SEMINAR TOKOH PANJI INDONESIA: ”PANJI DALAM BERBAGAI TRADISI NUSANTARA”

0
1245

Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud bekerjasama dengan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, menyelenggarakan Seminar Tokoh Panji Indonesia “Panji Dalam Berbagai Tradisi Nusantara”. Seminar yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 8 Mei 2014 ini menghadirkan pembicara kunci Prof. Dr. Endang Caturwati,S.S.T.,M.S. Acara ini diikuti 200 peserta dari kalangan budayawan, seniman, dan akademisi.

Cerita Panji merupakan kisah khas dan asli tradisi Nusantara yang menyebar hingga daratan Asia Tenggara yaitu wilayah budaya Kamboja dan Thailand. Dalam bentuk teks, cerita Panji ditulis dalam bahasa Jawa Tengah-an bukan Jawa Kuno maupun Jawa Baru. Cerita Panji juga terukir dalam relief Gombyak di Kediri serta Pendopo Teras II Candi Penataran. Di samping itu kisah-kisah Panji juga diangkat dan dijadikan sumber cerita dalam berbagai genre seni pertunjukan di Indonesia hingga saat ini. Namun sebagai seni pertunjukan yang mengedepankan cerita Panji hampir punah, bahkan seniman-seniman yang bergerak dari sumber cerita Panji saat ini tinggal beberapa saja. Oleh karena itu perlu pendataan, pembinaan ulang, dan penggalakan kembali agar generasi kini dan akan datang tetap setia merawat, mengembangkan serta mampu memanfaatkan kisah-kisah yang termuat dalam cerita Panji. Pada seminar ini tokoh Panji Indonesia diperbincangkan kembali oleh para ahli dari kajian sejarah, arkeologi, budaya lisan, estetika dan seni pertunjukan.

Seminar tokoh Panji ini mendiskusikan sebanyak 12 makalah yang dibagi dalam 3 sesi, yaitu Sesi 1, Tradisi Lisan dan Artefak: Panji dan Para Kadeyan Mengembara  dalam Kebudayaan Nusantara oleh Prof. Dr. Agus Aris Munandar (Universitas Indonesia), Cerita Panji dalam Tradisi Lisan Masyarakat Kalimantan oleh Dr. Regina (Universitas Palangkaraya), Sejarah Panji dalam Perspektif Arkeologi oleh Dr. Ribut (Arkeolog), dan Cerita Panji dalan Seni Pertunjukan Bali oleh Prof. Dr. Wayan Dibia (ISI Denpasar).

Sesi 2, Sumber Nilai Kehidupan Nusantara: Cerita Panji sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Seni Masa Kini oleh Dr. Bambang Pudjasworo (ISI Yogyarta), Panji dalam  Seni Pertunjukan Topeng Madura oleh Ki Akhmad Darus (Seniman Sumenep), Kisah Panji dan lakon Wayang Jekdong oleh Dr. Wisma Nugraha (UGM), dan Cerita Panji dalam Wayang Gedog Gaya Surakarta oleh Bambang Suwarno, M.Hum. (ISI Surakarta).

Sesi 3, Belajar Masa Lalu untuk Merancang Masa Depan: Seni dalam Perrtunjukan Wayang Topeng Malangan oleh M. Soleh Adi Pramono, (Seniman Malang), Topeng Barangan, Ungkapan Ekspresi dan Penuangan Kreatifitas para Dalang Klaten oleh Surono, S.Sn. (SMKI Surakarta), Serat Panji, Memaknai Merah dan Putih Memahami Merah Putih oleh Toto Amsar Suanda, SST, M.Sn. (STSI Bandung), dan Cerita panji dan Pergelarannya: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan oleh Dr. Lono Lastoro Simatupang (UGM).

Agus Aris Munandar mengatakan bahwa kisah Panji atau tokoh Raden Panji, kekasihnya, dan para kadeyan (pengikut) ternyata telah digambarkan pada dinding candi masa Majapahit berupa relief candi. Saat ini beberapa relief tidak lagi utuh sempurna namun berdasarkan bentuk penggambaran dan sisa beberapa figur yang masih dapat diamati, dapat diketahui bahwa panil relief itu semula menggambarkan cerita Panji.

Dari data arkeologis membuktikan bahwa cerita Panji digubah di masa Majapahit , dipahatkan pada beberapa kepurbakalaan zaman Majapahit, diarcakan, dan dibuat boneka terakota yang juga ditemukan di Trowulan. Data arkeologis juga  menunjukkan bahwa narasi tentang Raden Panji putera Raja Kahuripan yang berjodoh dengan Dewi Sekar Taji dari Daha sangat digemari masyarakat. Bukti apresiasi masyarakat ini adalah bentuk pemahatan relief, sebab dengan dipahatkannya cerita Panji dalam bentuk relief maka cerita tersebut semakin mudah dinikmati masyarakat, mudah diikuti secara visual, dan terabadikan, sebab dipahat dalam media batu/bata yang awet.

Cerita Panji yang diciptakan oleh masyarakat Jawa Kuno tidak dipengaruhi oleh kisah-kisah epos dari India baik Mahabarata maupun Ramayana, melainkan kisah kesatrya-kesatya dari keraton-keraton Jawa. Aspek positif berupa nilai kepahlawanan dari kisah Panji yang masih aktual sampai saat ini adalah: Pelaga yang pantang mundur di medan perang, berani mengorbankan diri demi harga diri sebagai pahlawan, setia kepada janji yang diucapkan, melaksanakan etika susila dan kesopansantunan, cinta kepada keluarga, hormat kepada orang tua, kakak, dan saudara, setia kepada kawan, siap membalas budi dan siap membantu, tidak pernah merampas hak orang lain, dan manis rupa serta halus budi bahasanya. (Nurokhim).