You are currently viewing Merekam Perjuangan Bangsa Lewat Sketsa
Sketsa Perjuangan 1 karya Basoeki Abdullah

Merekam Perjuangan Bangsa Lewat Sketsa

Melalui goresan sketsanya, Basoeki Abdullah mengisahkan kepada generasi penerus akan sejarah panjang perjuangan Bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.

Sebagai sosok yang turut mengalami era kemerdekaan, Basoeki Abdullah, seperti halnya pemuda lainnya, memiliki rasa kebangsaan yang tinggi dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tidak dengan cara mengangkat senjata, Basoeki Abdullah justru berjuang dengan cara mengangkat kuas dan penanya. Salah satu karya sketsanya menceritakan tentang revolusi perjuangan yang dialami Bangsa Indonesia.

Lukisan  bertemakan revolusi perjuangan yang pertama ini merekam jejak perjuangan kemerdekaan Indonesia, mulai dari kedatangan sekutu di Indonesia yang bertujuan melucuti tentara Jepang dan menjaga status quo. Hal tersebut nampak dalam gambar panglima tentara sekutu Lord Louis Mounbatten yang dilatari lukisan peralatan militer. Selain itu juga ada lukisan empat tentara dari berbagai unsur, mulai dari mantan prajurit PETA, KNIL, hingga laskar-laskar, yang berdiri berdampingan. Ini merupakan perlambang terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari unsur-unsur tersebut.

Dua potret pemimpin redaksi surat kabar Merdeka (B. M. Diah) dan Kedaulatan Rakyat (Soemantoro) adalah hal yang menarik untuk disimak dalam lukisan tersebut. Potret tersebut menggambarkan dua kota yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan, yakni Jakarta dan Yogyakarta. Dua kota inilah yang menjadi Ibukota Indonesia. Jakarta sebagai Ibukota pertama yang kemudian diduduki sekutu, dan Yogyakarta sebagai Ibukota baru setelah terjadinya peristiwa tersebut.

Surat kabar Merdeka yang mewakili Jakarta pertama kali terbit pada 1 Oktober 1945, melalui peran B.M. Diah dan kawan-kawan yang mengambil alih kantor surat kabar Asia Raya milik Jepang. Sedangkan surat kabar Kedaulatan Rakyat yang terbit pada 27 September 1945, dan menjadi corong perjuangan bagi revolusi kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta, merupakan surat kabar yang terbit di Yogyakarta. Melalui potret B. M. Diah dan Soemantoro, Basoeki menunjukan tidak hanya pentingnya dua kota tersebut, namun juga pentingnya media pers sebagai corong perjuangan Indonesia.

Peristiwa yang selanjutnya direkam adalah peristiwa penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda pada 27 Desember 1949. Pada sketsa tersebut digambarkan Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) IX yang mewakili RIS, dan A. H. J. Lovink, sebagai wakil dari Kerajaan Belanda. Sketsa tersebut dilatari Istana Negara yang digambarkan dipenuhi lautan manusia.

Goresan-goresan pada sketsa tersebut menceritakan mengharu birunya peristiwa tersebut ketika bendera Belanda diturunkan, dan digantikan oleh Sang Saka Merah Putih, yang berkibar dengan iringan teriakan “Merdeka, merdeka!” Selain itu, sebagai pamungkasnya pada bagian tengah lukisan terdapat lambang Garuda dan Merah Putih, yang menyimbolkan puncak perjuangan Bangsa Indonesia ketika mencapai cita-cita sebagai Negara yang berdaulat.

Karya lukis Sketsa Perjuangan Revolusi Indonesia ini merupakan sebuah fragmen, sebuah rangkaian cerita sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang dikemas dalam bentuk ilustrasi yang apik. Secara keseluruhan lukisan ini telah merekam jejak proses perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Karya ini telah menjadi dokumentasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yang dapat kita pelajari dan kita petik nilai-nilainya sebagai sebuah pembelajaraan bagi para generasi penerus dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan di masa sekarang, maupun yang akan datang. Inilah sumbangsih dan warisan berharga yang diberikan seorang Basoeki Abdullah kepada kita, anak-anak Bangsa.