Beranda blog Halaman 11

Tok! Sebanyak 213 Warisan Budaya Resmi Direkomendasikan untuk Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia

0

Jakarta__Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melaksanakan Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Tahun 2023 pada hari Senin, 28 Agustus sampai dengan Jumat, 1 September 2023 di Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Sidang ini melibatakan 14 Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia, Kepala Dinas (provinsi/kabupaten/kota) yang membidangi kebudayaan atau yang mewakili, serta perwakilan dari Balai Pelestarian Kebudayaan.

Berdasarkan laporan Ketua Tim Kerja Warisan Budaya Ditetapkan, M. Natsir RM, pada Tahun 2023 ini tercatat ada sebanyak 777 usulan Warisan Budaya Takbenda yang masuk. Usulan-usulan tersebut kemudian diseleksi melalui beberapa tahapan yaitu seleksi administrasi, rapat penilaian usulan WBTb ke-1, verifikasi, rapat penilaian usulan WBTb ke-2, dan rapat penilaian usulan WBTb ke-3.

“Sesuai dengan hasil pembahasan rapat penilaian usulan WBTb terakhir, maka yang maju ke tahap sidang ini adalah sebanyak 215 pengusulan WBTb dari 31 provinsi,” papar M. Natsir.

Dalam sambutan yang disampaikan oleh Judi Wahjudin selaku Direktur Pelindungan Kebudayaan, disampaikan bahwa penetapan WBTb ini diharapkan dapat memperkuat kesadaran, tanggung jawab, dan semangat untuk melestarikan kebudayaan Indonesia.

“Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, melalui penetapan warisan budaya Indonesia, diharapkan dapat memperkuat kesadaran, tanggung jawab, dan semangat untuk terus melakukan pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan baik untuk pemilik kebudayaan maupun masyarakat.”

Lebih lanjut, Judi juga menekankan mengenai perlunya inventarisasi warisan budaya. “Para pemangku kepentingan di daerah dapat melakukan inventarisasi dengan membuat pangkalan data yang nantinya akan bersinergi dengan Data Pokok Kebudayaan (Dapobud) sebagai upaya pelindungan. Ini juga senyampang dengan Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan (PPKD) di daerah yang setelah disetujui oleh kepala daerah harus selalu di-update.”

Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah rekomendasi penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia untuk nantinya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Pada puncak kegiatan, telah dilaksanakan pembacaan hasil sidang yaitu bahwa Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2023 menghasilkan rekomendasi penetapan sebanyak 213 (dua ratus tiga belas) usulan Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari 31 (tiga puluh satu) provinsi di Indonesia.

Pada penutup rangkaian sidang, Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan memberikan arahan agar semua pihak terkait memastikan adanya tindak lanjut yang bermakna setelah penetapan WBTb nantinya, salah satunya melalui pendidikan.

“Ini waktunya kita bersungguh-sungguh berkomitmen untuk memperkenalkan apa-apa yang sudah ditetapkan kepada masyarakat kita antara lain melalui sekolah. Ke depannya, ini perlu ada regulasi yang nantinya memastikan agar semua WBTb yang sudah ditetapkan dapat menjadi bahan ajar di sekolah,” imbau Hilmar.

Hilmar juga meminta partisipasi aktif dari jajaran pemerintahan daerah untuk bersama-sama mewujudkan pelestarian WBTb melalui berbagai cara, yaitu melalui pendidikan, promosi, penyelenggaraan kegiatan yang melibatkan WBTb, dan koneksi antardaerah untuk saling mempertemukan warisan budayanya yang berada dalam domain yang sama. Jika dijalankan dengan serius, hal ini dapat membuka jalan untuk memperkenalkan warisan budaya Indonesia ke dunia internasional karena ada kemiripan antara domain yang ada di sini dengan domain yang berlaku di Unesco.

Pada kesempatan yang sama Hilmar juga mengingatkan mengenai perlunya tindak lanjut yang nyata untuk WBTb yang sudah lebih dulu ditetapkan sebelumnya. Dikatakannya bahwa mungkin saja suatu saat nanti akan diberlakukan langkah pencabutan status WBTb jika tidak ditemukan adanya komitmen pelestariannya.

“Warisan budaya yang telah ditetapkan harus kita periksa, mana-mana yang berada dalam keadaan hidup segan mati tak mau dan kita lihat apa penyebabnya. Jika memang hanya karena belum ada kesungguhan dari kita untuk melestarikannya—saat ini sedang dipikirkan betul—mungkin statusnya bisa dicabut,” tegas Hilmar.

Perkuat Ekonomi dan Sosial Budaya Melalui Festival Budayaw IV

0

Makassar, Sulsel –Pentingnya penguatan hubungan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya antarnegara yang tergabung dalam East ASEAN Growth Area, yakni Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina (BIMP- EAGA), dapat diciptakan melalui pertukaran pengetahuan seni dan ekspresi budaya.

Hal ini merupakan pesan dari Festival Budayaw IV yang berlangsung di Benteng Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan pada Jumat (1/9/2003). Festival ini dirangkai dalam sub-tema “Spice Route and Maritime Memory” dengan berpayung pada tema besar “Keragaman Budaya untuk Kehidupan yang Berkelanjutan”. Ini merupakan kerjasama Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang bersama-sama mengajak publik untuk mengembangkan kebudayaan sebagai ketahanan budaya dan meningkatkan sektor ekonomi di empat negara.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti mengatakan melalui sub-tema tersebut, Festival Budayaw mengangkat kembali latar belakang sejarah jalur rempah dan maritim sebagai wahana penting yang membentuk konektivitas ekonomi dan sosial budaya baik di Kawasan Asia Tenggara dan Internasional.

“Bukan hanya konteks Kepulauan Indonesia dan BIMP-EAGA sebagai tuan rumah keragaman hayati yang kaya, namun juga berupa pemanfataan dan pengetahuan yang terus berkembang, termasuk pengetauan lokal yang mengalami pertukaran lain yang lebih luas,” ucapnya saat sambutan pembukaan Festival Budayaw (1/9/2023).

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Rasyid, mengatakan Festival Budaya IV dapat menjadi media berkarya dan seni ekspresi bagi negara-negara yang mendukung festival ini, dan masyarakat Sulsel. Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga budaya dan memfilter budaya asing yang tak sesuai dengan jati diri bangsa.

Imbauan menjaga kelestarian alam juga disampaikan selama festival ke masyarakat setempat dan para delegasi yang terlibat. Ini disampaikan melalui Lokakarya Pewarnaan Alami yang diikuti oleh Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Tak hanya itu, ada juga penampilan kesenian kolaborasi empat negara, seminar internasional, kuliner, dan pameran jalur rempah.

Pembukaan Festival Budayaw IV, Kemendikbduristek menampilkan seni teatrikal “Bongaya: Rampai dalam Damai” yang digarap oleh seniman Asia Ramli Prapanca dari Makassar, dan pertujukan musik- tari serta kerajinan dari Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua Tengah.

Dokumentasi: Humas Kemendikbudristek

Promosikan Tradisi dan Warisan Budaya Empat Negara ASEAN, Kemendikbudristek Gelar Festival Budayaw ke-IV

0
Pelaksanaan Festival Budayaw 2019 di Malaysia.

Siaran Pers

Nomor: 413/sipres/A6/VIII/2023

Jakarta, 28 Agustus 2023 – Untuk mempromosikan tradisi dan warisan kekayaan budaya negara-negara anggota East ASEAN Growth Area, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina (BIMP EAGA), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan menyelenggarakan Festival Budayaw ke-IV di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 1 s.d. 5 September 2023. Festival Budayaw ini pertama kali digelar di Filipina pada 2017, kemudian di Malaysia pada 2019, dan terakhir di Brunei Darussalam pada tahun 2021 secara daring.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan, festival budaya yang digelar dua tahunan ini sekaligus memperkuat hubungan antara negara-negara yang ikut serta. “Dengan bersanding bersama alam dan menjaga kearifan lokal, menjaga budaya, maka nantinya dunia akan tetap terjaga,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, dalam keterangannya di Jakarta, pada Senin (28/8).

Melalui tema “Keragaman Budaya untuk Kehidupan yang Berkelanjutan”, kata Hilmar, festival ini sebagai sarana untuk menjaga budaya berkelanjutan dan cagar budaya sebagai ilmu pengetahuan. “Festival ini diharapkan dapat menjadi salah satu forum yang memperkuat seni budaya melalui pelestarian alam yang kemudian dapat memberikan dampak ekonomi bagi pelaku dan masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Hilmar menambahkan, dengan mengedepankan kebudayaan untuk hidup berkelanjutan, manusia dapat memiliki kesadaran dan berpikir dalam jangka panjang untuk merawat bumi. “Karena mau bagaimanapun, segala tindakan kita pasti berdampak pada lingkungan sekitar. Kami ingin melalui festival ini dapat menjaga kelangsungan warisan budaya sendiri serta memperbaiki situasi dunia saat ini dengan cara kebudayaan,” ujar Hilmar. 

Keterlibatan Indonesia dalam Festival Budayaw sebagai ketua pada klaster sosial budaya dan pendidikan, Kemendikbudristek berperan meningkatkan konektivitas antarmasyarakat dan pertukaran budaya antarnegara anggota BIMP-EAGA. Kata Budayaw sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “budaya” dalam bahasa Indonesia dan Melayu, serta “dayaw” dalam bahasa Filipina yang berarti ‘keindahan yang baik.’

Untuk diketahui, kerja sama BIMP-EAGA dibentuk secara resmi pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) ke-1 di Davao City, Filipina, pada tanggal 26 Maret 1994. Kerja sama tersebut merupakan bentuk kerja sama subkawasan dalam mempercepat pembangunan sosial ekonomi pada daerah yang kurang berkembang dan secara geografis terpencil di antara negara anggota yang mencakup seluruh wilayah Brunei Darussalam, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Sabah, Serawak, Labuan, Mindanao, dan Palawan. 

Rangkaian Acara Festival Budayaw ke-IV

Pada Festival Budayaw ke-IV ini, negara anggota BIMP-EAGA akan menampilkan serangkaian acara, mulai dari lokakarya, pameran, pertunjukan seni, dialog, dan kunjungan budaya. Masing-masing negara mengirimkan maksimal 20 orang peserta yang terdiri dari penari, pemusik, peserta pameran, serta narasumber lokakarya.

Untuk pameran sendiri akan dimulai dari tanggal 2 s.d. 4 September 2023, yang berlokasi di koridor depan Museum La Galigo hingga depan kantor BPK XIX, Benteng Rotterdam, Makassar. Dalam pameran ini, setiap negara peserta akan memamerkan produk budaya unggulan yang terkait dengan warisan maritim dan Jalur Rempah. 

Sementara itu, lokakarya tentang pewarnaan alami akan digelar pada 2 September 2023 dan lokakarya kuliner akan digelar pada 3 September 2023. Lokakarya ini akan diisi oleh narasumber yang ahli di bidang  pewarnaan alami dan kuliner.

Selanjutnya, seminar dan dialog dengan tema “Jalur Maritim dan Rempah dalam Konektivitas Budaya di Kawasan Asia Tenggara dan Dunia: Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan” akan membahas tentang konektivitas budaya, pada 4 September 2023. Seminar dan dialog ini akan diadakan secara hibrida dengan mengundang peserta dari komunitas, akademisi, dan masyarakat umum yang memiliki ketertarikan dalam bidang ini.

Kemudian, pada 2 dan 3 September 2023, akan digelar pertunjukan seni yang diisi oleh setiap negara peserta dengan menampilkan pertunjukan musik dan tari yang menggambarkan kekayaan budaya masing-masing negara. Sebagai penutup, pada 4 September 2023, akan ada pertunjukan kolaborasi dari seluruh negara yang terlibat. 

Sebagai penutup rangkaian festival, seluruh peserta akan diajak mengunjungi Leang-Leang, sebuah Taman Arkeologi di Maros, Sulawesi Selatan, 4 September 2023.

Penandatanganan Rekomendasi KRI Dewaruci sebagai Struktur Cagar Budaya Peringkat Nasional

0
Prosesi penandatanganan rekomendasi KRI Dewaruci sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional.

Surabaya – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktur Pelindungan Kebudayaan dan Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) secara resmi menandatangani naskah rekomendasi KRI Dewaruci sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional, pada hari Kamis, 24 Agustus 2023. Acara yang diselenggarakan di KRI Dewaruci dihadiri oleh Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Panglima Komando Armada II Surabaya, Kepala Dinas Sejarah Angkatan Laut Jakarta, Komandan Satuan Kapal Bantu Surabaya, Komandan KRI Dewaruci Surabaya, Kepala BPK wilayah XI, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Ketua TACB Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kota Surabaya, dan Ketua TACB Kota Surabaya.

KRI Dewaruci adalah sebuah kapal latih layar milik TNI Angkatan Laut (TNI AL). Kapal ini merupakan kapal layar tiang tinggi (Tall Ship) yang digunakan sebagai kapal latih taruna/kadet Angkatan Laut Indonesia. Bermula dari ide sang perwira Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) kapten August Friederich Hermann Rosenow yang melihat pentingnya kapal layar latih sebagai wahana latih dasar bagi prajurit perwira di jajaran ALRI. Untuk mewujudkan hal tersebut, Kapten Rosenow dan Kapten R.M. Oentoro Koesmardjo melakukan survei ke galangan kapal di Jerman Barat. Badan kapal dibentuk menyerupai badan angsa dengan prediksi tidak dapat terbalik saat berlayar dengan kemiringan 35–45 derajat. Kapal tersebut akhirnya selesai dibuat pada tahun 1952 dan diresmikan pada tahun 1953. Sampai saat ini KRI Dewaruci telah membawa misi kebudayaan melalui partisipasinya dalam berbagai acara internasional, regatta kapal layar, dan festival budaya di berbagai negara.

Pengusulan KRI Dewaruci sebagai Cagar Budaya Nasional (CBN) ini telah melalui kajian akademik sebelum mencapai tahap penandatanganan, tentunya telah memenuhi kriteria pada Pasal 42 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010.

“Ada 3 (tiga) kriteria CBN pada KRI Dewaruci, yaitu wujud kesatuan dan persatuan bangsa; Cagar Budaya yang sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia karena hanya satu di dunia; dan bukti evolusi peradaban bangsa serta pertukaran budaya lintas negara dan lintas daerah,” ujar Surya Helmi, Ketua TACBN.

Naskah rekomendasi yang sudah ditandatangani TACBN selanjutnya akan disampaikan kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk diterbitkan Surat Keputusan (SK) Cagar Budaya Nasional. Judi Wahjudin selaku Direktur Pelindungan Kebudayaan menyampaikan saran agar setelah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional, juga harus diimbangi dengan upaya pelestariannya.

“Langkah setelah ditetapkan perlu dipertimbangkan upaya pelestariannya, harus tetap berkoordinasi dengan Pemda dalam momentum tertentu, mulai dirancang sinergi untuk eksistensi dari keberadan KRI Dewaruci, dan maintenance,” ungkap Judi Wahjudin.

Dalam kesempatan ini Kepala Dinas Sejarah TNI AL, Laksamana Pertama Hariyo Purnomo menyampaikan apresiasinya kepada Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Tim Ahli Cagar Budaya, dan semua pihak yang telah berkontribusi menjadikan KRI Dewaruci sebagai Struktur Cagar Budaya Peringkat Nasional.

“Kami berharap Bapak Nadiem Makarim dapat meresmikan dan menyerahkan secara langsung penetapan KRI Dewaruci pada tanggal 11 September 2023 pada upacara Hari TNI AL 2023, sekaligus sebagai penanda usia penugasan KRI Dewaruci yang ke-70 tahun. Penghargaan ini akan lebih memacu kami untuk memberikan karya kepada bangsa dan negara guna mewujudkan Jalesveva Jayamahe,” pungkasnya.

Pemerintah Siapkan Laporan Implementasi Pelindungan Tari Saman untuk UNESCO

0

Gayo Lues—Direktorat Pelindungan Kebudayaan bersama Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Provinsi Aceh dan para pemangku kepentingan melaksanakan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Penyusunan Laporan Berkala ICH Tari Saman Tahun 2023 pada hari Selasa dan Rabu, 22-23 Agustus 2023. Kegiatan yang dilaksanakan di Kampung Jawa, Gayo Lues tersebut dihadiri oleh instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues, tokoh adat, serta komunitas pelestari Tari Saman. Pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban menyampaikan laporan periodik kepada ICH sebagai tindak lanjut dari inskripsi Tari Saman sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) dalam kategori Urgent Safeguarding List sejak Tahun 2011. Laporan tersebut berisi implementasi Safeguarding Program Tahun 2019 sekaligus update Safeguarding Program untuk Tahun 2024-2027.

Dalam sambutannya, Irsan Firdaus, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gayo Lues menyampaikan upaya yang diakukan oleh dinas terkait untuk menjaga agar ruh Tari Saman tetap terjaga. “Sisi negatif yang ada saat ini adalah bahwa Tari Saman hanya ditampilkan sebagai hiburan saja. Oleh karena itu kami berupaya agar ruh Tari Saman tetap terjaga dengan terus melestarikan Bejamu Saman,” papar Irsan.

Bejamu Saman sendiri diketahui sebagai tradisi yang berkembang di Gayo Lues yang dilakukan dengan mengundang masyarakat kampung lain untuk untuk bersama-sama mempertunjukkan Tari Saman. Kedua kampung yang bertindak sebagai tuan rumah dan tamu tersebut nantinya akan menampilkan kemampuannya menari Saman secara bergantian. Tradisi ini dijalankan untuk merekatkan tali persaudaraan antarmasyarakat Gayo Lues.

Irsan juga mengajak seluruh yang hadir untuk ikut bersama-sama mengupayakan terjaganya ruh Tari Saman ini. “Bagaimanapun besarnya upaya yang kami lakukan, tetap diperlukan kerja sama seluruh pihak. Pada kesempatan ini kami mengajak seluruh yang hadir untuk bahu-membahu bersama kami untuk mewujudkan upaya menjaga Tari Saman ini,” pungkasnya.

Pada hari pertama diskusi ini turut hadir pula Ali Husin, ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) sekaligus Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kabupaten Gayo Lues. Ali menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan-kegiatan terkait upaya pelindungan Tari Saman yang akan dilaksanakan di Gayo Lues. “Apapun yang dilaksanakan di Gayo Lues, kami atas nama ketua DPR dan DKA siap mendukung. Kami juga mohon masukan dari Bapak/Ibu yang hadir pada diskusi ini,” tutur Ali saat mengakhiri sambutannya.

Kayato Hardani, sebagai perwakilan dari Direktorat Pelindungan Kebudayaan menyampaikan maksud dilaksanakannya kegiatan DKT ini. “Kegiatan diskusi ini merupakan sinergi antara Direktorat Pelindungan Kebudayaan dengan BPK wilayah I Aceh dengan mengajak komunitas maupun maestro Tari Saman untuk turut serta menyusun program pelindungan Tari Saman. Pelibatan komunitas ini wajib dilaksanakan seperti yang tercantum dalam Konvensi Unesco sehingga upaya pelindungan ini dapat dijalankan secara bottom up,”.

Lebih lanjut, Kayato juga menyampaikan target yang ingin dicapai terkait status Tari Saman dalam pengkategorian daftar ICH Unesco ini. “Tari Saman diajukan ke Unesco dalam kategori need of urgent safeguard, yang mana saat itu Tari Saman mulai jarang ditampilkan dan diwariskan kepada generasi muda. Setelah berbagai upaya yang kita lakukan, keberhasilan proses pewarisan dan pelestarian mulai terlihat hingga pelaporan pada tahun 2019. Selanjutnya kita perlu juga menyusun rencana program untuk tahun 2024-2027 setelah nantinya Tari Saman terlepas dari kategori ‘mendesak’. Targetnya adalah pergeseran status (transfer) dari Urgent Safeguarding List menjadi Representative List,” pungkasnya.

Rayakan HUT ke-78 RI, Kemendikbudristek Gelar Trapesseum 2023

0
Pelepasan para peserta Tapak Tilas Proklamasi.

Jakarta, 16 Agustus 2023 — Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Museum dan Cagar Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, menggelar Trapesseum Fest 2023. Acara tersebut diselenggarakan dengan tiga rangkaian kegiatan.

Pertama, Pameran 78 Tahun Indonesia Merdeka dengan tema “Sapta Warsa Usaha – Maju Menuju Sewindu”. Pameran tersebut diselenggarakan pada 14-31 Agustus 2023 pukul 08.00-16.00 WIB di lantai 2 Gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi (MPNP). Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Museum dan Cagar Budaya, Ahmad Mahendra, menjelaskan pameran ini menjadi potret kehidupan masyarakat Indonesia baik yang terlibat aktif sebagai aktor penggerak maupun masyarakat biasa yang terdampak dan ditampilkan secara lebih detail.

Pameran yang digelar dengan tema khusus tersebut menjadi refleksi atas sejarah perjuangan bangsa Indonesia melalui tokoh-tokoh maupun peristiwa penting seputar perjalanan bangsa Indonesia. Melalui pameran ini, Mahendra mengajak masyarakat untuk bersama-sama melihat peristiwa yang terjadi saat tujuh tahun sebelum Indonesia merdeka, yaitu Petisi Soetardjo di tahun 1938 hingga delapan tahun setelah Indonesia merdeka, saat kabinet Ali Sastroamidjojo di tahun 1953 yang mencetus Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Pada masa-masa itulah, Indonesia mulai diakui keberadaannya di kancah internasional.

”Inilah kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia. Pameran ini mewakili 17 tahun tersebut, apa yang ingin dituju oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi adalah menyampaikan narasi yang kurang diketahui publik. Narasi ini ingin melepas Indonesia dari belenggu penjajah,” ujar Mahendra, di Jakarta, Rabu (16/8).

Di samping itu, pameran yang juga menyediakan virtual tur bagi pengunjung secara daring ini juga menggambarkan naik turunnya usaha dalam memelihara semangat juang dan dukungan rakyat sebagai modal utama berdirinya suatu bangsa.

Selanjutnya, kegiatan kedua dalam Trapesseum Fest 2023 adalah Tapak Tilas Proklamasi. Kegiatan ini merupakan reka ulang secara simbolis mengenai aktivitas dari tempat perumusan naskah proklamasi menuju tempat pembacaan naskah proklamasi dengan iringan musik dari marching band. Tapak Tilas Proklamasi dilakukan sebagai media dalam menanamkan karakter kepada generasi muda agar selalu mengingat perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.

Ahmad Mahendra turut menyambut baik Tapak Tilas Proklamasi yang diinisiasi oleh MPNP. Ia juga menuturkan bahwa Tapak tilas dilakukan rutin setiap tanggal 16 Agustus untuk mengenang kembali serta merasakan semangat peristiwa proklamasi kemerdekaan. Selain itu, Tapak Tilas juga merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian, penanaman jiwa, semangat, dan nilai-nilai perjuangan.

“Hadirnya peserta dari berbagai elemen seperti tokoh, veteran, pelajar, mahasiswa, komunitas, dan instansi terkait yang berkumpul di sini (MPNP) hari ini menjadi sebuah simbolis kebinekaan seperti apa yang terjadi pada 78 tahun lalu di tempat ini,” tutur Mahendra.

Melalui Tapak Tilas Proklamasi, Mahendra berharap agar dapat menjadi pengingat dan menanamkan nasionalisme serta patriotisme kepada seluruh masyarakat, khususnya generasi muda. Rangkaian kegiatan Tapak Tilas Proklamasi ini dibuka dengan aneka lomba permainan tradisional, jajanan pasar oleh UMKM unggulan, photo booth, serta teater-teatrikal perjuangan oleh Komunitas Reenactor Bangor, musikalisasi puisi oleh Komunitas Trotoar Senja, orasi refleksi kemerdekaan, dan ditutup dengan berjalan bersama rombongan dari Gedung Juang 45 menuju Tugu Proklamasi.

Arif Aprilyawan, salah satu siswa dari SMA Negeri 51 Jakarta sangat antusias mengikuti Tapak Tilas Proklamasi. Melalui kegiatan ini, Arif mengajak seluruh pemuda Indonesia untuk terus semangat bersatu menjaga persatuan dengan kebinekaan yang dimiliki Indonesia.

“Di era digital saat ini, kita jangan mudah terpecah belah dengan berita-berita hoaks yang tersebar di media sosial. Kita harus bersatu mempertahankan persatuan bangsa Indonesia yang telah diraih oleh para pejuang kita,” tutur Arif yang juga anggota Paskibra SMA Negeri 51 Jakarta.

Berikutnya, kegiatan ketiga dalam rangkaian Trapeseum Fest 2023, akan digelar diskusi pendukungan Pameran 78 Tahun Indonesia Merdeka dengan tema “Ruang Tamu Munasprok” (Rubrik Bincang Tema Bermutu Bersama Museum Perumusan Naskah Proklamasi) yang menyajikan diskusi dengan konsep bincang santai namun tetap menjaga mutu dan kualitas dari tema yang dibahas. Diskusi ini mengangkat tema tentang kehidupan sosial masyarakat pada masa awal kemerdekaan dan refleksi terhadap keadaan kekinian sehingga menjadi inspirasi dan cerminan bagi generasi muda dalam menjawab tantangan perubahan zaman.

Dalam diskusi ini, narasumber yang hadir dari beragam latar belakang mulai dari sejarawan, wartawan, hingga publik figur inspiratif. Diskusi akan diselenggarakan pada tanggal 31 Agustus 2023 pukul 09.00-12.00 WIB secara hibrida baik luring maupun daring melalui zoom dan YouTube.

Trapesseum Fest 2023 diselenggarakan oleh Museum dan Cagar Budaya, Ditjen Kebudayaan melalui Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Sebagai museum sejarah, MPNP bertugas untuk menginformasikan peristiwa- peristiwa sejarah yang berkaitan dengan proklamasi. Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 tahun 2017, keberadaan cagar budaya sangat penting untuk dipertahankan, dilestarikan, dan dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pemanfaatan Museum Perumusan Naskah Proklamasi khususnya sebagai fungsi edukasi harus melibatkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai museum yang menjadi tempat lahirnya bangsa Indonesia, maka MPNP perlu menyelenggarakan sebuah acara peringatan detik-detik proklamasi yang benar-benar menegaskan posisi museum di mata masyarakat. Trapesseum Fest 2023 diharapkan akan menjadi sebuah momentum hari peringatan yang akan selalu dinantikan bukan saja oleh para pengelola museum, namun juga masyarakat luas.

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
Dapatkan informasi lengkap tentang Merdeka Belajar melalui: http://merdekabelajar.kemdikbud.go.id

#MerdekaBelajar #TerusMelajuIndonesiaMaju #BudayaSaya

Program Magang Mahasiswa Bidang Kebudayaan Resmi Dimulai

0

Jakarta – Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meresmikan dimulainya program Magang Bersertifikat Kebudayaan (MBK), hari Senin, 14 Agustus 2023.  Kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini diikuti oleh peserta magang yang telah dinyatakan lolos seleksi, mentor teknis, dan mentor profesional yang akan mendampingi mahasiswa selama magang.  Magang Bersertifikat Kebudayaan (MBK) merupakan program yang diinisiasi Ditjen Kebudayaan yang telah bergabung sebagai Mitra Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), salah satu implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Direktur Pelindungan Kebudayaan, Judi Wahjudin menuturkan bahwa tujuan dilaksanakannya program ini adalah melibatkan mahasiswa untuk berkontribusi dalam agenda pemajuan kebudayaan dan menyiapkan diri pada dunia kerja di bidang kebudayaan.  Senada dengan Judi, Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Fitra Arda juga menyampaikan dalam sasaran pelibatan mahasiswa dalam pendataan kebudayaan melalui program ini, “Setiap orang berhak mendapat akses informasi tentang kebudayaan dan masih banyak data kebudayaan yang belum dinarasikan,  inilah yang akan dilakukan rekan-rekan mahasiswa selama mengikuti kegiatan magang ini.  Pentingnya data tersebut sebagai dasar kita dalam hal kebijakan pembangunan kebudayaan”, ujarnya.

Fitra juga mengulas pentingnya penguatan data kebudayaan yang kita miliki untuk memperkuat ketahanan budaya.  “Ada dua hal yang kita tuju, yaitu ketahanan budaya dan kontribusi Indonesia di tengah peradaban dunia.  Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, saat ini pemajuan kebudayaan berpedoman pada empat dokumen yaitu Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten/Kota, PPKD Provinsi, Strategi Kebudayaan, dan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan (RIPK) yang semua ini berbasis pada data. Tanpa data yang baik tentu kita tidak akan bisa melakukan pemajuan kebudayaan seperti yang kita harapkan”, tambahnya.

Lebih jauh, Judi mengungkapkan tingginya minat para mahasiswa untuk mengikuti program ini.  “Meskipun program MBK baru dimulai tahun ini, animo terhadap kegiatan ini ternyata cukup tinggi. Secara keseluruhan jumlah pendaftar adalah 4.546 mahasiswa, setelah dilakukan serangkaian tes dan verifikasi, ada 383 peserta dinyatakan lolos,” paparnya.

Dari seluruh mahasiswa lolos, 284 orang akan ditempatkan di 23 Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) yang tersebar di wilayah Indonesia sebagai Asisten Pendata Cagar Budaya dan Asisten Pendata Objek Pemajuan Kebudayaan, sedangkan 99 mahasiswa akan ditempatkan di Museum Nasional Indonesia sebagai Asisten Pendata Koleksi Museum.  “Penempatan peserta magang sudah disesuaikan jumlahnya, hal ini didasarkan pada kuantitas dan kualitas data di wilayah BPK dan kondisi pemerintah daerah terkait, sehingga jumlah tiap-tiap peserta magang di BPK berbeda-beda “, jelasnya.

Dalam kesempatan yang berbeda, Kepala Program MSIB, Wachyu Hari Haji menyebutkan program Magang Bersertifikat Kebudayaan (MBK) ini merupakan program MSIB Angkatan 5.  Pada sesi National Onboarding, Wachyu menyampaikan harapannya pada mahasiswa peserta MBK yang akan dilaksanakan selama lima bulan ke depan ini.  “Semoga Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat Angkatan kelima ini berjalan dengan baik dan apa yang kita rencanakan bisa berjalan dan harapannya adik-adik semua yang ada di sini adalah adik-adik yang akan menjadi orang-orang sukses di masa yang akan datang,” pungkasnya.

Seorang peserta magang, mahasiswa dari ISBI Bandung, Nur Kholizah yang ditempatkan di BPK Wilayah 17 (Wilayah Kerja Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo) mengungkapkan antusiasnya mengikuti program ini. Mahasiswa jurusan antroplogi tersebut ingin terlibat dalam pemajuan kebudayaan melalui program ini.  ”Persiapan mental, mempelajari tradisi dan bahasa di Manado dan Gorontalo”, jelasnya ketika ditanya persiapan apa saja yang sudah dilakukan.

Sama halnya dengan Naufal Abimanyu, mahasiswa jurusan Arkeologi Universitas Indonesia yang ditempatkan di Museum Nasional Indonesia sebagai Asisten Pendata Koleksi Museum. Ia ingin melibatkan diri dalam pelestarian kebudayaan di Indonesia, “Motivasi saya pribadi yang jelas ingin memajukan serta mempertahankan eksistensi kebudayaan di Indonesia di khalayak umum terutama kawula muda,” ungkapnya.

Mengasah Karakter dari Seni Teater

0

Kepulauan Seribu – Kepribadian yang memiliki karakter kuat dibutuhkan di era sekarang ini. Termasuk para guru yang sangat berperan dalam penguatan pendidikan karakter murid, dan dirinya sendiri, untuk memperkuat proses belajar-mengajar di kelas. Apalagi guru kerap dipandang sebagai panutan murid-muridnya.  

Senin pagi (7/8/23) yang berlokasi di Ruang Hijau Literasi, Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, sudah berkumpul sebelas guru yang berasal dari empat sekolah di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Mereka diajak berkenalan dengan dunia seni teater, sekaligus menggali kejadian-kejadian unik dengan para murid saat di sekolah.

Beberapa guru kemudian menarik memori saat bersama murid dan langkah menghadapinya. Misalnya ketika harus menghadapi anak-anak yang datang terlambat ataupun tertidur saat jam pelajaran. Suatu ketika, salah satu guru bercerita, ada murid yang tidur di kelas dan hanya meninggalkan catatan di selembar kertas “Jangan diganggu bos sedang tidur”, tulis murid.

“Saya minta anak-anak untuk keluar kelas diam-diam. Benar saja, beberapa jam ketika ia bangun ruangan sudah kosong. Besoknya dengan muka merah padam ia datang ke saya. Saya hanya berpesan ke murid tersebut jika membuat catatan jangan lupa untuk tambahkan kalimat ‘Mohon bangunkan ketika pelajaran sudah selesai’. Ini seperti pertunjukan teater bagi saya,” kelakar salah satu guru.

Bersama tiga narasumber seni teater, yakni Sari Suci Widyaningsih, Bayu Winanda, dan RA Yopi Hendrawanuto, para guru ini dibekali materi tentang keaktoran dan managemen pertunjukan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program ruang aktivasi Olahrasa yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan. Adapun pembekalan ini diselenggarakan selama lima hari, mulai 7 Agustus hingga 11 Agustus 2023.

Pembekalan dilakukan sebanyak tiga sesi dalam satu hari. Sesi pertama ialah materi manajemen pertujukan yang diajarkan oleh Sari dengan peserta para guru. Sesi kedua dan ketiga yakni materi keaktoran bersama peserta dari siswa-siswi SMA 69 Jakarta Kepulauan Seribu dengan Bayu dan Yopi sebagai mentornya.

Irawita, tim konten Olahrasa mengatakan, seni teater memiliki manfaat dan peran yang penting dalam proses belajar mengajar. Melalui teater, seseorang, bahkan guru-guru, dapat membuka wawasan dan menerima perubahan-perubahan yang ada di sekeliling dirinya. Inilah yang dapat membuat kepercayaan diri terbangun.

“Mereka bisa lebih percaya diri dan tidak lagi takut ataupun malu untuk menyatakan pendapat dan bertanya. Alangkah baiknya ini bisa diterapkan dari level sekolah yang terendah, yaitu PAUD/Tk. Ini adalah cara membangun karakter seseorang lewat seni peran,” ujarnya di Kepulauan Seribu, Selasa (8/8/23).

Pendekatan Kebudayaan

Pengenalan seni teater ke lingkungan sekolah dilakukan melalui pendekatan kebudayaan. Pendekatan ini menjadi salah satu metode yang cocok sebagai salah satu alternatif mengatasi persoalan sosial dengan cara yang cukup halus dan mudah diterima oleh masyarakat. Cara inilah yang dipilih dalam menghadirkan bidang seni teater di Pulau Pramuka yang diikuti oleh para guru dan siswa.

Mahariah, tim penggerak Pulau Pramuka yang menjadi penyambung lidah dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, melihat adanya kebutuhan seni teater di sekolah-sekolah. Karena itulah, dirinya kemudian meminta sekolah untuk mengutus guru yang dirasa terbuka terhadap perubahan dan mudah berdaptasi. Ini untuk memudahkan mereka saat mengikuti pelatihan teater dan manajemen pertunjukan.

Bagi Mahariah, seni teater sendiri dapat membentuk kepribadian guru yang lebih halus untuk memahami karakter siswa. Belum lagi konsep Merdeka Belajar yang digagas oleh pemerintah pusat menuntut para pendidik bereksplorasi dan lebih terbuka melihat berbagai kemungkinan.

“Bagaimana cara mendekati murid bukan lagi dengan cara yang konvensional, tapi (bersama siswa) bisa menjadi teman bermain dan belajar. Di teater sangat memungkinkan ini terjadi,” ucapnya.

Pembekalan selama empat hari berturut-turut ini diharapkan mampu membangun kepercayaan diri seluruh peserta, baik guru ataupun siswa-siswa yang terlibat. Tak hanya itu, adanya teater lokal binaan masyarakat juga diharapkan mampu terpantik dengan adanya kegiatan ini. Hal ini tak lain agar masyarakat Kepulauan Seribu makin mengenal dan bangga akan objek-objek kebudayaan yang ada di pulau ini, dan tak terhalangi batas geografis lantaran Kepulauan Seribu berada di sekitar 45 kilometer Utara Jakarta.

Rencananya, aktivitas di Pulau Pramuka ini akan berhilir dalam sebuah pertujukan Hajatan Pulang Babang yang dilaksanakan pada Oktober 2023, sebagai rangkaian dari Pekan Kebudayaan Nasional. Adapun kegiatan-kegiatan aktivasi Olahrasa yang dilakukan di Pulau Pramuka (kriya, tari, melukis, pameran, pemutaran film) akan dipresentasikan di acara tersebut, termasuk seni teater.

“Anak-anak dipersiapkan untuk mempersembahkan teater dan guru-gurunya bisa membantu mereka manajemen produksi,” tukas Irawita.

Foto: Pandu Wijaya Saputra

OPEN CALL FESTIVAL PERTUNJUKAN CERITA PANJI ANAK-ANAK DAN REMAJA 2023

0

Jakarta – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan akan melaksanakan kegiatan Festival Pertunjukan Cerita Panji Anak-anak dan Remaja 2023. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memeriahkan kegiatan ASEAN Panji Festival 2023 yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober di Yogyakarta, Kediri, Malang, Surabaya dan Solo.

Festival Pertunjukan Cerita Panji anak-anak dan remaja dapat diikuti oleh kelompok/ sanggar/ komunitas/ desa kategori Anak-anak dengan rentang usia 6-12 tahun dan Remaja dengan usia 13-18 tahun.

Peserta yang telah mendaftar dan mengirimkan rekaman video pertunjukan akan diseleksi secara daring oleh tim pengamat. Peserta yang lolos tahap seleksi akan diumumkan panitia melalui laman resmi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek dan berhak untuk mengikuti tahap selanjutnya dalam bentuk pertunjukan secara langsung di Taman Krida Budaya, Malang, Jawa Timur pada tanggal 11-14 Oktober 2023.

Pendaftaran dibuka tanggal 14 Agustus – 30 September 2023. Petunjuk teknis dan formulir pendaftaran dapat diakses melalui QR-code yang tertera pada poster.

Total hadiah sebesar Rp340 juta untuk 20 grup penampil terbaik dan 20 grup finalis.

Jelang HUT ke 78 RI, Museum Perumusan Naskah Proklamasi Menyelenggarakan Pameran Sapta Warsa Usaha Maju Menuju Sewindu

0
Salah satu ruang pamer di pameran Sapta Warsa Usaha Maju Menuju Sewindu.

Jakarta, 14 Agustus 2023 – Menyambut Hari Kemerdekaan ke-78 RI, Museum Perumusan Naskah Proklamasi menyelenggarakan rangkaian kegiatan “Trapesseum Fest” (Tempat Rame-ramenya pegiat seni di museum) yang berlangsung dari tanggal 14 – 31 Agustus 2023.

Salah satunya agenda di Trapesseum Fest yaitu pameran bertajuk “Sapta Warsa Usaha Maju Menuju Sewindu” yang dibuka pada hari ini, 14 Agustus 2023 dengan menghadirkan penampilan dari Sanggar Kagama Beksan & eSPe Studio dan juga penampilan dari EndahNRhesa.

Plt. koordinator Museum dan Galeri, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Pustanto, menyebutkan jika pameran ini memperlihatkan era 7 tahun sebelum dan 8 tahun setelah Indonesia merdeka.

“Dalam waktu 17 tahun setelah kita memproklamasikan kemerdekaan, yakni tepatnya pada penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika, perubahan terjadi di kita dari bangsa terjajah menjadi negara yang mengajak dan memperjuangkan bangsa lain untuk ikut merdeka. Inilah kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia,” pungkas Pustanto.

Pameran juga didukung oleh pihak-pihak terkait, diantaranya Dinas Pendidikan DKI Jakarta serta Unit Pengelola Angkutan Sekolah yang memfasilitasi kunjungan dari sekolah-sekolah di DKI Jakarta.

Pameran dibuka mulai jam 08.00-16.00 WIB serta dapat dinikmati secara luring dan daring. Informasi lengkap terkait Trapesseum Fest bisa dilihat di akun media sosial Museum Perumusan Naskah Proklamasi.