Akulturasi Budaya Tionghoa

0
6766

Kecapi Batara mengadakan kegiatan diskusi di Museum Kebangkitan Nasional pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018. Kegiatan ini menampilkan beberapa orang pembicara, yaitu: Diyah Wara, Mahandis Yoanata, Aan Rukmana, Aji Chen Bromokusumo, Feri Ansori dan Bambang Lare Solo. Peserta kegiatan ini adalah masyarakat umum, sebagian beretnis Tionghoa.

Tema yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya Tionghoa, seperti: bangunan, kesenian, makanan, dan sebagainya. Bangsa Tionghoa telah menjalin hubungan perdagangan yang cukup lama dengan bangsa Indonesia. Pada awalnya orang Tionghoa yang datang ke Indonesia adalah para pedagang. Seiring berjalannya waktu, mereka menyebarkan budaya Tionghoa ke Indonesia dan berakulturasi dengan budaya lokal.

Salah satu contoh akulturasi budaya Tionghoa dengan budaya Jawa dalam bentuk bangunan dapat dilihat di Masjid Langgar Tinggi. Masjid yang terletak di wilayah Pekojan, Jakarta Barat ini menggabungkan arsitektur Tionghoa dengan arsitektur Jawa. Arsitektur Tionghoa terdapat pada penyangga balok-balok kayu masjid tersebut. Arsitektur Jawa terdapat pada denah masjid. Kemudian contoh akulturasi budaya Tionghoa dengan budaya Betawi dalam bentuk pakaian adalah busana pengantin wanita Betawi dengan hiasan kepalanya.

Dalam bidang kuliner, ada beberapa makanan yang banyak terdapat di Indonesia berasal dari bahasa Tionghoa (bahasa Hokkian). Makanan tersebut antara lain: bakso, bakmi dan bakpau. Kata “bak” dalam bahasa Hokkian berarti daging. Selain itu, ada juga beberapa makanan khas Tionghoa yang diolah dengan menggunakan bumbu dari indonesia, seperti cap cay, fu yung hai, siomay, kwetiau dan sebagainya.

(Sutzuari)