Oei Tiong Ham
Gula pernah menjadi salah satu komoditas unggulan Nusantara pada masa penjajahan terdahulu. Setelah mengalami penurunan harga secara drastis, posisi Pulau Banda Neira sebagai penghasil rempah utama dunia tergeser oleh Pulau Jawa sebagai salah satu penghasil gula terbaik saat itu. Pada rentang tahun 1800 – 1930, gula menjadi produk olahan alam terpenting di dunia.
Salah satu saudagar gula saat itu adalah seorang Tionghoa bernama Oei Tiong Ham. Kesuksesan pria yang lahir pada 1866 sampai 1924 ini berasal dari sang ayah, Oei Tjie Sien yang memiliki perusahaan Kian Gwan. Dirinya menjadi proklamator Oei Tiong Ham Concern (OTHC) yang dikemudian hari menjadi salah satu perusahaan terbesar di Asia. Dengan kantor pusat yang berada di Semarang, Oei Tiong Ham melebarkan sayap bisnisnya dari Hongkong, London, hingga New York. Bahkan Koran De Locomotief pernah menyebut Ia sebagai “orang terkaya di antara Shanghai dan Australia.”
Oei Tiong Ham memulai bisnis pertamanya dengan hasil bumi, seperti kopi, karet, kapuk, gambir, tapioka, serta opium. Bisnisnya mulai berkembang pesat ketika saat itu Ia mengakuisisi 5 pabrik gula yang akan bangkrut, yaitu pabrik gula Pakis di Pati, Rejoagung di Madiun, Ponen di Jombang, Tanggulangin di Sidoarjo, dan Krebet di Malang.
Kini, jejak peninggalan Oei Tiong Ham Concern masih dapat dijumpai di kawasan Kota Lama Semarang. Terdapat 3 bangunan eks-kantor OTHC, yaitu yang terletak di Jl Kepodang No 25, di sudut pertemuan antara Jalan Kepodang dan Jalan Suari, dan di Jalan Kepodang No 11 – 13.