Tiga Zona Artistik Lenny Ratnasari Weichert

0
1448
Tiga karya instalasi Lenny Ratnasari dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia dalam Pameran "Pilgrimage".

Selasa malam, 20 September 2016, menjadi kesempatan awal bagi para pengunjung untuk berziarah ke pintu-pintu ruang seorang Lenny Ratnasari Weichert. Ruang ziarah inilah yang disajikan Lenny menjadi sebuah pagelaran tunggal seni rupa bertajuk “Pilgrimage”.

 Pameran ini merupakan sebuah medium yang mengajak pengunjung untuk bertandang menempuh perjalanan ke dalam dirinya dengan membahas persoalan tentang perempuan, sejarah, dan beranda Islam di lingkup perspektif budaya. Seluruh bahasan persoalan tersebut Lenny tuangkan ke dalam karya seni rupa pada tiga zona artistik miliknya.

 Zona pertama yang berjudul To Be or Not To Be menjadi ruang privat bagi Lenny untuk menunjukkan dirinya sebagai seorang perempuan dengan berbagai masalah personal seperti konflik keluarga, kegundahan seorang perupa perempuan, dan perannya untuk menjaga reproduksi generasi melalui sosok seorang ibu.

 Karya lain pada zona berikutnya berjudul Dinners Club. Pada bagian ini Lenny membuat sebuah perjamuan makan malam bersama para perempuan spesial dari tokoh sejarah dan dunia mitologi seperti Malahayati, Colliq Pujie, Bunda Teresa, Siti Khadijah, Helena Blatvasky, Aung San Suu KYI, Dewi Sri, Venus, serta Dewi Sri. Uniknya Lenny membuat meja perjamuan yang digunakan para perempuan spesial tersebut berbentuk lambang female.

 Tidak hanya menampilkan perjamuan makan malam, Lenny juga menghadirkan sebuah video yang ia buat melalui sebuah riset khusus. Video ini mendokumentasikan perempuan-perempuan yang mengalami nasib tragis dalam sejarah modern Indonesia seperti kisah Marsinah, nasib TKW di Arab, mantan tahanan politik Mbah Lestari, dan beberapa cerita lain dari budak seks pada masa penjajahan jepang.

Zona penutup yang menjadi karya ketiga dalam pameran tunggal Lenny adalah Homage Anonymous. Karya ini mengulik tentang Islam dalam perspektif kultural. Ia menghadirkan sosok Fatimah Binti Maimun yang diandaikan sebagai hulu para Wali Songo yang nyaris tak pernah disebutkan dalam perkembangan sejarah Islam di Indonesia. Homage Anonymous adalah sebuah persembahan bagi perempuan yang dihilangkan dalam sejarah dan ditiadakan dengan sengaja.

Seluruh karya dari tiga zona tersebut terangkum dalam pameran yang ditampilkan untuk khalayak umum secara cuma-cuma mulai dari 21 September hingga 1 Oktober 2016, pukul 10.00-18.00 WIB, di Gedung B Galeri Nasional Indonesia.

*fii/GNI