Auckland-Meski berangin dan gerimis, para peserta tidak ragu untuk tetap memulai aktivitas. Dipandu oleh koordinator masing-masng bidang, mereka berlatih. Latihan yang bertempat di halaman gedung WG Auckland University of Technology (AUT) tersebut adalah persiapan untuk Indonesian Cultural Performance pada tanggal 28 November 2016. Dedy Satya Amijaya, koreografer tari yang juga peserta, berkesempatan menjadi penanggung jawab pertunjukan.
Indonesian Cultural Performance adalah salah satu program pegiat budaya. Kegiatan tersebut bertempat di ‘Marai’, rumah adat suku Maori yang terletak di pusat kota Auckland. Sebelumnya para peserta telah melakukan pertunjukan di dua tempat, AUT dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington. Pertunjukan di Marai kali ini merupakan acara utama dan puncak.
Dedy mengatakan bahwa untuk Indonesian Cultural Performance mereka tidak mengusung konsep khusus. Konsep yang diusung adalah keragaman budaya, sesuai dengan background masing-masing. Misalnya tari. Para peserta tari berasal dari berbagai daerah dan memiliki keunggulan sendiri. Disini, seluruh peserta akan berkolaborasi dalam satu bentuk tari.
Tidak hanya tari, peserta dari semua bidang akan menampilkan pertunjukan sesuai bidangnya masing-masing; sejarah, visual, fil, teater dan musik. Semua ‘dijahit’ menjadi satu kesatuan pertunjukan.“Yang kita lakukan hanya ‘menjahit’ bersama-sama untuk dapat membuat pertunjukan yang mudah-mudahan dapat berkenan bagi audien”, tutup Dedy.