Setelah berhasil mengidentifikasi 109 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dari berbagai kategori di 12 kampung adat pada Juni lalu, kini para Pandu Budaya turut berpartisipasi dalam kegiatan kurasi OPK yang digelar Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kemendikbudristek RI sebagai lanjutan dari program sekolah lapang kearifan lokal di Pulau Lembata.
Bertempat di Aula SMK Ile Lewotolok Lewoleba Kecamatan Lewoleba, Kabupaten Lembata, para Pandu Budaya mempresentasikan berbagai OPK dari masing-masing desa yang telah mereka identifikasi sebelumnya. Apolonaris Mayan selaku Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Kebudayaan Kabupaten Lembata dalam sambutannya mengatakan bahwa hasil Kurasi Objek Pemajuan Kebudayaan ini nantinya akan menjadi materi muatan dalam penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD).
Apolonari melanjutkan, menurutnya kegiatan yang dilaksanakan dari tanggal 26 hingga 28 Juli 2023 ini telah memantik semangat Pemerintah Daerah Lembata yang sedang mengalami kesulitan.
“Sungguh hal yang sangat luar biasa. Setelah kita temu kenali, kita masuk dalam sesi kurasi, lalu kita mengenal lebih jauh lagi apa yang sudah kita temukan ini sehingga nantinya dapat menjadi sebuah produk daerah dan lebih khusus lagi menjadi kekayaan-kekayaan daerah ini,” ungkap Apolonaris.
Untuk mendalami pemilihan data OPK yang akan diajukan, kegiatan ini turut menghadirkan narasumber-narasumber baik lokal hingga Jakarta. Hasil dari kegiatan ini nantinya akan ditampilkan dalam bentuk festival kebudayaan yang akan mengusung tema “Kedaulatan Pangan Masyarakat Adat,” Agustus mendatang.
“Tolong dipikirkan dengan matang, diskusikan dengan para narasumber lokal yang ada, banyak hal yang dapat diangkat untuk memeriahkan festival ini. Bisa dalam bentuk pameran, dialog budaya, perlombaan dan banyak hal lainya,” ujar Yani Haryanto selaku Pamong Budaya Ahli Madya, yang turut hadir sebagai narasumber pada saat diskusi sedang berjalan.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini diharapkan dapat terus berproses dan berlanjut, tidak hanya berhenti setelah rangkaian kegiatan SLKL ini selesai, melainkan dapat menjadi sesuatu yang dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan dan ekonomi masyarakat setempat.