Berpulang ke Yang Tradisi, Kreatif, dan Mengakrabkan

0
2880

Masyarakat Indonesia sejak dahulu sangat dekat dengan alam dan mampu memanfaatkan kekayaan yang disediakan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk untuk bermain. Permainan yang ditujukan untuk menyenangkan hati dan mengisi waktu senggang ini terbentuk dari hasil kreativitas masyarakat berdasarkan apa yang ada di sekitarnya. Baik itu permainan yang menggunakan bahan atau peralatan maupun tidak.

Permainan tersebut berlangsung dari generasi ke generasi di berbagai daerah dengan nama dari bahasa daerah masing-masing. Permainan yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi si pelaku inilah yang diistilahkan sebagai permainan tradisional (Hamzuri & Siregar, 1998). Permainan tradisional ini umumnya dimainkan di tempat terbuka  oleh lebih dari dua orang sampai puluhan orang. Sehingga bukan hanya menyenangkan, mendidik dan melatih kreativitas tetapi juga dapat menumbuhkan kedekatan dan kebersamaan.

Permainan yang menggunakan peralatan atau bahan didapat dari kekayaan alam sekitar, seperti jenis biji-bijian, pepohonan, dan benda-benda alam. Diantara jenis biji-bijian adalah biji kemiri untuk permainan jirak (Yogyakarta) dan meu een aceue (Aceh), biji melinjo untuk permainan kalengan (Jakarta) dan biji kecik sawo untuk permainan guak ngalih taluh (Bali). Adapun pepohonan seperti tempurung kelapa untuk permainan pebaji, lengko-lengko, dan metinggoulo (Sulawesi Tenggara), bambu untuk permainan batungkau (Kalimantan Selatan) dan pelepah sagu untuk permainan foo dan anakati (Papua). Sedangkan  untuk benda-benda yang biasa ditemui setiap hari diantaranya adalah batu yang dimasukkan ke dalam kaleng untuk permainan lehong (Aceh), bakul untuk permainan tar bor mu’u (Maluku), dan kerang untuk permainan merkerang (Sumatera Utara).

Selain permainan yang menggunakan alat dan bahan dari alam, terdapat pula berbagai jenis permainan lain yang memanfaatkan ragam bentukan muka bumi daerahnya sebagai media bermain. Seperti kemiringan lereng, sungai, laut dan dataran rendah. Kemiringan lereng 300 atau lebih di Sumatera Utara dimanfaatkan untuk bermain mardetes (meluncur), sejenis permainan ski pada zaman sekarang. Adapun sungai diantaranya dimanfaatkan untuk bermain sepangkal dan king-kingan (Aceh), bausutan (Kalimantan Selatan), silem-sileman (Jakarta), dan dhing-dhingan (Yogyakarta). Sedangkan laut dimanfaatkan untuk puhuwat lilisya rorit (Papua) dan lalavoar (Maluku).

Hamzuri dan Tiarma Siregar dalam bukunya, Permainan Tradisional Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998) menguraikan berbagai jenis permainan tradisional di seluruh provinsi di Indonesia. Buku tersebut memberikan informasi mengenai kekayaan budaya Indonesia dalam hal permainan. Permainan yang sederhana, namun menumbuhkan kreativitas, kecerdikan, kedisplinan, ketelitian dan kejujuran. Permainan yang mengakrabkan, tidak hanya sesama pemain, tetapi juga pemain dengan alam. Permainan yang keberadaannya harus tetap dijaga dan disambung dari generasi sekarang ke generasi selanjutnya.