Uniknya Rumah Bolon, Istana Raja Purba

0
9315
Rumah Bolon
Rumah Bolon Dokumentasi BPCB Aceh

 

        Istana Pematang Purba terletak di Desa Pematang Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, menempati areal seluas ± 20.000 m² di dataran tinggi yang dikelilingi oleh jurang dan lembah pada ketinggian 1200 m dpl. Secara astronomis berada pada koordinat 02º 54’ 50” LU – 98º 40’ 50” BT. Ruma bolon adalah bangunan induk yang merupakan istana. Di dalam rumah adat Simalungun bangunan ini digolongkan ke dalam jenis pinar horbou yang proporsinya adalah panjang bangunan 2,5 – 3 kali lebar bangunan, dan tingginya 1,5 – 2 kali lebar bangunan. Pinar horbou selalu dibuat menghadap ke arah terbitnya matahari. Bangunan ini dilengkapi 2 pintu, depan (timur) dan belakang (barat). Pada umumnya rumah tradisional tidak memiliki jendela. Sebagai pengganti dibuat lubang-lubang berbentuk belah ketupat, salib, oval, segitiga, dan lain-lain. (Sipayung, 1994/1995 : 8)

       Bagian dalam ruma bolon terbagi menjadi 2 buah ruangan, yaitu ruang depan (ruang raja) yang disebut lopo dan ruang belakang (ruang permaisuri). Ruang depan berukuran lebih kecil dibandingkan ruang belakang. Pada ruangan ini terdapat sebuah bilik sempit di sudut kanan belakang dekat dengan pintu penghubung antara kedua ruangan, berfungsi sebagai tempat peristirahatan (tempat tidur) raja. Di bagian tengah ruangan ini terdapat tiang utama bergorga berwarna putih, merah, dan hitam, serta diikatkan tanduk-tanduk kerbau. Ruangan depan berfungsi sebagai tempat tinggal raja serta tempat menerima tamu-tamu khusus raja. Ruangan ini ditopang oleh balok-balok horisontal di bagian kolong bangunan. Tiang-tiang tersebut berdiri di atas umpak-umpak batu berbentuk trapesium. Ruang raja dilengkapi dengan tungku (dapur) serta alat- alat memasak dan bambu yang digantung, yang merupakan tempat menyimpan air minum.

Ruang belakang berukuran lebih luas. Sisi kiri dan kanan dibuat lebih tinggi dari permukaan lantai papan yang berfungsi sebagai tempat tidur, serta dilengkapi dengan peralatan sehari-hari termasuk tungku-tungku untuk memasak dan perlengkapan dapur lainnya. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat tinggal para istri raja dan anak-anaknya. Tiang penyangga bagian bawah ruangan ini terletak di kolong bangunan, berupa kayu masif berukir dan bercat motif-motif tradisional. Tiang-tiang tersebut berjumlah 20 buah dan disusun secara vertikal, masing-masing berdiri di atas umpak batu. Ornamen hias tiang didominasi oleh motif gatip-gatip, berupa motif sejenis ular berbisa yang banyak terdapat di daerah setempat. Secara filosofis dipercayai bahwa jika seseorang bertemu dengan jenis ular ini maka ia akan mendapatkan rejeki atau akan bernasib buruk. Pada bagian paling belakang ruangan terdapat sebuah pintu berbentuk persegi empat. Sedangkan pintu penghubung antara ruang raja dan para istri berhiaskan ukiran tembus berbentuk salib yang disebut gorga palit. Ornamen ini berfungsi untuk mengintip tamu yang datang, dan dianggap dapat menangkal kejahatan, ilmu hitam, atau penyakit menular.

Tangga terletak di bagian depan bangunan, berupa sebuah tangga ganda yang dilengkapi seutas tali rotan yang digantungkan pada atap di tengah-tengah tangga sebagai alat bantu untuk menaiki rumah. Anak tangga berjumlah 9 buah. Pintu terletak tepat di atas tangga, dihiasi ukiran di sekelilingnya. Pada sisi kiri dan kanan terdapat beranda 2 tingkat yang berfungsi sebagai tempat para pengawal raja. Beranda-beranda tersebut ditopang oleh tiang-tiang kecil bergorga. Beranda ini juga berhiaskan gorga suleppat. Hiasan yang terdapat pada dinding bagian bawah (sambahou) berbentuk jalinan-jalinan yang melambangkan ikatan persatuan antara masyarakat di bawah pimpinan raja.

Bagian atap belakang ditutup dengan halipkip, yaitu motif hias geometrik berbentuk belah ketupat yang dibuat dari anyaman bambu. Motif ini berupa motif bunga bongbong yang merupakan lambang kerapian dan keteraturan. Setiap sudut bangunan berhiaskan bohi-bohi, yaitu stilirisasi wajah manusia yang melambangkan keramahtamahan, kewaspadaan, dan penangkal roh jahat. Ornamen-ornamen lainnya berupa motif pinar boraspati, yaitu sejenis binatang merayap menyerupai cicak terbuat dari ijuk yang dipintal/dijalin, menempel pada dinding bangunan yang terbuat dari anyaman rotan. Bangunan ini juga dipenuhi oleh motif stilirisasi bentuk binatang, tumbuhan, dan geometrik, yaitu : hambing mardugu (kambing berlaga yang melambangkan keberanian menghadapi tantangan), terdapat pada dinding depan, pinar appul-appul (kupu-kupu, melambangkan rencana yang matang, realistis, dan pragmatis), terdapat pada tiang, bodat marsihutuan (barisan monyet mencari kutu, melambangkan meringankan beban, menghindari kericuhan, dan memelihara ketertiban), terdapat pada listplang halipkip, pinar sisikni tanggiling (sisik trenggiling, melambangkan bahwa semua makluk memiliki sistem pertahanannya masing-masing), terdapat pada listplang halipkip, porkis marodor (semut beriring, melambangkan sifat gotong royong dan rajin bekerja), terdapat pada sambahou dan beranda, pinar bulung andudur (daun andudur, melambangkan selalu menepati janji dan memupuk keakraban dengan siapa saja), terdapat pada pintu belakang, sulihni rotak (kecambah kacang rotak, melambangkan generasi penerus yang penuh rasa tanggung jawab, siap mengabdi pada bangsa dan negara), terdapat pada bagian bawah pintu belakang, pahu-pahu patundal (pakis, melambangkan persatuan, berbeda pendapat namun satu tujuan), terdapat pada tiang beranda, pinar horishotala (daun horishotala, melambangkan keteraturan hidup), terdapat pada pintu belakang, sihilap bajaronggi (sejenis tumbuhan air, melambangkan sikap simpatik dan saling mengingat), terdapat pada ruang permaisuri, pinar pahu-pahu (sejenis tumbuhan, melambangkan persatuan untuk mencapai tujuan), terdapat pada beranda, tiang, dan halipkip, pinar bunga hambili (bunga hambili, melambangkan penghematan), terdapat pada tiang belakang dan tiang beranda, tali siubar-ubar (dibuat dari ijuk yang dijalin, melambangkan persatuan yang kuat), terdapat pada atap sepanjang bubungan, tukkot matua (tongkat orang tua, melambangkan usaha merawat kesehatan agar panjang umur), terdapat pada dinding bagian depan, hail putor (mata pancing berputar, melambangkan persatuan), terdapat pada tiang, ipon-ipon (gerigi, melambangkan ramah dan hormat kepada semua orang), terdapat pada dinding belakang, tiang beranda, dan sambahou, bindu matogu (segi delapan penjuru mata angin, melambangkan keselamatan dari segala penjuru), terdapat pada tiang, pinar dormani (melambangkan keagungan, kebesaran, keperkasaan, seorang pemimpin), tertempel pada sekeliling rumah, di bawah sambahou.

Pada bubungan atap terdapat pinar uluni horbou, yaitu hiasan menyerupai kepala kerbau yang dibentuk dari ijuk dengan tanduk kerbau asli. Hiasan ini melambangkan kebesaran, keberanian, serta penangkal roh jahat. Rumah bolon adat berukuran panjang 29,44 m, lebar 7 m, dan tinggi 5 m, didominasi oleh warna coklat muda yang divariasikan dengan warna putih, merah, dan hitam. Bangunan ini tidak memiliki jendela, namun dilengkapi dengan jeruji-jeruji kayu pada bagian dinding yang berfungsi sebagai sirkulasi udara maupun untuk melihat ke arah luar.