Leo Kristi, Lewat Musik Ingin Dekat dengan Rakyat

0
1724

Penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru 2016. Leo Imam Sukarno atau lebih dikenal dengan nama Leo Kristi mendapat Anugerah Kebudayaan 2016 untuk Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Leo dinilai sebagai salah satu pelopor dan pencipta lagu-lagu balada di Indonesia dengan konsep rekaman yang didanai oleh kelompok penggemar/crowd funding. Musik Leo lahir dalam grup yang ia beri nama “Konser Rakyat Leo Kristi” (KRLK) bersama rekan musisinya seperti Naniel Yakin dan Mung Sriwiyana. Kenapa Leo menyebut Konser Rakyat Leo Kristi? Saat ditemui di rumahnya, di Surabaya, Leo menjelaskan, dirinya memberi nama demikian karena kecintaannya terhadap rakyat. Ia selalu ingin meresapi suka duka rakyat dan juga ikut berusaha untuk menemukan banyak hal yang mungkin dapat membuat mereka lebih bahagia di masa depan.

“Seluruh gairah hidup saya, irama hidup saya, mengikuti irama rakyat sehari-hari. Saya memandang dan menggerakkan seperti sebuah konser, tidak hanya di panggung tetapi di mana pun kita berada. Dan, dengan satu rangkaian semangat: semangat optimisme,  semangat patriotisme, semangat nasionalisme,” katanya.

new-picture-2Kecintaan untuk selalu dekat dengan apa yang dirasakan rakyat, tutur Leo, telah dimulai sejak kecil. Ia bercerita, bila ibunya bertanya siapa yang mau ke pasar, maka Leo kecil akan segera mengajukan diri. Ia sangat menikmati berada di pasar, mendengar orang tawar-menawar dan suasana pasar itu sendiri. “Sejak kecil, dan itu bagian dari keseharian dari saya sampai sekarang. Di sana saya dapat musik. Musik dari orang bincang-bincang, musik orang tawar-menawar, sangat menarik. Tanpa terasa hingga kini hobi jalan-jalannya semakin jauh sehingga bersyukur sekali bisa menemukan jalan-jalan. Bisa saling menemukan kasih sayang,” ujarnya.

Semua pengalaman itu memberi inspirasi kepadanya dalam menggubah lagu-lagu baladanya yang banyak bercerita tentang nasib rakyat, seperti petani dan nelayan. “Ekspresi musik saya adalah bagian dari kecintaan terhadap rakyat sejak kecil,” ia menjelaskan.

Dalam perjalanan kariernya, Leo telah merekam sekitar 13 album. Menariknya, rekaman album itu didanai oleh penggemarnya. Baginya, rekaman konon lebih merupakan paket dokumentasi perkembangan musiknya. Menurut dia, selain merekam, hal lain yang tidak kalah penting adalah  bagaimana kita bisa mengolah atmosfer baru antara alam dan kita.

Leo yang sempat kuliah di Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tahun 1971 berasal dari keluarga musik. Sejak kecil ia sudah mengenal musik. Ayahnya, Raden Ngabei Iman Soebiantoro, adalah seorang pensiunan pegawai negeri yang juga merupakan seorang musisi.

Ayahnya kemudian menghadiainya sebuah gitar. Lalu, ia belajar main gitar pada  Tony Kerdijk, direktur Sekolah Musik Rakyat di Surabaya. Adapun dalam mengolah vokal, ia belajar pada Nuri Hidayat dan John Garang. Ia juga pernah kursus gitar pada Poei Sing Gwan dan Tan Ek Tjoan. Saat masih duduk di SMA, ia bersama teman-temannya sempat membentuk grup, yang membawakan lagu-lagu The Beatles di Surabaya.

new-picture-1Bicara soal musik Nusantara, Leo mengatakan sangat kaya. Ia sendiri baru menggali beberapa musik Nusantara seperti dari Sumatera, Gorontalo, dan pesisir di Kalimantan. “Mereka memilki kekuatan, sebuah semangat dalam kehidupan yang well come. Kita harus berangkat dari kekuatan tradisi itu,” katanya.

BIODATA LEO KRISTI

Lahir: Surabaya, 8 Agustus 1949

Alamat: Jalan Maret 6, Surabaya

PENGHARGAAN

2016: Anugerah Kebudayaan untuk Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KARIER

-Penjual buku Groliers American Books

-Karyawan pabrik cat Texmura

-Penyanyi di restoran China Oriental dan Chez Rose (1974 – 1975)

-Menyanyi di LIA dan Goethe Institut

DISKOGRAFI

Nyanyian Fajar (1975)

Nyanyian Malam (1976)

Nyanyian Tanah Merdeka (1977)

Nyanyian Cinta (1978)

Nyanyian Tambur Jalanan (1980)

Lintasan Hijau Hitam (1984))

Lintasan Biru Emas dan Potret Kecil Citra Negeriku (1984)

Biru Emas Bintang Tani (1985)

Deretan Rel-rel Salam dari Desa (1985)

Diapenta Anak Merdeka (1991)

Catur Paramita (1993)

Tembang Lestari (1995)

Warm, Fresh and Healthy (2010)