Nama koleksi ini Pistol VOC dengan nomor registrasi 0493, mempunyai ukuran panjang 41cm, berbahan kayu dan logam. Koleksi ini berada di Ruang Ekspedisi Rempah Bangsa Eropa Museum Kebangkitan Nasional.

Kontributor: Juniawan Dahlan

Pistol VOC
Merupakan salah satu senjata yang digunakan oleh tentara atau angkatan perang VOC semasa kedatangan hingga pendudukan mereka di Nusantara. Terbuat dari bahan logam dan kayu, bahan logam pada bagian laras, sebagian badan pistol terutama pada bagian pelatuk dan picu, dan bagian gagang yang menutupi bahan kayu. Bahan kayu teradapat pada bagian gagang dan badan pistol, dan biasanya merupakan bahan kayu keras. Kelengkapan lain yang biasanya ada pada pistol ini seperti mesiu, bola peluru, dan tongkat penyodok mesiu. Mekanisme senjata ini menggunakan sistem yang dikenal dengan flint lock, yaitu mekanisme pengapian untuk menembakkan pistol dengan menyulut bubuk mesiu dengan batu api sehingga terjadi percik api yang meledakkan bubuk mesiu dan melontarkan peluru yang sudah diisi sebelumnya di dalam senjata tersebut. Senjata ini dikenal juga dengan istilah blunderbuss, yaitu senjata dengan model berlaras pendek dengan moncong yang mengembang di depannya.

Pistol VOC Koleksi Museum Kebangkitan Nasional

Senjata Api dan Ekspedisi Rempah Eropa
Ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh bangsa Eropa ke Nusantara semenjak awal abad 17 dalam upaya mereka menemukan sumber rempah-rempah tentunya tidaklah mudah, banyak tantangan yang harus dihadapi dalam perjalanan panjang tersebut. Tantangan tersebut datang baik dari alam seperti cuaca buruk ataupun badai yang kadangkala menenggelamkan kapal-kapal, dan tidak terkecuali tantangan tersebut juga datang dari faktor manusia. Perompak atau bajak laut, hingga persaingan dagang antara kongsi dagang yang mengakibatkan kontak fisik dan senjata kerap tidak terhindarkan. Dalam menghadapi tantangan tersebut persenjataan merupakan alat pertahanan diri utama yang perlu dipersiapkan oleh para penjelajah pedagang Eropa ini, dan senjata api merupakan salah satu pilihan mereka. Senjata api telah lama dikenal dan digunakan sebagai alat perang, keunggulan dalam jarak dan kekuatan menjadi pilihan untuk mempertahankan diri atau bahkan menaklukan musuh.

Gambar Ilustrasi Perang di Laut
Sumber: maritimeworld.web.id

Pada masa awal kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara, senjata api menjadi pilihan teman perjalanan dalam melindungi diri. Belanda, merupakan salah satu bangsa Eropa yang datang ke Nusantara demi rempah-rempah yang merupakan komoditas utama yang harganya mahal di pasaran saat itu. Para pedagang Belanda tersebut datang ke Nusantara di bawah naungan kongsi dagang yang dikenal dengan nama VOC (Vereenigde Oostindische Company), yang mana kongsi dagang ini dibentuk dan didukung sepenuhnya oleh negeri Belanda. Walaupun disebut sebagai kongsi dagang, namun VOC merupakan perusahaan dagang yang unik, karena diberikan hak-hak istimewa yang sama seperti sebuah negara, singkat kata VOC diberi kuasa oleh Belanda dapat bertindak seperti sebuah negara dan dapat mengatasnamakan negeri Belanda dalam berbagai urusan.

Salah satu dampak dari hak istimewa ini maka VOC berhak memiliki tentara dan angkatan perang mereka sendiri. Memiliki bala tentara sendiri tentunya membutuhkan persenjataan, sehingga senjata-senjata perang seperti senjata api merupakan hal yang lumrah dimiliki oleh VOC. Dalam ekspdisi dagang mereka turut serta juga tentara dan persenjataan yang lengkap dalam setiap pelayaran guna mengantisipasi setiap keadaan. Pada awalnya kedatangan VOC ke nusantara tentunya adalah untuk tujuan berdagang dan mencari keuntungan dari rempah-rempah yang ada. Tentara dan persenjataan yang mereka persiapkan pada awalnya untuk melawan pesaing dari kongsi dagang Eropa lainnya yang dianggap mengganggu stabilitas perdagangan dan pasokan rempah dari Nusantara kepada pedagang VOC.

Gambar Ilustrasi Persaingan Dagang
Sumber: attoriolong.com

Seiring waktu VOC mulai dapat menguasai jalur perdagangan di Nusantara dengan mengusir kongsi dagang lain seperti Inggris dan Portugis dengan cara berperang dan menjalin hubungan dengan penguasa lokal setempat, sehingga VOC menjadi pemain utama dalam perputaran pedagangan komoditi terutama rempah di Nusantara. Lambat laun perdagangan menjadi tidak sehat karena VOC memonopoli perdagangan dengan sesuka hatinya. Penguasaan lokasi strategis dengan membangun benteng pertahanan serta persenjataan yang kuat menjadi salah satu faktor berkuasanya VOC. Situasi ini akhirnya menjadi pemicu konflik dengan raja atau penguasa lokal daerah setempat yang tidak suka dengan VOC karena semakin lama dianggap merugikan rakyat dengan monopoli perdagangan mereka yang semena-mena.

Perlawanan rakyat bermunculan, peperangan tidak terhindarkan dan terjadi hampir di banyak wilayah Nusantara. Perlawanan yang ada saat itu bersifat lokal atau kedaeraahan, dengan dipimpin oleh raja dan penguasa daerah setempat berusaha menggempur dan mengusir VOC dari wilayah mereka. Beberapa perlawanan mendapat kemenangan, namun lebih banyak kekalahan yang diderita. Dapat dikatakan kemenangan yang ada di pihak VOC adalah hasil dari pertahanan dan persenjataan mereka yang kuat. Saat itu penguasaan senjata api yang merupakan senjata modern di masa tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat menjadi penentu peperangan. Rakyat setempat yang kebanyakan menggunakan senjata tradisional sulit untuk mengimbangi persenjataan modern yang dimiliki VOC, sehingga tidak dipungkiri bahwa senjata api telah menjadi salah satu alat yang mengubah sejarah Nusantara sejak pertama kali dibawa dan diperkenalkan.

Lukisan perlawanan lokal. Foto : Koleksi Museum Kebangkitan Nasional.