Ahmad Djauhari: Mari kita mengindahkan pembangunan mulai dari segi antropologis, arkeologis, dan menimang sejarahnya

0
1535

Diskusi Sehari Arkeologi yang menghadirkan empat organisasi profesi yakni Junus Satrio Atmodjo (Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia), Idham Bachtiar Setiadi (Ketua Asosiasi Antropologi Indonesia), Restu Gunawan (Sekretaris Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia), dan Ahmad Djauhari (Ketua Ikatan Arsitek Indonesia) bertempat di Museum Nasional Indonesia, Selasa (26/4).
Diskusi ini membahas Peran Organisasi Profesi dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Perkotaan. Adapun penataan kota ditujukan untuk menghindari bencana seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, dan erupsi gunung. Kota-kota besar di Indonesia dianggap melakukan penataan kota untuk mewujudkan peningkatan akses penduduk terhadap lingkungan pemukiman yang berkualitas, serta mewujudkan kota tanpa pemukiman kumuh sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019.
Junus S dalam Diskusi Sehari
Terkait pembangunan di perkotaan sebaiknya diserahkan kepada arsitek yang berkompeten. “Mari kita mengindahkan semua pertimbangan mulai dari segi antropologisnya, arkeologis, dan menimang sejarahnya. Kita harus paham konsekuensinya,” jelas Ahmad Djauhari.
Idham Bachtiar pun menjelaskan terkait pembangunan perkotaan yang ramah terhadap cagar budaya. “Peran organisasi profesi disini adalah sebagai komunikator pengetahuan, menghimpun dan mendistribusikan ilmu, serta membantu dan mengawal konseptualisasi pengetahuan untuk aplikasi dalam perencanaan,” ujar Idham.
pembicara dan moderator
Adapun dari segi sejarah adalah mendorong aktifitas masyarakat untuk melakukan peningkatan kemampuan dan minat terhadap sejarah perkotaan. Pada awalnya masyarakat harus peduli terlebih dahulu. “Hal ini dimulai dari kecil yakni mendorong guru sejarah di daerah untuk mengenalkan berbagai situs bersejarah di kotanya masing-masing melalui proses pembelajaran media luar ruang,” ungkap Restu.
“Semua kota punya sejarah. Tumbuh dengan mengandalkan sumber daya alam dan kemampuan penduduknya, nasib kota tidak menentu dipermainkan oleh kondisi yang mempengaruhinya,” ujar Junus. Publik diharapkan tidak dibingungkan oleh berbagai kebijakan mengenai cagar budaya. Hal ini perlu disosialisasikan dan membangun living culture collecting memory. “Melihat perkembangan media yang begitu pesat, kita harus mendorong generasi muda. Pergerakan dalam membuat opini terutama melalui sosial media,” Restu menambahkan.

Adapun materi para pembicara dapat diunduh dalam tautan berikut:

Materi/paparan Idham Bachtari
Materi/Paparan Junus Satrio
Materi/Paparan Restu Gunawan