You are currently viewing Ngabuburit Sambil Belajar Membuat Komik di Museum Basoeki Abdullah
Lokakarya komik bersama komunitas KPBMI

Ngabuburit Sambil Belajar Membuat Komik di Museum Basoeki Abdullah

Pada tanggal 31 Mei 2018, Museum Basoeki Abdullah menyelenggarakan kegiatan Lokakarya Komik bekerjasama dengan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI).

Peserta lokakarya berasal dari berbagai kalangan, yakni masyarakat umum, pelajar, dan mahasiswa. Bahkan ada seorang komikus cilik, Michelle, yang baru menginjakan kaki di kelas 6 SD tapi telah mampu menerbitkan dua buah komik.

Menurut Ketua KPBMI Dhanu Wibowo, jumlah peserta mencapai 57 orang. Pendaftaran dilakukan lewat google form dan sebagian lagi berupa undangan. Generasi milenal memang hampir selalu menggunakan cara kekinian, yakni internet termasuk media sosial.

Acara dibuka oleh Kepala Museum Basoeki Abdullah, Ibu Maeva Salmah. Beliau terlebih dulu bertanya siapa yang pernah ke museum ini. Ternyata hanya beberapa peserta menunjukkan jari. Berarti sebagian besar peserta belum pernah berkunjung ke museum. Ibu Maeva kemudian menceritakan siapa Basoeki Abdullah sampai menjadi pelukis istana di Kerajaan Thailand. Beliau pun berharap para peserta mendapat tambahan ilmu lewat lokakarya komik ini.

Kepala Museum Basoeki Abdullah pun menyambut baik inisiatif KPBMI untuk menyelenggarakan lokakarya sebagai wujud nyata keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh museum. Rizal Salam menjadi narasumber lokakarya komik. Salam adalah mahasiswa Arkeologi UI angkatan 2014. Karya Salam telah banyak beredar di media-media sosial. Salah satu buku komiknya yang bertema “Ayo ke Museum” bahkan telah diterbitkan oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Salam memaparkan seluk-beluk membuat komik, dimulai dari istilah komik, membuat sketsa secara manual, menyunting, memasukkan teks, memasukkan gambar, menjiplak gambar, membuat bingkai komik, perbandingan obyek dan tulisan, dan sebagainya. Juga tentang aplikasi yang bisa digunakan, seperti photoshop dan illustrator.

Banyak diskusi yang terjadi dalam acara ini. Mulai dari tentang perbedaan komik manual dengan komik digital, cara mendapat gagasan, apakah menjadi komikus bisa memperoleh penghasilan, dan masih banyak lagi.

Seusai pemaparan, para peserta diberi kesempatan selama satu jam untuk praktik membuat komik, termasuk teksnya.  Menggambar dilakukan di atas selembar kertas menggunakan pensil. Ada yang tampak serius, ada yang santai-santai saja. Materi komik tentu tentang Basoeki Abdullah. Sebelumnya, terlebih dulu diputar film animasi tentang perjalanan hidup Basoeki Abdullah.

Setelah karya mereka dikumpulkan, seluruh peserta diajak ke ruang bawah. Di tempat itu para peserta beserta jajaran Museum Basoeki Abdullah ditambah undangan, dijamu Ibu Maeva untuk buka puasa bersama.

Kegiatan ditutup dengan pengumuman sepuluh komikus terbaik. Mereka memperoleh cenderamata menarik dari Museum Basoeki Abdullah. Lokakarya Komik ini dihadiri juga perwakilan beberapa museum. Kegiatan Lokakarya Komik ini ditutup dengan buka puasa bersama dan ada pemilihan karya peserta komik terbaik.