Kuliner Jawa Dalam Serat Centhini

0
6410
Kuliner Jawa Dalam Serat Centhini

Kuliner Jawa Dalam Serat Centhini

Oleh :

Wahjudi Pantja Sunjata

Sumarno

Titi Mumfangati

 

Serat Centhini merupakan karya sastra Jawa lama yang memuat berbagai macam aspek kehidupan budaya Jawa. Satu di antara aspek itu adalah tentang kuliner Jawa. Dalam Serat Centhini memuat berbagai macam kuliner Jawa dengan berbagai fungsi. Penceritaan macam-macam kuliner itu tersebar di berbagai lokasi sesuai dengan kisah dan tokoh yang ada di dalamnya.

Lokasi penceritaan kuliner dalam Serat Centhini berada di Pulau Jawa, mulai dari ujung barat, yaitu di Bogor sampai di ujung timur Pulau Jawa, yaitu Banyuwangi. Tempat-tempat itu antara lain: Bogor, Kroya, Wirasaba, Kandangan, Prawata (Undakan), Magetan, Matesih, Sumapala, Prambanan, Mataram, Blambangan, Banyuwangi, Jember, Wanagiri, Padukuhan Karang,Wanamarta, Dukuh Caduk, Gua Sirup, Nusabarong, Sendang Wajak, Telaga Ngebel, Watusaba, Desa Lemahbang, Kanigara, Majarata, Gunung Tidar, Gunung Sindara, Gunung Gendhing, Bustam, Tajug, dan Gunung Lawu.

Macam-macam kuliner yang ada dalam Serat Centhini disajikan pada waktu-waktu tertentu, seperti pagi atau sarapan pagi, siang, dan malam. Selain itu, dilihat dari kepentingannya atau situasinya, kuliner yang ada disajikan pada saat pesta, kerja bakti membuat tarub, sesaji, jamuan tamu, maupun ambil sendiri karena tersedia di alam bebas. Kuliner ini biasanya ditemukan dengan setting perjalanan. Dilihat dari jenis bahan makanannya ada makanan alami dan makanan olahan. Makanan alami adalah makanan yang dapat dikonsumsi langsung dari alam karena masak di pohon. Sedangkan makanan olahan adalah bahan makanan yang tersedia harus diolah atau dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

Fungsi makanan yang terdapat dalam Serat Centhini bermacam-macam, antara lain sebagai fungsi sosial, ritual dan bernilai ekonomi. Fungsi sosial kuliner Jawa dalam Serat Centhini antara lain tampak pada pengisahan bahwa macam-macam kuliner tersebut sebagai jamuan dari tuan rumah kepada tamunya. Fungsi sosial juga tampak pada penceritaan ketika ada hajatan banyak orang yang membawa aneka kuliner sebagai sumbangan kepada orang mempunyai hajatan. Hal ini tampak sekali ketika Ki Bayi Panurta mempunyai hajatan mantu, hampir semua orang di sekitarnya memberikan sumbangan beraneka kuliner setiap hari. Fungsi ekonomi tampak ketika ada hiburan terdapat penjual yang menjajakan dagangan berupa aneka kuliner. Hal ini tampak pada pengisahan dengan seting di Mataram ketika akan ada hajatan mantu, dikisahkan banyak penjual yang menjajakan makanan. Kuliner yang berfungsi ritual tampak pada pemanfaatan macam-macam makanan sebagai bahan sesaji maupun ruwatan. Fungsi ritual itu antara lain dilakukan ketika akan hajatan, mendirikan masjid, maupun meruwat orang yang lahir sesuai dengan perhitungan pawukon. Setiap manusia yang lahir menurut perhitungan wuku pasti memiliki nasib buruk. Untuk menghilangkan nasib buruk itu maka harus diruwat. Salah satu perlengkapannya adalah makanan. Jenis makanan itu antara lain pala kesimpar, pala kependhem, dan pala gumantung. Selain itu, juga makanan yang disebut jajan pasar.

Selain fungsi tersebut, berbagai kuliner yang terdapat dalam Serat Centhini disebutkan berfungsi sebagai makanan kesehatan atau jamu. Beberapa macam kuliner yang berfungsi sebagai konsumsi kesehatan itu antara lain digunakan orang setelah melahirkan yaitu untuk merawat tubuh. Selain itu, ada juga bahan kuliner yang berfungsi untuk minuman kesehatan.

Berbagai macam kuliner yang terdapat Serat Centhini sampai sekarang masih banyak dijumpai di berbagai tempat, khususnya di pasar tradisional. Selain itu, beberapa jenis makanan tradisional sampai sekarang sudah dikemas lebih modern sehingga mampu bersaing dengan makanan olahan yang lebih modern, dan diperjualbelikan di toko-toko modern. Makanan itu antara lain: krasikan, manco, grubi, dan abon sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Fungsi ritual makanan yang terdapat dalam Serat Centhini sampai sekarang juga masih dapat dipertahankan. Hal itu tampak pada berbagai upacara tradisional yang masih dilakukan oleh masyarakat, seperti kenduri nyadran memakai apem, jajan pasar, dan buah-buahan. Fungsi sosial makanan yang terdapat dalam Serat Centhini juga masih dilestarikan oleh sebagian masyarakat, di antaranya adalah pemberian berbagai makanan ketika orang akan mempunyai hajatan. Memang macamnya tidak selengkap pada waktu dahulu.

Selengkapnya:   Kuliner Jawa Dalam Serat Centhini, Oleh: Wahjudi Pantja Sunjata, dkk., Cetakan I (xii + 159 hlm; 17 x 24 cm), Diterbitkan Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta, Tahun 2014.

Download Versi PDF: Buku digital