Pemutaran Bisokop Keliling di SMP Negeri I Ubud

0
539

Giri Prayoga, ST

Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali


Latar Belakang

Bioskop adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor. Beraneka judul dan jenis film disuguhkan dan ditayangkan di bioskop-bioskop yang jumlahnya terbatas dan hanya segelintir orang yang bisa menikmati dan menyaksikan film-film yang ditayangkan di bioskop sebagai media hiburan dan pendidikan, baik film yang diproduksi oleh nasional maupun film produk impor. Penyajian film juga mengikuti selera pasar, ada yang berupa sinetron yang dapat disaksikan setiap hari melalui media televisi dan sinema layar lebar yang hanya bisa disaksikan di bioskop.

Konsep cinema edutainment, dimana sistem pengajarannya disampaikan lewat movies yang diputar. Konsep ini merupakan konsep pembelajaran yang revolusioner dan menyenangkan dengan memanfaatkan teknologi multimedia. Dengan menggabungkan antara hiburan dan pendidikan melalui pemutaran sinema dengan menggunakan proyektor digital mampu menarik minat dan perhatian masyarakat.

Media informasi dalam bentuk film sangat efektif untuk menyampaikan pesan pendidikan, budaya, dan sebagainya, karena seseorang yang menyaksikan sebuah tayangan film tanpa disadari akan terbawa ke dalam alur cerita film tersebut, sehingga sebuah film sering kali mampu meninggalkan pesan positif dan kesan negatif yang mampu diserap oleh para penonton baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Bioskop keliling yang disingkat “Bioling” merupakan salah satu program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang direalisasi melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar. Alasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan bioskop keliling adalah sebagai sarana untuk mengkomunikasikan kebudayaan, menstimulus munculnya film nasional dengan pesan edukatif agar masyarakat di daerah dapat memiliki kesempatan untuk menikmati karya-karya sinema tanah air yang bermutu.

Sehubungan dengan hal tesebut Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar wilayah kerja Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, sebagai instansi yang mempunyai tugas dan fungsi dalam pelestarian cagar budaya, menganggap perlu melaksanakan pemutaran film bioskop keliling kepada generasi muda, yang dalam hal ini anak-anak sekolah  khususnya anak-anak tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan khususnya sejarah, dan kebudayaan dalam upaya peningkatan nilai-nilai nasionalisme kepada anak didik.

 

Materi 

Pemutaran Film Bioskop Keliling ini dilaksanakan oleh sebuah tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar, Wilayah Kerja Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dengan menghadirkan sekitar 200 orang siswa dan siswi.

Kegiatan “Bioling” yang dilaksanakan di  Sekolah Menengah Pertama   Negeri I Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, dimulai pada pukul 10.00 Wita dan diawali dengan perkenalan yang dilakukan oleh Ketua Tim “Bioling”. Film yang diputarkan pada kesempatan ini berjumlah dua buah dengan judul “Pelangi di Waerebo” dan “Tanah Surga, Katanya…”. Kegiatan “Bioling” dilaksanakan di SMP Negeri I Ubud. Acara diawali dengan pemutaran film “Pelangi di Waerebo”. Film ini memiliki durasi kurang lebih 15 menit dengan mengangkat cerita keseharian masyarakat di Kampung Waerebo. Kampung Waerebo terletak di Pulau Flores, Kabupaten Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Waerebo memiliki ke khasan tersendiri dalam pelestarian cagar budaya, upaya pelestarian cagar budaya telah dilaksanakan dengan mempertahankan keberadaan rumah adat mereka yang sangat unik.

Film “Tanah Surga, Katanya…..” merupakan sebuah film yang berceritra tentang Hasyim. Setelah meninggalnya istri tercinta, Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965, memutuskan tidak menikah. Ia tinggal bersama anak laki-laki satu-satunya yang juga menduda, dan dua cucunya: Salman dan Salina. Hidup di perbatasan Indonesia dan Malaysia merupakan persoalan tersendiri bagi mereka, karena keterbelakangan pembangunan dan ekonomi.

Haris mencoba membujuk ayahnya untuk pidah ke Malaysia dengan alasan di sana lebih menjanjikan secara ekonomi dibandingkan tetap tinggal di wilayah Indonesia. Hasyim bersikeras tidak mau pindah. Baginya kesetiaan pada bangsa adalah harga mati.

Persoalan semakin meruncing ketika Hasyim tahu bahwa Haris ternyata sudah menikah dengan perempuan Malaysia dan bermaksud mengajak Salman dan Salina. Salman yang dekat dengan sang kakek memilih tetap tinggal di Indonesia. Bukan hanya itu, Hasyim yang tua pun sakit dan dirawat oleh dr.Anwar. Karena penyakitnya parah, Hasyim dibawa dengan menggunakan perahu. Sayang, nyawa Hasyim tak tertolong. Peliknya, itu terjadi bersamaan dengan teriakan Haris atas kemenangan kesebelasan Malaysia atas Indonesia.

Simpulan

  • Penyebarluasan informasi tentang film bermutu yang memiliki nilai nasionalisme disambut dengan antusias terbukti dari jumlah penonton yang cukup banyak dan tidak berkurang sampai film selesai diputar. Bagi mereka kegiatan ini dapat menambah ilmu pengetahuan, nilai sejarah dan kebudayaan, serta secara lebih khusus dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai penting yang terdapat dalam sebuah film.

 

Saran

  • Untuk meningkatkan pemahaman dan pengembangan tentang arti penting nilai-nilai nasionalisme kepada generasi mendatang, sebaiknya kegiatan pemutaran biskop keliling tetap dilakukan setiap tahun.
  • Penambahan jumlah kegiatan perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan nasionalisme siswa siswi dan menambah pengetahuan mereka tentang kebudayaan lain di Indonesia, sehingga semakin banyak siswa siswi yang mengenal kebudayaan yang terdapat di Indonesia, tidak hanya budaya yang ada di tempat mereka sendiri.