Museum Kebangkitan Nasional memiliki berbagai macam jenis koleksi. Koleksi museum merupakan bukti sejarah dari peristiwa masa lalu. Masing – masing koleksi memiliki peran tersendiri dalam menggambarkan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Koleksi – koleksi di Museum Kebangkitan Nasional merupakan bukti sejarah sekaligus pendukung cerita mengenai peristiwa bersejarah yaitu Kebangkitan Nasional yang ditandai dengan berdirinya organisasi modern pertama yaitu Organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Adapun koleksi – koleksi Museum Kebangkitan Nasional adalah Gedung Kebangkitan Nasional, lukisan, patung, mebel, alat kedokteran, foto kebangkitan nasional, senjata tradisonal, mata uang masa Hindia Belanda serta Jubah Sultan Thaha. Berkat keberadaan koleksi – koleksi tersebut, para pengunjung museum dapat mengetahui bahkan ikut merasakan bagaimana peristiwa penting dan bersejarah terjadi. Namun, koleksi museum yang memiliki nilai penting ini tidak dapat bertahan dengan baik selamanya. Maka dari itu, agar koleksi museum dapat bertahan dengan baik sehingga dapat dinikmati bahkan untuk generasi yang akan datang, perlu dilakukan upaya perawatan dan pengawetan koleksi. Istilah lain dari perawatan dan pengawetan koleksi adalah konservasi koleksi.

Tindakan konservasi koleksi tentunya tidak sama untuk semua jenis koleksi melainkan bergantung pada bahan penyusun koleksi tersebut. Pada pembahasan kali ini, akan disajikan tahapan konservasi koleksi Lukisan Pertemuan Wahidin, Soetomo dan Soerdaji yang telah dilaksanakan di awal Maret 2020. Lukisan tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Lukisan Pertemuan Wahidin, Soetomo dan Soeradji

Tahapan konservasi yang pertama adalah observasi, analisis data kerusakan koleksi dan identifikasi kondisi koleksi. Kondisi koleksi lukisan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kondisi Lukisan Pertemuan Wahidin, Soetomo dan Soerdaji saat dilakukan observasi

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa lukisan tersusun dari kanvas dengan pewarna cat minyak dan bingkai serta spanram terbuat dari kayu. Ukuran lukisan tersebut 120 x 150 cm. Kondisi lukisan tersebut kotor akibat akumulasi kotoran dan debu. Terdapat jamur di beberapa bagian lukisan akibat tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Selain itu terdapat cat yang mengelupas di beberapa bagian lukisan akibat intensitas cahaya yang mengenai lukisan terlalu tinggi seperti terlihat pada Gambar 2. Kanvas lukisan juga sudah kendur. Berdasarkan hasil observasi dan analisis data kerusakan koleksi maka lukisan tersebut diklasifikasikan dalam kondisi yang harus segera ditangani.

Kemudian dilakukan persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam konservasi yaitu sarung tangan, masker, vacuum cleaner, kuas halus, kuas lukis, palet lukis, kain majun, gun stapler, beaker glass, sumpit, lidi, pisau kriya (craft knife), kapas, picture cleaner, retouching varnish, cat lukis (cat minyak), furniture polish.

Tahap berikutnya adalah konservasi preventif (tindakan pencegahan) dilakukan dengan pemantauan terhadap Lukisan Pertemuan Wahidin, Soetomo, dan Soeradji dengan mengukur suhu dan kelembaban relatif tempat koleksi dipamerkan. Diukur juga intensitas cahaya menggunakan alat lux meter. Untuk mengontrol jumlah debu, diletakkan perangkap debu di ruangan tempat koleksi dipamerkan. Selanjutnya konservasi kuratif (tindakan pembersihan, perbaikan, restorasi) dilakukan dengan melepaskan lukisan dari bingkainya terlebih dahulu lalu dilakukan pembersihan kering menggunakan kuas halus dan vacuum cleaner untuk menghilangkan debu dan kotoran yang menempel baik pada lukisan maupun pada bingkai lukisan ditunjukkan pada Gambar 3.

Lalu dilakukan pembersihan mekanik menggunakan pisau kriya untuk mengangkat noda timbul seperti kotoran hewan seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Kemudian dilakukan pembersihan basah dengan menggunakan picture cleaner untuk mengangkat kotoran yang tidak terangkat dengan menggunakan pembersihan kering seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Selanjutnya dilakukan pelapisan (coating) dengan menggunakan retouching varnish untuk melindungi lukisan dari debu dan kotoran, menguatkan bagian cat yang rapuh agar tidak semakin rapuh serta membuat warna lukisan menjadi lebih hidup seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Proses pelapisan lukisan menggunakan retouching varnish on

Bagian yang mengelupas cat nya dilakukan retouching dengan cara mengecat bagian yang mengelupas sesuai dengan warna lukisan seperti ditunjukkan pada Gambar 7.

Lalu kanvas yang kendur perlu dilepaskan dari spanram kayu terlebih dahulu kemudian direkatkan kembali dengan spanram kayunya menggunakan stapler hingga kencang atau tidak kendur. Selanjutnya bingkai lukisan dilakukan pelapisan akhir (coating) menggunakan furniture polish untuk melindungi bingkai dari kotoran dan debu serta membuat warna bingkai menjadi lebih mengkilap. Setelah itu lukisan dipasang kembali terhadap bingkainya.