Legenda Balung Buto di Sangiran Sragen: Peperangan Manusia vs Raksasa

0
4720

Situs Sangiran yang berlokasi di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menyimpan berbagai penemuan sejarah masa lampau yang unik. Salah satu legenda terkenal dari Situs Sangiran adalah legenda balung buto.

Situs Sangiran yang berlokasi di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menyimpan berbagai penemuan sejarah masa lampau yang unik. Salah satu legenda terkenal dari Situs Sangiran adalah legenda balung buto.

Balung buto merupakan istilah masyarakat lokal untuk menyebut fosil berbentuk tulang raksasa. Fosil merupakan sumber otentik yang dipakai merekonstruksi sejarah kehidupan yang tersisa di masa lampau.

Legenda tentang balung buto itu ditulis Bambang Sulistyanto dalam buku Warisan Budaya Dunia dalam Perspektif Masyarakat Sangiran. Dikutip Solopo.com, Minggu (28/11/2021), pada zaman dulu saat wilayah Sangiran masih berupa hutan lebat dan perbukitan, hiduplah sekelompok masyarakat dengan damai.

Namun suatu ketika ketentraman mereka tiba-tiba berubah menjadi kekacauan karena datangnya para raksasa. Rombongan raksasa itu merusak berbagai tanaman dan memangsa hewan bahkan mansia, terutama anak-anak.

Akibatnya penduduk Sangiran pun lari ke sebuah desa di balik bukit untuk meminta bantuan ksatria bernama Raden Bandung. Singkat cerita, tercetuslah peperangan antara Raden Bandung dengan para raksasa yang tidak mau pergi dari Sangiran, malah meminta persembahan berupa anak manusia sebagai santapan setiap hari.

Dalam peperangan itu, Raden Bandung nyaris kalah dan melarikan diri ke hutan. Semasa di pengasingan itu dia mendapat wangsit dari dewa untuk bertapa selama sewindu. Setelah genap sewindu, dia mendapat wangsit lagi untuk menenggelamkan diri di telaga (kedung). Di sana dia bertemu dengan Dewa Ruci yang memberinya wejangan tentang kehidupan.

Dewa Ruci meminta Raden Bandung mengasah kuku di batu untuk mengalahkan para raksasa. Setelah itu dia muncul dari tengah telaga bersama pasukannya untuk mencari Tegopati, raja para raksasa yang mendirikan kerajaan di Glagahombo.

Raden Bandung pun menyerang wilayah tersebut dan membantai para raksasa. Tegopati tewas dengan senjata kuku milik Raden Bandung. Kematiannya pun sangat mengenaskan karena jasadnya dilemparkan jauh hingga terjengkak di suatu tempat bernama Dusun Bapang yang saat ini masuk wilayah Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, tempat Museum Sangiran berdiri.

Sementara sebagian pasukan raksasa itu tewas ditenggelamkan di bendungan yang dibuat Raden Bandung. Darah para raksasa itu berceceran hingga menggenangi suatu wilayah yang kini dikenal dengan nama Desa Saren.

Sedangkan tulang-belulang para raksasa itu tersebar di berbagai wilayah di Sangiran yang akhirnya disebut warga dengan istilah balung buto.

Sumber: solopos.com