Selamat Jalan Empu Ageng Edhi Sunarso…

0
977
Edhi Sunarso
Edhi Sunarso dan kelima karya patungnya yang menjadi Koleksi Galeri Nasional Indonesia (Koleksi Negara)
Edhi Sunarso dan kelima karya patungnya yang menjadi Koleksi Galeri Nasional Indonesia (Koleksi Negara)

Dunia seni rupa berduka lantaran berpulangnya seorang pematung monumental negeri ini, Empu Ageng Edhi Sunarso. Edhi wafat dalam usia 83 tahun karena mengalami gagal nafas akibat infeksi paru-paru. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada Senin malam, 4 Januari 2016, di ICU Jogja International Hospital (JIH), Yogyakarta.

Semasa hidupnya, perupa yang lahir pada 2 Juli 1932 di Salatiga, Jawa Tengah ini telah membuat berbagai diorama sejarah. Seperti Diorama Sejarah Museum Perhubungan di Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta), Diorama Sejarah Museum Monumen Yogya Kembali (Yogyakarta), Diorama Sejarah Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta, Diorama Sejarah Museum Tugu Pahlawan 10 November Surabaya, dan beberapa diorama sejarah lainnya.

Selain itu, Edhi juga dikenal sebagai pembuat patung/monumen yang menjadi ikon, penanda sejarah, dan dikenal masyarakat luas. Seperti Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia (Jakarta), Patung Dirgantara di Pancoran (Jakarta), Patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng (Jakarta), Monumen Tugu Muda (Semarang), Patung Jenderal Ahmad Yani (Bandung), Patung Jenderal Gatot Subroto (Surakarta), Patung Pahlawan Samudera Yos Sudarso (Surabaya), dan juga patung/monumen ikonik lainnya.

Dua diantara patung yang dibuat Edhi, miniaturnya menjadi koleksi Galeri Nasional Indonesia sekaligus merupakan koleksi Negara, yaitu miniatur Monumen Dirgantara dan miniatur Monumen Pembebasan Irian Barat. Selain itu, Galeri Nasional Indonesia juga mengoleksi tiga patung lain karya Edhi Sunarso, antara lain Torso, Gadis Torso, dan Potret Diri. Karena itulah Edhi merupakan sosok penting bagi Galeri Nasional Indonesia, dan juga perkembangan dunia seni rupa Indonesia serta internasional.

Edhi pertama kali dikenal dengan karya figuratif ekspresif berjudul Tahanan Politik Tak Dikenal. Karyanya ini berhasil memenangkan penghargaan Public Ballot pada kompetisi internasional di London. Edhi juga menyabet Medali Emas Karya Terbaik Pameran Seni Rupa Internasional India, dan menjadi pemenang Kompetisi Monumen Revolusi 10 November di Surabaya. Edhi bahkan dianugerahi gelar Empu Ageng oleh ISI Yogyakarta.

Karya–karya individual Edhi menampilkan objek–objek deformasi manusia dalam gerak–gerak terbaring dan juga posisi lainnya. Penjelajahan olah artistik Edhi berpuncak pada bentuk–bentuk abstrak dengan spirit dan elemen–elemen tradisi. Dalam berbagai monumennya, figur–figur dibentuk dalam gerak ekspresif yang heroik dan maskulin sehingga memancarkan semangat yang kuat. Hal itu tampak pada Monumen Selamat Datang, Pembebasan Irian Barat, dan Dirgantara.

Keahlian Edhi dalam membuat patung tentu sudah ada di dalam dirinya sendiri yang disempurnakan dengan belajar pada Hendra Gunawan dan menempuh jalur pendidikan. Ia mulai membuat patung saat menjadi tawanan perang KNIL di Bandung sekitar tahun 1946–1949. Setelah itu Edhi menempuh pendidikan patung di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) yang saat ini bernama Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Edhi juga pernah mendapatkan beasiswa dari UNESCO untuk mengenyam pendidikan di Visva–Bharati University, Santiniketan, India. Ilmunya itu kemudian ditularkan pada generasi penerusnya dengan menjadi pengajar di berbagai lembaga pendidikan seni, salah satunya ISI.

Sebagai seorang pematung, Edhi telah menjelajah berbagai negara untuk memperkenalkan karya-karyanya. Ia pernah mengikuti pameran bersama di Inggris, Belanda, Perancis, Italia, dan Jepang. Di Indonesia sendiri, Edhi merupakan pelopor seni patung modern Indonesia. Ia juga yang pada masanya telah mampu berinovasi membuat patung dari bahan logam, mengingat saat itu patung masih terbuat dari batu dan kayu.

“Edhi Sunarso adalah salah satu tokoh senirupa Indonesia khususnya di bidang seni patung yang memiliki peran dan kontribusi yang besar, bukan hanya pada perkembangan penciptaan dan pendidikan seni patung, tetapi juga sebagai seniman profesional yang memberi jejak penanda dalam mengabadikan peristiwa sejarah dan pembangunan bangsa dalam bentuk karya patung-patung monumental,” ucap Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus ‘Andre’ Sukmana.

Selamat jalan Empu Ageng Edhi Sunarso…

*dsy/GNI/bbs