Kampung Prai Yawang Pesona Tinggalan Megalitik

0
1691
Kampung Pri Yawang

Sumba merupakan salah satu Pulau yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kejernihan, keindahan dan Pesona pulau Sumba akan membuat kita tercengang. Selain keindahan alam dan budayanya, pulau Sumba juga terdapat tinggalan dari jaman Batu Besar (Megalitikum) seperti Kubur Batu, Dolmen, dan beberapa tinggalan lainnya.

Satu hal yang menarik juga adalah adanya kepercayaan Marapu yang masih ada sampai saat ini walaupun sudah sedikit orang yang menganutnya.

Kampung Pri YawangMeskipun keadaan tanahnya kurang subur, lebih dari separuh penduduk kabupaten Sumba Timur ini adalah petani. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai peternak, pegawai, buruh, nelayan dan lain-lain. Walaupun sektor pertanian menempati tempat pertama dalam pendapatan regional, luas sawah yang bisa digarap baru 11 persen dari luas tanah kabupaten seluruhnya. Penggarapan sawah ini dilakukan dengan cara tradisional yang disebut renca, yaitu pengerahan tenaga manusia dan kerbau dalam jumlah besar diatas tanah sawah yang akan ditanami. Kaki-kaki kerbau yang berjumlah puluhan ini digunakan sebagai pengganti bajak dan pekerjaan renca ini diawali dan diakhiri dengan upacara keagamaan (ritus). Kehidupan sehari-hari penduduknya pada dasarnya merupakan cerminan kehidupan agama tradisional mereka. Hal ini bisa dilihat saat mereka melaksanakan berbagai upacara adat berkenaan dengan daur hidup seperti upacara kelahiran (habola), perkawinan (lalei atau mangoma) dan kematian (pa taningu).

Kampung Megalitik Prai Yawang

Kampung Prai Yawang berada di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Sumba Timur (51 L 0244559 UTM 8900805). Situs Kampung Megalitik Prai Yawang merupakan salah satu situs dengan tradisi megalitik yang masih hidup sampai sekarang. Dimana prinsip dasar dalam kepercayaan megalitik ini bersumber pada kepercayaan terhadap arwah nenek moyang dan juga bahwa alam beserta isinya mempunyai jiwa dan kekuatan yang dinamakan kepercayaan Marapu, Dalam tatanan kehidupan masyarakat sumba timur mereka tidaklah mengenal tulisan atau akasara sehingga untuk mengungkap sejarah dari Situs Kampung Megalitik Prai Yawang dan Kampung Kaliuda sangatlah sulit karena tidak adanya sumber tertulis. Namun dari data temuan berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang masih dalam keadaan insitu serta hasil wawancara secara acak pada masyarakat pendukung di Situs Kampung Prai Yawang dan Kampung Kaliuda dan juga beberapa tulisan dari penelitian para peneliti sumba timur diketahui bahwa, Komplek Megalitik Kampung Prai Yawang merupakan Komplek Kampung Tua di sumba timur yang  didirikan oleh Kabihu Ana Mburung.

Kampung Pri YawangSetiap kampung  adat pada masa lalu dipimpin oleh seorang kepala suku. Pada masa Kolonialisme Belanda di Indonesia sekitar tahun 1937 semua kampung di sumba diberi otonomi asalkan tetap tunduk dan taat pada aturan-aturan colonial yang ditetapkan oleh pemerintah belanda. Pada masa itu kepala suku atau raja di kampung prai yawang diberikan nama atau gelar Tamu Umbu sebagai sebutan laki-laki dan Tamu Rambu sebagai sebutun perempuan.

Kampung Prai Yawang saat ini membawahi 8 desa yakni : Desa Rindi, Desa Kayuri, Desa Hangga Roro, Desa Lai Lanjung, Desa Kaparu, Desa Heikatapu dan Desa Tanalaung. Keberadaan Kampung Prai Yawang dari cirri-ciri tradisi system penguburan yang dilakukan ditempat tersebut menggunakan materiaKampung Pri Yawangl batu-batu besar yang dicari dari bukit kapur yang ada disekitar bukit dekat dengan desa sebagai batu kubur. Tradisi tersebut dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang mereka dan dari cirri-ciri tersebut dapat diperkirakan bahwa tradisi ini sudah ada dan mulai dilakukan secara berkelanjutan sejak masa prasejarah zaman batu muda (neolithikum) sedangkan di Kampung Kaliuda sudah terjadi pergesaran tradisi dalam pemakaman karena sebagian besar masyarakat disana telah memeluk agama Kristen Protestan dan hanya tinggal satu keluarga menganut Kepercayaan Marapu.