Prestasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Presiden RI Ke-6
Susilo Bambang Yudhoyono

Bogor (14/2) Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, MA atau yang dikenal dengan inisial SBY, adalah Presiden Republik Indonesia keenam. SBY merupakan presiden yang pertama kali dipilih langsung oleh rakyat. Setelah sukses mengawal transisi politik dan ekonomi 2004-2009, SBY terpilih lagi dalam satu putaran pada Pemilu 2009 dengan perolehan suara mencapai 60,80% atau ekuivalen dengan 73,8 juta pemilih. Prestasi ini menempatkan SBY sebagai “The Most Voted Leader in the World” dalam sebuah pemilu yang demokratis. Ia bahkan mengalahkan Barack Obama, George Bush, Lula da Silva, Ronald Reagan, Vladimir Putin dan lain-lain. Tidak hanya menjadi pemimpin paling legitimate di dunia—dengan dukungan suara terbanyak— mantan Kasospol ABRI itu juga membuktikan bahwa demokrasi di negara berkembang yang dianggap penuh kegaduhan dan instabilitas, ternyata dapat menghasilkan pemerintahan efektif dan kesejahteraan rakyat. Di tangan SBY, Indonesia 2004-2014 mencatat kemajuan di sejumlah bidang, mulai dari pertahanan keamanan, luar negeri dan ekonomi.

Kemajuan nyata selama era SBY dapat dilihat dari cadangan devisa kita yang mencapai rekor tertinggi sepanjang republik berdiri pada Agustus 2011, yaitu sebesar US $ 124,5 miliar. Ini tentu pencapaian yang luar biasa bila dibandingkan dengan cadangan devisa tahun 2004 yang baru sekitar US $ 36,3 miliar. Lalu dalam rasio utang, terjadi penurunan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB). Rasio utang pemerintah yang pernah mencapai 88% PDB pada 2000, dapat diturunkan menjadi 32% PDB pada 2008. Konsistensi Presiden SBY dalam pengurangan beban pengeluaran pemerintah untuk membayar utang juga terlihat jelas. Pada 2006 SBY berhasil mengantarkan bangsa ini melunasi seluruh utang ke International Monetary Fund (IMF) sebesar Rp60,7 triliun. Setahun berikutnya jenderal bintang empat itu mengambil keputusan penting kala membubarkan Consultative Group of Indonesia (CGI) yang sebelumnya mendikte arah pembangunan bangsa. Begitu juga, melalui upaya Presiden SBY yang sungguh-sungguh, akhirnya sangsi dan embargo militer yang telah berlangsung selama 12 tahun akhirnya dicabut.

Sejalan dengan data-data di atas, kita patut bersyukur karena ekonomi kita mampu bertahan di tengah badai krisis dunia 2008. Hampir semua kawasan di dunia pada saat itu mengalami pertumbuhan minus, termasuk AS dan Eropa. Alhamdulilah Indonesia masih berhasil mempertahankan pertumbuhan hingga 4,3% pada 2009. Daya tahan ekonomi kita yang kuat ini turut mengangkat peringkat investasi kita ke level yang lebih baik. Tercatat JCRA, Fitch, Moody’s, Standard & Poor’s dan dan Rating and Investment Information Inc (R&I) menaikkan level Indonesia hingga mencapai label “Investment Grade”, setelah sekian lama kita tak meraihnya.

Impact-nya pada 2012 Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia. PDB Indonesia 2013 telah melampaui US $ 870 miliar, jauh di atas angka PDB di awal pemerintahan SBY pada tahun 2004 yang sebesar US $ 257 miliar. Sampai akhirnya 2014, Bank Dunia menempatkan Indonesia di peringkat 10 negara dengan PDB terbesar di dunia, berdasarkan kemampuan daya belinya (Purchasing Power Parity). Sumber : Buku Presiden Republik Indonesia 1945-2014 (Doni Fitra)