“Penggiat Budaya Menjadi Ujung Tombak Menghilangkan Intoleransi”

0
2282

Jakarta – Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Sri Hartini menegaskan, para Penggiat Budaya yang nantinya ditempatkan di lokasi terpilih diharapkan mampu menjaga toleransi masyarakat setempat. Caranya dengan menghormati apa pun tradisi dan nilai-nilai leluhur yang dipegang tanpa harus risih pada perbedaan yang ada.

“Diharapkan nanti peserta harus menyesuaikan dengan lingkungan yang ada di sana. Mereka punya kepercayaan terhadap Tuhan atau pun tidak memeluk suatu agama,itu tidak masalah. Para Penggiat Budaya harus tahu bahwa keanekaragaman di negeri ini sangat luar biasa, khususnya soal kepercayaan itu sendiri,” paparnya saat mengisi materi di kegiatan Pembekalan dan Penandatanganan Kontrak Kerja Penggiat Budaya 2017 di Hotel Santika TMII, Jakarta Timur.

Lebih jauh ia menguraikan, tugas dan peran seorang Penggiat Budaya bukan sekadar melakukan pencatatan, konsolidasi, atau sebagai fasilitator ke masyarakat. Paling tidak mereka diharakan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, berbaur dengan masyarakat untuk lebih menumbuhkan rasa toleransi antarsesama.

“Kita harus saling menghargai, apalagi di masyarakat masih ada yang percaya terhadap benda-benda. Penggiat Budaya harus menjadi ujung tombak untuk menghilangkan intoleransi. Ikuti alur mereka, ikuti situasi dan kondisi mereka seperti apa. Apakah kita harus menghindar? Jawabannya tidak,” tegasnya.

Amanat tentang saling tenggang rasa, tambah Sri Hartini, juga sering disinggung Presiden RI Joko Widodo baik di forum nasional maupun internasional. Perbedaan agama sebaiknya memang bukan penghalang bagi demokrasi di suatu negara, bahkan sesama umat manusia. Ia berharap amanat ini tetap dipegang para peserta ketika bertugas di lapangan.

“Keberagaman ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa,” tukasnya.