Kongres Kebudayaan Jawa 2014

0
1436

SEMARANG. Kongres Kebudayaan Jawa digelar untuk pertama kali setelah zaman kemerdekaan di Solo pada 10-13 November 2014. Acara yang diikuti 503 utusan dari berbagai daerah dibuka di kampus ISI Surakarta dan kongresnya dilangsungkan di Hotel Lor In.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan membuka acara tersebut. Ketua Panitia, H. Mardiyanto pun mengemukakan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Gubernur Jatim Soekarwo, dan mantan Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayjen TNI Sunindyo akan menjadi pembicara utama dalam acara itu.

DSC_8070

”Dalam sejarah, sebelum kemerdekaan pernah diadakan acara ini pada 5-7 Juli 1918 yakni Congres voor Javaneche Cultur Antwikkeling di Surakarta. Bersama Yayasan Studi Bahasa Jawa (YSBJ) Kanthil, kami akan menyelenggarakan acara serupa yang pertama setelah era kemerdekaan,” ujar Mardiyanto dalam jumpa pers di Semarang.

Mardiyanto menerangkan, ada 60 makalah yang akan disajikan dalam panel diskusi yang terbagi dalam empat klaster. Ia menginginkan, ada pemikiran reaktualisasi kebudayaan Jawa, agar generasi muda tidak kehilangan jejak.

”Perlu ada usaha pewarisan dan pelestarian dari generasi ke generasi, agar keprihatinan bangsa tentang kurangnya kepercayaan diri, kurangnya rasa harga diri, dan kurangnya jati diri bangsa, tumbuh kembali sebagai komunitas yang besar demi teraplikasinya bhinneka tunggal ika,” katanya.

DSC_7893

Himpun Pemikiran

Sementara itu, Ketua Pelaksana Prof. Dr. Dr. Soetomo. WE, M.Pd menerangkan, tujuan acara tersebut di antaranya untuk menghimpun sejumlah pemikiran aktual dan sumbangsih, tentang hakikat kebudayaan Jawa bagi pembangunan bangsa. Juga untuk menyusun rencana strategis dan dinamis bagi para penentu kebijakan dan pengambil keputusan, dalam menempatkan kembali peran budaya Jawa.

”Selain itu juga untuk mengidentifikasi berbagai masalah mendasar dan menginventarisasi kebudayaan Jawa mana yang patut dikembangkan, mana yang cukup didokumentasikan, dan mana yang dilestarikan, dalam usaha pewarisan budaya dari generasi tua kepada generasi muda,” tandasnya.

Pembukaan dilaksanakan di kampus ISI, dan ditandai dengan penampilan-penampilan kesenian. Sedangkan untuk sidang-sidang diselenggarakan di Hotel Lor In.