You are currently viewing Gerabah Arikamedu dari abad ke 2 Masehi
Ruang Pamer Keramik di Museum Nasional

Gerabah Arikamedu dari abad ke 2 Masehi

Teknologi pembuatan gerabah merupakan salah satu teknologi yang diperkenalkan oleh para penutur rumpun Austronesia di Nusantara sekitar 4000 tahun yang lalu. Migrasi para penutur rumpun Austronesia ini memperkenalkan berbagai teknologi, sehingga masa ini dianggap sebagai revolusi kehidupan manusia. Teknik pembuatan gerabah masih tergolong sederhana yaitu menggunakan tatap landas. Lambat laun teknik pembuatan gerabah meningkat mengunakan roda putar. Seperti halnya temuan gerabah berupa piring di situs Buni ini, tampak pembuatannya sudah menggunakan teknik roda putar. Ditinjau dari bentuknya, diketahui bahwa piring ini tidak dibuat di Indonesia melainkan berasal dari luar Inonesia. Bentuk dan pola hiasnya menunjukkan bahwa piring tersebut berasal dari Arikamedu, sebuah kota  pelabuhan kuna di pantai timur  India selatan yang menjadi pusat perdagangan pada awal tarikh masehi.

Gerabah dari Arikamedu

Gerabah dari Arikamedu (India Selatan), umumnya berbentuk piring dengan ukuran garis tengah 30 cm dan tinggi piring sekitar 5 cm. Ciri dari temuan gerabah Arikamedu adalah permukaan piring diupam/poles hingga mengilap, berwarna coklat hingga merah keabu-abuan dan di permukaan dasar bagian dalam wadah khususnya berwarna abu-abu. Hiasan terdiri dari satu atau tiga bagian hiasan berbentuk pita lingkaran yang menarik yang dibentuk dengan rolet (roda kecil). Gerabah Arikamedu dikenal sebagai Romano-Indian rouletted potery dan berdasarkan penelitian para ahli, memiliki pertanggalan dari masa abad ke-2 Masehi dan ke-3 Masehi.

Ditinjau dari penggunaan kemungkinan digunakan sebagai wadah makanan. Penggunaan lain dari gerabah ini, kemungkinan sebagai bekal kubur bagi orang atau kalangan yang memiliki status sosial tinggi dalam masyarakat serta sebagai barang tukar (barter).

NLP Candra Dewi/Museum Nasional