Desa Tenganan merupakan salah satu desa tradisional yang berada di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Desa Tenganan biasa disebut juga sebagai Desa Bali Aga yang dimana Desa Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan. ada beberapa versi asal usul nama Tenganan, versi pertama kata Tenganan berasal dari kata “Tengah” atau “Ngatengahang” yang memiliki arti “bergerak ke daerah yang lebih dalam”, sedangkan versi kedua ada yang mengatakan bahwa masyarakat Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, yang dulu disebut sebagai Bedahulu. Menurut cerita rakyat, Raja Bedahulu pernah kehilangan salah satu kudanya dan orang-orang mencarinya ke Timur. Kuda tersebut ternyata ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, orang kepercayaan sang raja. Atas loyalitasnya, Ki Patih tunjung Biru mendapatkan wewenang untuk mengatur daerah yang memiliki aroma dari bangkai (carrion) kuda tersebut. Ki Patih mendapatkan daerah yang cukup luas karena dia memotong bangkai kuda tersebut dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Itulah asal mula dari daerah Desa Tenganan. Rumah di Tenganan memiliki ciri khas yang sama satu dengan yang lainnya, yaitu campuran bata merah, batu sungai, dan tanah, sedangkan bentuk dan ukuran yang relatif sama, dengan ciri khas berupa pintu masuk yang lebarnya seukuran orang dewasa. Kain Pegringsingan merupakan hasil cipta karya dari masyarakat Tenganan, kain pegringsingan berasal dari kata “Gring” yang berarti Sakit dan “Sing berarti Tidak, sehingga bila digabungkan menjadi tidak sakit, kain pegringsingan memiliki artifiah sebagai penolak bala.Desa Tenganan merupakan salah satu desa tradisional yang berada di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Desa Tenganan biasa disebut juga sebagai Desa Bali Aga yang dimana Desa Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan. ada beberapa versi asal usul nama Tenganan, versi pertama kata Tenganan berasal dari kata “Tengah” atau “Ngatengahang” yang memiliki arti “bergerak ke daerah yang lebih dalam”, sedangkan versi kedua ada yang mengatakan bahwa masyarakat Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, yang dulu disebut sebagai Bedahulu. Menurut cerita rakyat, Raja Bedahulu pernah kehilangan salah satu kudanya dan orang-orang mencarinya ke Timur. Kuda tersebut ternyata ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, orang kepercayaan sang raja. Atas loyalitasnya, Ki Patih tunjung Biru mendapatkan wewenang untuk mengatur daerah yang memiliki aroma dari bangkai (carrion) kuda tersebut. Ki Patih mendapatkan daerah yang cukup luas karena dia memotong bangkai kuda tersebut dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Itulah asal mula dari daerah Desa Tenganan. Rumah di Tenganan memiliki ciri khas yang sama satu dengan yang lainnya, yaitu campuran bata merah, batu sungai, dan tanah, sedangkan bentuk dan ukuran yang relatif sama, dengan ciri khas berupa pintu masuk yang lebarnya seukuran orang dewasa. Kain Pegringsingan merupakan hasil cipta karya dari masyarakat Tenganan, kain pegringsingan berasal dari kata “Gring” yang berarti Sakit dan “Sing berarti Tidak, sehingga bila digabungkan menjadi tidak sakit, kain pegringsingan memiliki artifiah sebagai penolak bala.