Lombok, Nusa Tenggara Barat – Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, secara resmi membuka Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Bidang Kebudayaan di Hotel Aruna Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Rabu (1/3). Dalam sambutannya, ia menyampaikan pentingnya peningkatan kerja sama pusat dan daerah.
“Demi kemajuan seni dan budaya di Indonesia, marilah kita bersama-sama meningkatkan kerja saja antara pusat dan daerah. Kebudayaan tanpa komunitas susah dibayangkan bagaimana prosesnya, sebab kebudayaan tidak bisa mengalir dari negara, tetapi dari masyarakat. Negara hanya membantu agar kebudayaan itu bisa berjalan,” katanya.
Hilmar juga menekankan beberapa hal yang menjadi perhatian Direktorat Jenderal Kebudayaan di tahun 2017 ini, di antaranya Pembangunan Sarana dan Prasarana Kebudayaan, Penguatan Pendidikan Karakter melalui kebudayaan di satuan pendidikan, Registrasi Warisan Budaya, RUU Kebudayaan, Diplomasi Budaya melalui pameran dan pertunjukan internasional, dan Festival “Indonesiana” 2018.
“Pembangunan sarana dan prasarana seperti taman budaya, museum, alat-alat kesenian, dan sumber seni budaya sangat terbatas. Dalam Rakor ini, kita akan mengupas bagaimana kita memanfaatkan ruang-ruang yang tersedia di lingkungan kita untuk kepentingan budaya,” jelas Hilmar.
Sementara, Penguatan Pendidikan Karakter menggarisbawahi pentingnya unsur kebudayaan masuk ke dalam kurikulum pendidikan. “Ini merupakan salah satu amanat dari Mendikbud Muhadjir Effendy, bahwa kebudayaan harus menaruh perhatian lebih kepada pendidikan, bukan hanya di kota, tetapi juga di desa dan daerah pinggiran. Hal ini tentu senada dengan tema Rakor kita tahun ini, yaitu ‘Membangun dari Pinggiran: Perspektif Kebudayaan dalam Pendidikan Vokasional dan Pendidikan Karakter’,” paparnya.
Penguatan Pendidikan Karakter ini, lanjutnya, telah dilakukan melalui beberapa program seperti gerakan Seniman Masuk Sekolah di 33 propinsi yang melibatkan 1300-an seniman daerah, Gerakan Pramuka, Belajar Bersama Maestro (BBM), Persemaian Nilai Budaya di 25 Kabupaten, penguatan guru sejarah melalui workshop, Lawatan Sejarah, Jetranas, dan lain sebagainya.
Sebelumnya, Baharudin, Asisten 3 Bidang Administrasi Umum dan Kesejahteraan Rakyat, mewakili Gubernur NTB mengatakan, membangun budaya sama artinya juga dengan membangun peradaban. “Membangun nilai-nilai budaya yang tinggi, akan membangun nilai peradaban. Penguatan nilai-nilai budaya dalam sendi-sendi kehidupan dan pembangunan sangatlah penting. Nilai-nilai itu tidak hanya seni dan tradisi, tetapi juga ada nilai-nilai positif yang dapat dimanfaatkan daam mengangkat kualitas dan menjadi tameng dalam menjaga jati diri bangsa,” katanya.
Pembukaan Rakor 2017 ditandai dengan pemukulan gong oleh Dirjenbud Hilmar Farid, didampingi Sesditjen Kebudayaan Nono Adya Supriyatno, Asisten 3 Bidang Administrasi Umum dan Kesejahteraan Rakyat Baharuddin, dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Kebudayaan Propinsi NTB Muhammad Suruji.