You are currently viewing ARCA DURGA
Arca Durga koleksi Museum Nasional

ARCA DURGA

Batu

Sekitar Borobudur, Jawa Tengah

p 60 cm, l. 35 cm, t. 130 cm

abad ke-9

Museum Nasional Indonesia

Inv. No.127

Durgā dalam mitologi Hindu merupakan dewi yang menyeramkan dan dianggap sebagai penjelmaan dari Umā atau Parwati dalam bentuk krodha.  Di dalam mitologi disebutkan pula bahwa Durgā tercipta dari kumpulan hawa amarah dan kemurkaan para dewa yaitu Siwa, Wisnu, dan dewa-dewa lainnya. Perang yang terjadi antara para dewa melawan bala tentara asura   yang telah terjadi selama ratusan tahun yang dipimpin oleh dewa Indra sebagai raja para dewa dan Māhiṣā yang merupakan kepala para asura. Kisah kehancuran asura (raksasa) ditemukan dalam buku-buku Purana, yang merupakan bagian dari Madhyamacarita yang menggambarkan pertempuran antara Durga dan Māhiṣāsura. Diriwayatkan bahwa kerajaan Indra, pemimpin para dewa, telah diganggu oleh para asura dan raja mereka bernama Mahisasura. Kerajaan dikalahkan oleh asura dan Mahisasura menggantikan posisi Indra. Melihat ini, para dewa yang dipimpin oleh dewa Brahma menghadapi Siwa dan Wisnu. Siwa dan Wisnu menjadi sangat marah mendengar apa yang telah dilakukan oleh Māhiṣāsura yang tampak dari pancaran cahaya yang sangat panas keluar dari wajah mereka. Kemurkaan dewa-dewa tersebut melahirkan wanita cantik, muka wanita terbentuk dari tenaga Siwa, sedangkan rambut dari tenaga Yama, tangan-tangannya berasal dari tangan Wisnu, dada terbentuk dari tenaga Candra, perut dari tenaga Surya,jari berasal dari tenaga Wasu, gigi berasal dari tenaga prajāpati, mata ketiga dari Agni, bulu mata dari kekuatan fajar dan telinga dari tenaga Wayu. Kemudian masing-masing dewa memberikan hadiah berupa senjata dan permata kepada Durga. Setelah menerima semua hadiah ini, Durga pergi berperang melawan tentara Māhiṣāsura bernama Durgama anak Ruru. Setelah pasukannya terbunuh, Māhiṣāsura melangkah maju untuk melawan Durga. Māhiṣāsura berubah menjadi beberapa wujud seperti; seekor singa, gajah dan akhirnya berubah menjadi bentuk aslinya, seekor lembu yang kuat dan garang. Durga melompat ke punggung lembu itu, menekan leher hewan itu dengan kakinya dan menusuknya dengan tombak. Mahisasura berbentuk manusia kemudian muncul dari leher sapi dan dibunuh oleh sang dewi (Agravala dalam Santiko 1992: 203). (#Archiphel: Kingdom of The Sea, 2017)

Arca Durga Māhiṣāsuramardini dari Borobudur, Jawa Tengah dilgambarkan memiliki delapan tangan. Empat tangan kanan memegang chakra (berbentuk roda, khadga (pedang), sula (tombak) dengan tombak yang menempel di belakang sapi jantan dan menarik bagian ekor lembu. Empat tangan kiri memegang objek tak dikenal, aṅkusa (tali kekang gajah), khēṭaka (perisai), dan menarik  ujung rambut Durgama. Arca Durgā digambarkan mengenakan mahkota, memakai perhiasan seperti kundala (anting), kalung, keyura (tali bahu), kaṅkana (gelang), hiasan dada, dan kaṭibanda (ikat pinggang), mengenakan perhiasan ular yang melingkar di pinggulnya. Hiasan-hiasan, senjata-senjata tersebut merupakan hadiah dari para dewa untuk melawan Māhiṣāsura. Artikel terkait : Arca Durga Māhiṣāsuramardini