You are currently viewing Prasasti Gajah Mada
Prasasti gajah Mada Koleksi Museum Nasional

Prasasti Gajah Mada

  • Post author:
  • Post category:Cagar Budaya

Prasasti Gajah Mada
Batu
Singosari, Malang, Jawa Timur
Aksara Jawa Kuno
Bahasa Jawa Kuno
Tahun 1273 Śaka (= 1351 Masehi)
Tg. 115 cm; Lb. 58 cm; Tb. 9 cm
No. Inv. D. 111

Prasasti ini dikeluarkan oleh sang Mahamantri Mukya Rakryan Mapatih Mpu Mada dalam
rangka pendirian sebuah bangunan caitya untuk memperingati gugurnya Bhaṭāra Sang lumaḥri Śiwabuddha (Raja Kĕrtanagara) bersama para pendeta dan penjabat tinggi kerajaan.

Prasasti Gajah Mada ditemukan di tahun 1904 oleh penduduk setempat di dalam sebuah
sebuah kolam di samping langgar milik seorang pemuka agama Islam, di sebelah utara Candi Singosari, Malang, Jawa Timur. Prasasti ini dinamakan prasasti Gajah Mada karena
menyebutkan seorang tokoh, yaitu pu Mada yang memerintahkan pengeluaran prasasti.
Prasasti Gajah Mada memiliki 17 baris tulisan hanya pada sisi depan (recto). Aksara dan
bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuna. Bentuk aksara prasasti Gajah Mada ini lazim
digunakan pada prasasti-prasasti yang berasal dari abad ke-13-14 Masehi.

Prasasti Gajah Mada diawali dengan penyebutan tahun 1214 Śaka bulan Jyeṣṭa adalah
wafatnya (kamoktan) Raja Kĕrtanagara yang disebut sebagai Paduka Bhaṭāra sang lumah
ring Siwa Buddha. Kemudian dilanjutkan dengan penyebutan tanggal dikeluarkannya prasasti ini, yaitu pada tahun (warṣa) 1273 Śaka, bulan (māsa) Weśaka, tanggal atau hari Pratipāda, pada saat paruh bulan terang (śuklapakṣa), pada siklus 6 harinya adalah Haryang, siklus 5 harinya adalah Pon, siklus 7 harinya adalah Budha atau hari Rabu, wuku-nya adalah Tolu, posisi bintang dan planet adalah Niritistha, kelompok bintangnya adalah Mrĕgaśira, dewata Śaśi, dalam wilayah pengaruh Dewa Bayu (Bāyabya),yoga Sobhana, unit waktunya adalah Śweta, dewa penguasa tempatnya adalah Brahmā, kāraṇa Kistughna, dan rasinya adalah Wrĕṣabha (Taurus). Unsur-unsur penanggalan (17 unsur penanggalan) tersebut telah dikonversikan oleh Louis Charles Damais ke dalam pertanggalan Masehi jatuh pada 27 April 1351 (Damais, 1955: 83).

Setelah itu disebutkan bahwa tokoh yang mengeluarkan prasasti yaitu seorang Mahamantri
terkemuka bernama Rakryān Mapatiḥ Mpu Mada. Rakryān Mapatiḥ Mpu Mada mewakili
Bhaṭāra Sapta Prabhu, yang paling utama adalah Śri Tribhuwanotuṅgadewi Mahārājasa
Jayawiṣṇuwārddhani, dan cucu-cucu putra-putri Śri Krĕtanagara yang memiliki nama
penobatan (abhiṣekā) Jñaneśwarabajra. Maksud dikeluarkannya prasasti ini adalah sebagai
pengesahan atau bukti tertulis telah diresmikannya sebuah bangunan suci caitya untuk
memperingati gugurnya Bhaṭāra Sang lumaḥ ri Śiwabuddha (Raja Kĕrtanagara) bersama para pendeta dan penjabat tinggi kerajaan Bangunan suci caitya tersebut direnovasi oleh Rakryān Mapatiḥ Mpu Mada, diperbaiki kembali karena telah rusak. Mpu Mada berbuat amal dengan membangun kembali/merenovasi bangunan suci caitya untuk Mahabrahmana, Śaiwa (dan) Sogata, yang bersama-sama menyertai wafatnya Paduka Bhaṭāra (Raja Kertanagara), dan juga Sang Mahāwrĕddhamantri yang terbunuh di bawah kaki baginda Raja Kertanagara. Tujuan merenovasi caitya ini oleh Rakryan Mapatih Mpu Mada adalah untuk menyatakan rasa baktinya kepada Raja Kertanagara beserta keturunannya, dan para pembantu dekatnya. Inilah tindakan mulia Rakryan Mapatih Mpu Mada di bumi Jawadwipa.