Semsar Siahaan, Kesenian untuk Kemanusiaan

0
1775

Penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru 2016. Perupa Semsar Siahaan mendapat Anugerah Kebudayaan 2016 untuk Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Ia dikenal sebagai salah  satu pencipta dan pelopor karya seni rupa sebagai alat advokasi dan pemberdayaan masyarakat.

Sem—begitu ia biasa disapa—memang  tidak hanya dikenang sebagai perupa, tetapi juga seorang aktivis. Ia termasuk salah satu yang ada di belakang kelahiran Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Ia dikenal sangat kritis terhadap pemerintah, terutama pada era Orde Baru. Sem ada dalam daftar dari 234 alumni ITB yang aktif dalam gerakan 1998.

Diani Siahaan, salah seorang saudari Semsar, berharap  apa yang diperjuangkan oleh saudaranya itu hendaknya jadi perhatian dan berlanjut. Menurut Diani, Semsar dalam berkesenian berprinsip: “Kesenian bukan hanya untuk kesenian, tetapi kesenian untuk kemanusiaan. Seni, baginya, tidak menjadi alat kolektif tetapi alat individual yang independen untuk mengekspresikan pengalaman sosial.”

Sem lahir di Medan, Sumatera Utara,  pada 11 Juni 1952 dari keluarga militer. Ia mengikuti orangtuanya yang bertugas di Yugoslavia (1965-1968).  Pada usia 13 tahun, ia belajar melukis di bawah bimbingan gurunya di SD France Freshern di Beograd. Kembali ke Tanah Air, ia belajar seni patung di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB pada  1977-1981. Namun ia diberhentikan dari ITB setelah melakukan aksi membakar patung karya dosennya, Soenaryo, yang berjudul “Irian dalam Torso”, karena dianggapnya sebagai seni kemasan yang mengeksploitasi orang Papua.

new-picture-2Ia kemudian studi di San Francisco Art Institute (SFAI), AS, di bawah bimbingan pelukis Bruce McGaw dan Ursula Schneider. Tahun 1983 ia ke Amsterdam, Belanda, berkarya dan membuat buletin “Demi Demokrasi” dengan para seniman setempat.  Tahun 1988 ia mendirikan Yayasan Maju Bersama (advokasi plus pendidikan buruh), dan tahun 1989 INFIGHT (sehubungan dengan hak asasi manusia, HAM). Karya-karyanya selalu kritis terhadap keadaan. Pada Biennale Seni Rupa Jakarta IX  pada 17 Desember  1993- 17 Januari 1994 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, ia menggelar instalasi, menggali halaman belakang TIM jadi liang kubur dan mengisinya dengan patung-patung mayat. Setelah itu ia membakar karyanya tersebut. Pada saat tersebut ia mendapat penghargaan dari panitia Biennale.

Ia juga sangat peduli terhadap masalah lingkungan. Sejumlah lukisannya bertema keserakahan negara-negara kaya yang membabat hutan di negara-negara miskin. Lukisannya “G-8 Pizza & The Study of The Falling Man”  ikut dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, 17- 31 Agustus 2004. Ia aktif di Sekretariat Perlindungan Hutan Indonesia pada tahun 1980-an.

Hampir di setiap lukisan ada sosok “manubilis”, yaitu sosok manusia yang serakah dan culas. Ia selalu mempersoalkan paradoks kenapa di tengah kekayaan bangsa Indonesia masih banyak rakyat  menderita kemiskinan struktural. Baginya, semua anak bangsa punya hak untuk merawat seluruh kekayaan negara  agar Indonesia menjadi bangsa cerdas dan beradab.

new-picture-1Tercatat, sejak tahun 1979, Semsar telah mengikuti 12 kali pameran tunggal, tur keliling Jawa di empat kota dan berakhir di Bandung dan Jakarta.  Tahun 1991, ia memberi ceramah keliling di Sydney, Melbourne, Wollongong, Canberra, Hobart dan Adelaide. Selain itu ia juga diundang sebagai perupa tamu di University of New South Wales, Australia. Tahun 1996 ia ke Australia untuk mengikuti konferensi seni, ceramah dan aksi dengan Green Peace. Tahun 1997 ia menjadi peserta pameran “Modernity & Beyond” dalam peresmian Singapore Art Museum oleh PM Goh Chok Tong.  Pada April sampai September  1997 ia ikut pameran di  Tokyo dan Hiroshima. Pada 1998 ia ke Kanada dan menetap selama lima tahun di Kanada Victoria. Di sana Sem berkarya dan melakukan demo anti-WTO di Seattle.

Sem meninggal di RSUD Tabanan, Bali, Rabu 23 Februari 2005.  Setelah disemayakan di  Galeri Cipta TIM,  ia dimakamkan di Kompleks Bengkel Teater di Citayam, Depok, Kamis 24 Februari 2005. Sem telah pergi untuk selama-lamanya, akan tetapi semangatnya tetap hidup.new-picture-3

BIODATA SEMSAR SIAHAAN

Lahir: Medan, 11 Juni 1952

Wafat: Tabanan, Bali, 23 Februari 2005

PENGHARGAAN

  • 2016: Anugerah Kebudayaan untuk Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI