You are currently viewing Menjaga Spirit Potret Melalui Pameran Temporer Museum Basoeki Abdullah
Direktur Dit. Warisan dan Diplomasi Budaya, Nadjamuddin Ramly beserta tamu undangan dan masyarakat menikmati deretan karya yang ditampilkan dalam Pameran Temporer Sprit Potret.

Menjaga Spirit Potret Melalui Pameran Temporer Museum Basoeki Abdullah

  • Post author:
  • Post category:Berita
Lukisan potret di Indonesia kerap dipandang sebelah mata, padahal Indonesia memiliki maestro yang mumpuni di bidang lukisan ini. Pameran ini berusaha menampilkan semangat lukisan potret yang dibawa di era kekinian.

Sejak ratusan tahun lalu berlaksa-laksa lukisan potret telah lahir. Di sela-sela sejarah itu, – yang diaksentuasi Michelangelo di Itali, Rembrandt dari Belanda, Ilya Repin dari Rusia, Norman Rockwell dari Amerika -, di Asia Tenggara muncul lukisan potret Basoeki Abdullah pada abad 20. Lewat ribuan karyanya yang berketerampilan luar biasa, Basoeki dikenal selalu menghadirkan romantisasi (melebihkan aspek-aspek tertentu) obyeknya. Sebuah pilihan yang melahirkan gaya lukisan realisme romantik, yang akhirnya menjadi ciri khas lukisan potret Basoeki dalam tempo yang sangat lama.

Basoeki pun lantas dianggap sebagai salah seorang pelukis potret paling fenomenal di Indonesia dan berbagai negara. Suatu faktor yang mengantarkan dirnya menjadi pelukis di berbagai Istana Presiden dan Raja. Dari  istana para pangeran di Belanda, Istana Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit di Thailand, Istana Ferdinand Marcos di Filipina, Istana Norodom Sihanouk di Kambodja, Istana Sultan Bolkiah di Brunei Darussalam. Walaupun Basoeki tidak pernah menjadi pelukis (potret) Istana Presiden Indonesia.

Pameran ini mengajak para pelukis untuk menilik kembali fenomenalitas dan ketokohan Basoeki Abdullah dalam dunia lukisan potret. Di sini para pelukis diminta untuk menggubah potret dengan gaya dan caranya sendiri. Dengan penafsiran serta narasi sendiri. Dengan begitu kelindan gaya realisme romantik ala Basoeki tidak perlu diutamakan sebagai acuan, meski basis realisme tetap menjadi sandaran.

Hasilnya adalah seperti yang terhadir sekarang ini : jajaran lukisan yang menghibur dan mengusik, dengan di dalamnya menyimpan kandungan berbagai macam aspek. Seperti balada, penganutan, penerusan, parodi, sampai karikatur. Bahkan penafsiran lanjut (interpretasi) yang bernuansa kepada respon budaya dan sosial. Keragaman cara memandang ini menunjukkan bahwa lukisan-lukisan potret Basoeki selalu ditatap sebagai sesuatu yang hidup. Sebagai karya piktorial yang tidak henti menyulut inspirasi.

Menarik tentunya untuk melihat lukisan-lukisan potret karya Basoeki Abdullah yang disandingkan dengan generasi pelukis berikutnya. Sejumlah 25 karya dari 19 perupa akan dipamerkan dalam pameran yang berlangsung di Museum Basoeki Abdullah, dari 25 September hingga 25 Oktober mendatang. Melalui pameran ini masyarakat diajak untuk mengenal kembali sosok Basoeki Abdullah yang sebenarnya mengiringi perjalanan negeri ini, dan jejak serta warisannya untuk Indonesia, mulai dari museum hingga keilmuannya.

Kegiatan  Pameran Temporer 2018 dengan tema potret merupakan salah satu sarana penyebaran informasi, sebagai upaya memberikan pemahaman tentang arti penting peran Museum Basoeki Abdullah dan pelukis Basoeki Abdullah dalam dunia seni rupa Indonesia. Melalui pameran ini diharapkan dapat mengenalkan Museum Basoeki Abdullah dan pelukis Basoeki Abdullah melalui hasil karya dan keilmuan pelukis Basoeki Abdullah bagi dunia pendidikan dan mendukung program pemerintah. Selain itu tentunya juga untuk meningkatan minat, kualitas dan kompetensi kelimuan seni lukis, secara khususnya ilmu seni lukis terkait pelukis Basoeki Abdullah.

Dalam peresmian pameran yang berlangsung pada tanggal 25 September 2015, masyarakat tampak tumpah ruah di pekarangan museum yang terletak di Jalan Keuangan, Cilandak, Jakarta. Sejumlah masyarakat, mulai dari pelajar hingga para seniman mengakui jika mereka cukup penasaran dengan pameran yang menyandingkan karya lukis potret milik Basoeki Abdullah dengan 19 perupa masa kini. Apalagi saat ini acara serupa memang sudah tidak begitu banyak diselenggarakan. Tak heran jika mereka beranggapan jika pameran ini mendapatkan apresiasi yang baik oleh masyarakat.

Kepala Museum Basoeki Abdullah, Dra. Maeva Salmah, M.Si, dalam laporannya menyebutkan jika pameran temporer ini memang telah disiapkan mulai dari awal tahun untuk memperingati hari lahir museum yang memang jatuh di tanggal yang sama. Beliau melanjutkan jika kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan yang melibatkan publik.

“Museum Basoeki Abdullah kini memiliki ruang publik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk berpameran.  Silahkan, dimanfaatkan secara maksimal,” tutup Maeva Salmah.

Sedangkan kurator pameran, Agus Dermawan T dan Dian Ardianto pada pengantarnya menyebutkan fakta bahwa hingga kini Basoeki Abdullah dianggap masih menjadi pelukis potret terbaik yang dimiliki oleh Indonesia.

“Sedemikian hebatnya Pak Basoeki Abdullah dalam melukis lukisan potret hingga Beliau mendapatkan julukan “Mr. Twenty Minute,” imbuhnya.

Basoeki Abdullah adalah sosok yang diakui sebagai pelukis potret berkelas dunia, yang diakui Sudjojono (rekan pelukisnya) sebagai yang terbaik.”

Sambutan berikutnya datang dari Direktur Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Dr. Nadjamuddin Ramly, M.Si. Beliau menyampaikan jika pada substansinya dalam pemaknaan Undang-undang Pemajuan Kebudayaan, Museum Basoeki Abdullah harus menaungi dan memayungi generasi seniman berbakat yang dapat menjadi penerus Basoeki Abdullah.

Nadjamuddin Ramly kemudian membuka secara resmi Pameran Temporer dengan prosesi penandatanganan kanvas dan pengguntingan rangkaian bunga melati. Setelahnya beliau dengan ditemani oleh kurator dan perwakilan 19 perupa peserta yang hadir memasuki ruang pameran untuk meninjau pameran. Kemudian para undangan dan seluruh masyarakat yang hadir turut mengikuti dan menikmati pameran yang berlangsung di lantai 1 gedung II Museum basoeki Abdullah.