Pada lukisan ini tercermin ekspresi yang dilanturkan melalui sapuan kuas yang mengesankan gerakan yang bebas. Ritme goresan dan gerak Nampak dalam mewujudkan keadaan alam yang sedang bergejolak. Objek yang dilukiskan adalah kerumunan manusia yang sedang dalam keadaan bingung di permukaan bumi dikelilingi dengan kobaran api dan gumpalan asap. Di sisi lain ada makhlul terpanggang. Juga muncul bayangan manusia berada di tengah asap. Penempatan objek dalam lukisan tersebut merupakan komposisi yang menarik, termasuk gaya seni surealis. Berdasarkan adegan yang ditampilkan dalam tema lukisan ini termasuk dongeng.
Lukisan ini terasa menebarkan aura mengerikan, warna merah dengan transisi oranye ke putih menggambarkan nyala api. Asap digambarkan dengan warna hitam, abu-abu, putih dan campuran sedikit biru untuk menghilangkan kesan monoton. Gumpalan asap putih seolah olah ingin mengarahkan penglihatan pengamat ke arah objek itu, dan menjadi dominan. Kerumunan manusia yang dilukiskan pada karya tersebut juga menarik untuk diamati. Pelukis sangat menguasai teknik mencampur warna dan cahaya serta ada upaya untuk melukiskan objek sesuai dengan realita. Pada lukisan tersebut, unsur unsurnya ada kesatuan dan harmonis.
Setiap manusia yang beragama akan adanya hari kiamat. Basoeki Abdullah sebagai umat yang beragama mencoba menggambarkan kiamat sebagai keadaan bumi yang runtuh, keluar api dari dalam bumi, matahari mendekati bumi sehingga mahluk bumi bergelimpangan kepanasan, bebatuan gunung berhamburan bercampur awan panas kekacauan di bumi.
Lukisan yang menggambarkan pralaya (kehancuran), setting digambarkan disuatu tepian tebing yang menjorok, dari dalam lembahnya membara api merah, manusia-manusia tak berarti tewas bergelimpangan, dan di atas tebing terdapat warna putih berbalut gumpalan asap kelabu tebal.
Dalam lukisan terlihat adanya simbol 3 lapisan dunia, yaitu dunia bawah yang mengeluarkan api membara membakar dunia tengah tempat tinggal manusia, dunia atas pun alam supranatural menghujani dengan petaka pula. Maka dalam lukisan termaktub adanya kehancuran pada dunia manusia. Manusia tidak berarti lagi apabila Tuhan menghendakinya, karena manusia hanyalah makhluk ciptaannya. Judul “Jika Tuhan Murka” sangat sesuai dengan lukisan diciptakan, tentunya yang mendapat murka adalah manusia yang telah melanggar aturan Tuhan.
Lukisan ini juga dapat dipandang mengandung pesan moral, sebagai contoh bagi manusia agar selalu menjaga lingkungannya, menghindari peperangan, dan konflik manusia yang hanya akan membawa ke arah bencana, serta mengajak agar manusia selalu intropeksi, sehingga azab Tuhan tidak perlu terjadi.