Bioskop Keliling di SMP Negeri 1 Blahbatuh, Gianyar

0
1683

IMG_1427Bioskop adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor. Beraneka judul dan jenis film disuguhkan dan ditayangkan di bioskop-bioskop yang jumlahnya terbatas dan hanya segelintir orang yang bisa menikmati dan menyaksikan film-film yang ditayangkan di bioskop sebagai media hiburan dan pendidikan, baik film yang diproduksi oleh nasional maupun film produk impor.

Media informasi dalam bentuk film sangat efektif untuk menyampaikan pesan pendidikan, budaya, dan sebagainya, karena seseorang yang menyaksikan sebuah tayangan film tanpa disadari akan terbawa ke dalam alur cerita film tersebut, sehingga sebuah film sering kali mampu meninggalkan pesan positif dan pesan negatif yang mampu diserap oleh para penonton baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Mobil Bioskop keliling yang disingkat “Bioling” merupakan salah satu program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang direalisasi melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar. Alasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan bioskop keliling adalah sebagai sarana untuk mengkomunikasikan kebudayaan, menstimulus munculnya film nasional dengan pesan edukatif agar masyarakat di daerah dapat memiliki kesempatan untuk menikmati karya-karya sineas tanah air yang bermutu.

Adapun kegiatan bioskop keliling dilaksanakan di SMP Negeri 1 Blahbatuh pada tanggal 5 Desember 2015 pada pukul 09.00 wita dengan melibatkan sebuah Tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar terdiri dari:

  1. Ni Komang Aniek Purniti, M.Si      : Pengarah Lapangan
  2. Giri Prayoga, ST                                 : Penanggung Jawab
  3. I Gst. Ag. Gd. Artanegara, S. Kom  : Ketua
  4. I Wayan Sandia                                  : Anggota
  5. I Kadek Suarsa                                    : Anggota
  6. I Wayan Astika                                    : Anggota
  7. Ngakan Nyoman Agustina                : Anggota
  8. I Made Suparnatha                             : Anggota
  9. I Gusti Ngurah Ag. Yoga Putra         : Anggota
  10. Luh Widiantari                                    : Anggota

Pemutaran Film Bioskop Keliling ini dilaksanakan oleh sebuah tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar, Wilayah Kerja Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dengan menghadirkan 340 siswa dan siswi.

Kegiatan “Bioling” yang dilaksanakan di SMP N 1 Blahbatuh dimulai pada pukul 09.00 Wita dan diawali dengan perkenalan yang dilakukan oleh Ketua Tim “Bioling”. Film yang diputarkan pada kesempatan ini berjumlah dua buah dengan judul “Pelangi di Waerebo” dan “Tanah Surga, Katanya…”. Kegiatan “Bioling” dilaksanakan di SMP Negeri 1 Blahbatuh , pada tanggal 5 Desember 2015. Acara diawali dengan pemutaran film “Pelangi di Waerebo”. Film ini memiliki durasi kurang lebih 15 menit dengan mengangkat cerita keseharian masyarakat di Kampung Waerebo. Kampung Waerebo terletak di Pulau Flores, Kabupaten Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Waerebo memiliki ke khasan tersendiri dalam pelestarian cagar budaya, upaya pelestarian cagar budaya telah dilaksanakan dengan mempertahankan keberadaan rumah adat mereka yang sangat unik.

Film “Tanah Surga, Katanya…..” merupakan sebuah film yang berceritra tentang Hasyim. Setelah meninggalnya istri tercinta, Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965, memutuskan tidak menikah. Ia tinggal bersama anak laki-laki satu-satunya yang juga menduda, dan dua cucunya: Salman dan Salina. Hidup di perbatasan Indonesia dan Malaysia merupakan persoalan tersendiri bagi mereka, karena keterbelakangan pembangunan dan ekonomi.

Haris mencoba membujuk ayahnya untuk pidah ke Malaysia dengan alasan di sana lebih menjanjikan secara ekonomi dibandingkan tetap tinggal di wilayah Indonesia. Hasyim bersikeras tidak mau pindah. Baginya kesetiaan pada bangsa adalah harga mati.

Persoalan semakin meruncing ketika Hasyim tahu bahwa Haris ternyata sudah menikah dengan perempuan Malaysia dan bermaksud mengajak Salman dan Salina. Salman yang dekat dengan sang kakek memilih tetap tinggal di Indonesia. Bukan hanya itu, Hasyim yang tua pun sakit dan dirawat oleh dr.Anwar. Karena penyakitnya parah, Hasyim dibawa dengan menggunakan perahu. Sayang, nyawa Hasyim tak tertolong. Peliknya, itu terjadi bersamaan dengan teriakan Haris atas kemenangan kesebelasan Malaysia atas Indonesia.