar budaya Pura Batur Kaja berlokasi di Dusun Kalembang, Desa Rejasa, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Jarak tempuh dari Kota Kecamatan ± 10 Kilometer, dari Kota Kabupaten ± 17 Kilometer dan dari Ibu kota Provinsi berjarak ± 54 Kilometer. Pura ini berada di tengah – tengah pemukiman penduduk yang berhawa cukup sejuk. Di sebelah barat Pura merupakan pemukiman penduduk, di sebelah timur tegalan, sebelah utara tegalan, dan sebelah selatan pura merupakan pemukiman penduduk.
Desa Rejasa dimana situs Pura Batur Kaja berada berbatasan dengan desa – desa lainnya antara lain : sebelah Utara Desa Tegallinggah, sebelah Selatan Desa Timpag, sebelah Barat Desa Pesagi, dan di sebelah Timur adalah Desa Jegu. Pura Batur Kalembang berada pada koordinat 50 L 029 2117, UTM 9065 751, dengan ketinggian 333 M dari permukaan air laut.
Pura Batur Kaja merupakan salah satu pura yang menyimpan tinggalan arkeologi yang berasal dari tradisi megalitik berupa bentuk tahta batu yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah arsitektur sederhana yang menyerupai singgasana atau Padmasana yang ada saat ini, dan terbuat dari batu alam. Tahta batu tersebut sangat terawat dengan baik, dihormati, dan masih dipergunakan sebagai media pemujaan oleh masyarakat hingga saat saat ini (living monument). Pura ini memiliki tiga halaman yaitu: halaman dalam (Jeroan), halaman tengah (Jaba Tengah), dan halaman luar (Jaba Sisi). Halaman pertama yang disebut dengan Jeroan dikelilingi oleh tembok atau pagar dari batu bata dan untuk menuju ke halaman Jeroan dibatasi oleh bangunan candi bentar, demikian halnya juga dari Jaba Sisi menuju ke Jaba Tengah dibatasi juga dengan candi bentar.
Tinggalan arkeologi yang tersimpan di Pura Batur Kalembang berupa tahta batu yang berjumlah 10 buah, dengan rincian 8 buah ada di halaman Jeroan dan 2 buah berada di halaman Jaba Tengah, 8 buah tahta batu yang ada di Jeroan 4 buah menghadap ke Selatan dan 4 buah lagi menghadap ke barat, sedangkan 2 buah lagi yang ada di jaba tengah menghadap ke arah Barat. Salah satu contohnya adalah tahta batu terbuat dari susunan batu alam dengan gaya arsitektur yang sangat sederhana, berbentuk sebuah bebaturan terdiri dari bebaturan bagian atas, bagian badan, dan bagian dasar. Bebaturan bagian terdiri atas 3 buah batu alam membentuk sebuah dinding bagian belakang, samping kiri dan samping kanan yang difungsikan sebagai tempat menghaturkan sesajen pada saat upacara keagamaan berlangsung, yang diperuntukkan kehadapan Dewi Sri. Demikian pula halnya tahta batu yang lainnya yang memiliki bentuk, ukuran dan bahan yang hampir sama, namun yang membedakannya adalah Dewa yang berstana atau melinggih di tahta batu tersebut seperti stana dari Dewi Sri, Dewi Durga, Dewa Ratu Ida Gede Batur, Dewa Siwa, Dewa Ratu Wayan, Dewa Wisnu, Dewa Ratu Nyoman, dan Dewa Ratu Wayan Dimade.Tinggalan tersebut berada di halaman terbuka tanpa balai pelindung, dengan kondisinya sekarang banyak yang ditumbuhi jamur dan lumut sehingga hal tersebut dapat mengurangi keindahannya, sehingga perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut.Keadaan saat ini pagar keliling Pura batur Kaja dalam kondisi banyak yang aus terutama yang mengelilingi di halaman jeroan.
Dari beberapa tinggalan arkeologi di Pura Batur Kaja, Banjar Kalembang, Desa Rijasa, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan ada pagar yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu program perencanaan perlu dilaksanakan di Pura Batur Kaja, di mana bagian sisi luar Pura ini secara langsung berbatasan dengan ladang penduduk dan rumah-rumah penduduk, sehingga kurang terjamin keamanannya. Kondisi pagar yang ada saat ini dibuat sekitar tahun 1980 kondisinya sudah tidak memadai. Beberapa bagian bangunan ini telah mengalami kerusakan seperti bagian atap tembok yang lepas karena bahan perekat yang digunakan terbuat dari campuran pasir dan kapur, pondasi tembok yang melesak, bagian badan yang mengalami aus karena termakan usia. Dari berbagai kerusakan itu dapat disimpulkan bahwa bangunan ini layak diperbaiki, sehingga perlu mendapatkan perencanaan perbaikan sebagai berikut :
- Pembersihan Lapangan
Mengawali kegiatan pemagaran dilakukan upaya pembersihan areal sepajang 81.42 m dengan lebar 1 m dari hal-hal yang mengganggu aktivitas pekerjaan. Pembersihan lapangan meliputi : pembersihan lingkungan dan pembersihan pada obyek pekerjaan (bangunan yang akan diperbaiki)
- Pembuatan Perancah atau Stager
Untuk dapat mencapai sasaran di tempat yang tinggi maka diperlukan perancah atau stager agar mudah dalam melakukan aktivitas. Perancah atau stager dibuat atau dipasang yang menggunakan bahan dari besi dikombinasikan dengan menggunakan bambu. Perancah atau stager ini dibuat dengan memperhitungkan kemudahan jangkauan diatas tempat yang tinggi dan juga faktor keselamatan bekerja.
- Pekerjaan Pasangan Bowplank
Pemasangan bowplank bertujuan untuk mengetahui posisi titik ukuran bangunan maka dipasang patok bouwplank pada bagian sudut pagar dan pertemuan pagar yang tiap-tiap bowplank dibuat sepanjang 2 m, semua ukuran diletakan ke dalam bouwplank untuk dapat membantu dalam pemasangan kembali nantinya.
- Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan galaian tanah pondasi dilaksanakan sepanjang 81.42 m dengan lebar galian 0.5 m dan sedalam galian 0.5 m, untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, unsur tanah mutlak harus diperhatikan dilakukan melalui penggalian pondasi untuk mengetahui struktur tanah dan daya dukung tanah yang dimiliki oleh tanah dasar. Penggalian dilakukan sampai pada lapisan tanah keras untuk mendapatkan kepastian tanah sebagai penopang bangunan dapat memikul beban bangunan di atasnya.
- Pekerjaan Urugan Tanah
Pekerjaan urugan tanah ini dilaksanakan setelah penggalian pondasi selesai dilakukan. Pekerjaan ini bertujuan untuk meratakan galian pondasi bangunan, merata diseluruh bidang bekas galian pondasi.
- Pekerjaan Urugan Pasir
Pasir urug ditempatkan di atas urugan tanah pondasi sepanjang 81.42 m dengan lebar galian 0.5 m dan ketebalan 0.05 m yang berfungsi untuk meratakan tekanan beban sebelum sampai pada tanah dasar . Ketebalan urugan pasir, ditabur merata pada dasar galian, dipadatkan dan disiram dengan air secukupnya.
- Pekerjaan Pasangan
- Pekerjaan Pasangan Batu Kosong
Pasangan batu kosong ini ditempatkan diatas urugan pasir, diratakan kembali dengan menaburkan pasir untuk menutup celah-celah antar batu yang dipasang. Pasangan batu kosong ini bertujuan untuk menstabilkan beban yang akan sampai pada bagian pondasi bangunan nantinya.
- Pekerjaan Pondasi Batu Kali
Pondasi berfungsi untuk memikul berat bangunan sebelum diteruskan ke bawah. Maka pondasi amat perlu dibuat dengan kontruksi yang memadai untuk mendapatkan daya dukung yang baik. Material pondasi menggunakan pasangan batu kali dengan adonan 1Pc : 5Psr.
- Pekerjaan Style Bali
- pasangan sytle bali dikerjakan pada bagian pagar sepanjang 81.42 m dengan tinggi 1,3 m dan pada tiap-tiap sudut dibuatkan paduraksa
- Bahan yang digunakan batu bata dan padas berkualitas baik
- Pemasangan dilakukan dengan sistem susun tumpuk, menerapkan susunan kop dan trek.
- Tata cara pemasangan dengan menggosokan antara unsur satu dengan yang lainya dengan menggunakan perekat portland semen.