Petani Bunga Desa Kenteng, Ambarawa

0
1481

Notice: Trying to get property 'roles' of non-object in /home/website/web/kebudayaan.kemdikbud.go.id/public_html/wp-content/plugins/wp-user-frontend/wpuf-functions.php on line 4663

Petani Bunga Desa Kenteng, Ambarawa

Oleh: Isni Herawati

Masyarakat Indonesia, dewasa ini telah terbiasa mengekspresikan perasaannya dengan kehadiran bunga. Hal ini dapat dibuktikan dengan hadirnya bunga di segala lapisan masyarakat yang berupa rangkaian bunga dalam peristiwa-peristiwa besar antara lain dalam peristiwa kelahiran, perkawinan, kematian dan upacara keagamaan atau berbagai acara kenegaraan.

Desa Kenteng, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang terkenal dengan penghasil bunga. Tanaman tersebut ada sejak jaman penjajahan Belanda hingga sekarang. Pada umumnya petani bunga hanya memiliki lahan kurang lebih 0,25 hektar. Untuk itu dalam membudidayakan tanamannya mereka mempunyai strategi tersendiri yaitu secara selang-seling dengan tanaman sayuran. Di samping itu waktu menanamnya tidak secara serentak melainkan bergiliran dan disesuaikan dengan umur tanamannya. Dengan demikian waktu panen dapat secara bergantian sehingga tidak pernah istirahat baik lahan maupun petaninya.

Pada umumnya petani setempat menanam bunga dua macam yaitu bunga potong dan bunga tabur. Bunga potong merupakan tanaman pokok, menanamnya di sawah. Sedangkan bunga tabur merupakan tanaman sambilan umumnya ditanam di pematang. Namun kalau dilihat dari penghasilannya bunga tabur mampu untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga karena dapat dipanen setiap hari.

Bunga tabur maupun bunga potong pada umumnya dijual sendiri ke pasar. Di daerah tersebut terdapat dua buah pasar yaitu pasar Kemantren dan pasar Jetis atau Ngasem. Pasar bunga potong dimulai antara pukul 03.00-06.00, khusus bunga tabur, pasarannya setiap hari hanya di pasar Kemantren yaitu sesudah pasaran bunga potong selesai. Para bakul bunga umumnya berasal dari daerah sekitar dan sudah mempunyai jaringan usaha di luar daerah seperti di Yogyakarta, Semarang, Temanggung dan sebagainya. Mengenai harga bunga selain ditentukan oleh para bakul juga oleh kebutuhan pasar.

Selengkapnya: Patra-Widya, Vol. 3 No. 2, Juni 2002.