Arca Sederhana Dari Desa Depaa Dipamerkan Di Museum Arkeologi Gedong Arca

0
2074

Arca Sederhana berjumlah dua buah ini ditemukan di Desa Depaa, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Pada tanggal 27 Agustus 1978 diserahkan kepada Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Bali oleh Bapak Ketut Tjerana.

Arca sederhana merupakan suatu bentuk perwujudan dari nenek moyang atau leluhur yang sudah meninggal. Tradisi pengarcaan ini sudah ada sejak jaman prasejarah masa perundagian yang biasa disebut dengan “tradisi megalitik” pada masa ini sudah berkembang suatu kepercayaan terhadap energi-energi diluar nalar manusia yaitu munculnya kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Pada masa itu arti dan fungsi lebih penting dari pada seni bentuk. Kesenian pada masa itu bersifat lambang “simbolis” dimana gambar manusia mencerminkan nenek moyang (kesaktian/kekuatan) yang melindungi mereka. Aspek sebagai pelindung dan penolak bahaya/kejahatan merupakan salah satu kepercayaan yang hidup pada saat itu.

No. Registrasi: 1/14-4/BB-M.Ar/239

Nama Artefak: Arca Sederhana 

Bahan: Padas

Ukuran: Tinggi 20 cm, Lebar 9 cm, Tebal 9 cm

Periode: Tradisi Megalitik Berlanjut

Status Kepemilikan: Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, Koleksi Museum Arkeologi Gedong Arca

Deskripsi: Arca sederhana dalam sikap berdiri, bagian mata aus, hidung tebal, bibir tebal, telinga panjang, kedua tangan di depan dada, serta kaki kiri patah.

 

No. Registrasi: 1/14-4/BB-M.Ar/240

Nama Artefak: Arca sederhana

Bahan: Padas

Ukuran: Tinggi 20 cm, Lebar 9,8 cm, Tebal 7,5 cm

Periode: Tradisi Megalitik Berlanjut

Status Kepemilikan: Balai Pelestarian Cagar Budaya, Koleksi Museum Arkeologi Gedong Arca

Deskripsi: Arca dalam kondisi bagian muka dan leher terbelah. Bagian mata aus, hidung tebal, mulit tipis. Sikap arca berdiri, kedua tangan di depan perut, kaki dalam kondisi patah.

 

Keberadaan Arca Sederhana dari Desa Depaa ini di Museum Arkeologi Gedong Arca, Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali melengkapi perjalanan dari Zaman Prasejarah di Bali yang saat ini di Pamerkan di Gedong A (Gedung Prasejarah Bali).

Arca primitif merupakan media pemujaan yang difungsikan sebagai media penghubung antara kerabat yang ditinggalkan maupun masyarakatnya, sebagai wujud penghormatan terhadap arwah nenek moyang dan sosok seorang pemimpin yang telah meninggal, maka dibuatkan suatu media penghubung dalam bentuk arca pemujaan. Masyarakat pada masa itu memiliki kepercayaan terhadap kekuatan yang berasal diluar kemampuan manusia, oleh karena itu media pemujaan yang diwujudkan dalam bentuk arca primitif ini dianggap dapat memberikan perlindungan bahkan kesejahteraan terhadap para pemujanya.
Kepercayaan ini bahkan masih terus berlanjut di masa sekarang meski wujud yang ditampilkan lebih banyak menekankan pada unsur simbol tertentu yang dikaitkan dengan simbol perwujudan dari roh leluhur atau tokoh yang dihormati yang telah meninggal.