Pameran Seni Tunggal Budi Ubrux “INDONESIA”

0
1973

Pameran Tunggal Budi Ubrux bertajuk “INDONESIA” kali ini memuat karya-karya dengan bingkai bertema nasionalisme. Beberapa karya tersebut menghadirkan ciri khas Ubrux yang tidak terlepas dari lukisan koran. Pelbagai lukisan koran diterapkan pada karya tiga dimensi dengan objek seperti nasi bungkus, kursi tamu, senapan mesin, motor vespa kayu, mesin gergaji, dan beberapa karya patung. Seluruhnya tersaji di dalam ruang pamer Gedung B Galeri Nasional Indonesia.

Pameran ini menjadi penting karena dari sekian banyak pameran tunggal Ubrux, karya dengan tema nasionalisme selalu ada namun seakan tenggelam dengan tema lain yang kekinian. Sementara itu, judul “INDONESIA” diambil untuk menandai karya-karya lukisan koran Ubrux yang terinspirasi dari para pendiri media cetak koran ketika negara ini belum bernama Indonesia. Menurut Ubrux, terbentuknya negara Indonesia diawali oleh terbentuknya koran De Locomotief yang melahirkan politik etis. Setelah De Locomotief hadir, banyak bermunculan koran-koran pribumi yang menjadi cikal-bakal pergerakan nasional Indonesia yang dimotori oleh kaum feodal terpelajar. “Jiwa nasionalisme dari tokoh-tokoh pahlawan merupakan inspirasi yang terus hidup dalam karya-karya lukisan saya”, tegas Ubrux.

Para pengunjung dapat menelaah ‘nasionalisme’ yang salah satunya tampak pada karya kursi tamu berjudul “Mereka yang Terhormat”. Pada karya tersebut, tertera judul pelbagai koran pada zaman kolonial Belanda beserta nama-nama tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno, Hatta, RA Kartini, Tirto Adi Suryo . Tak hanya itu, tertera pula nama tokoh-tokoh Belanda yang memperjuangkan berdirinya negara Indonesia, seperti Van Deventer, Eduard Douwes Dekker, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker, Pieter Brooshoof, Abendanon dan lain sebagainya. Hal senada juga terdapat pula pada lukisan dan karya instalasi lainnya. Karya-karya tersebut dipersiapkan Ubrux sejak tahun 2010, ditambah karya-karya sebelumnya seperti lukisan ayam-ayam kampung dan lukisan realistik yang menjadi titik pangkal lukisan korannya.

Seperti Harlem Shake, 2016, 200 cm x 280 cm, acrylic on canvas

Sekilas Riwayat Budi Ubrux
Budi Ubrux tercatat di kewarganegaraan Indonesia dengan nama Budi Haryono, putra pertama dari tiga bersaudara. Ia lahir pada hari Minggu Wage, tanggal 22 Desember 1968 di Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat Desa Terong hidup dari bertani, dengan kerja sampingan sebagai pengrajin perabotan rumah tangga, perajin wayang, topeng berbahan dasar kayu, kulit, dan bambu. Tradisi seni kedaerahan juga masih hidup sampai sekarang, seperti jatilan, reog, dan wayang. Tradisi agama Islam dilakukan anak-anak dan remaja setiap sore dengan mengaji di langgar atau masjid yang dipimpin oleh ustaz dan ustazah. Para orang tua mengadakan pengajian Al-Qur’an secara mingguan, mengaji surat Yassin, dan membaca kitab berjanji di malam Jum’at. Tradisi seperti inilah yang membesarkan dan membentuk pribadi Budi Haryono yang santun.

Budi Haryono menempuh pendidikan dasar dan menengah pertama di desanya serta pendidikan menengah atas di Kota Yogyakarta. Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta menjadi pilihannya. Di SMSR itulah Budi Haroyono memperoleh identitasnya yang kemudian terkenal sebagai nama ‘kerennya’, Budi Ubrux.

Budi Ubrux merintis karir sebagai seniman dengan bekerja di Sanggar Seniman Merdeka, kemudian antara tahun 1995 – 2001 bekerja di diskotik SH, di Zurich, Swiss. Sambil bekerja ia sempat berpameran tunggal di kota Baden. Sekitar tahun 1998 ia merintis lukisan koran. Pada tahun 2000, gaya lukisan korannya diikutkan pada kompetisi seni lukis Philip Morris Art Award dan berhasil menjadi juara umum. Semenjak itu Ubrux mulai dikenal sebagai pelukis koran, yang hingga kini telah mengikuti berbagai perhelatan besar di Asia, Eropa, dan Australia.

Ubrux telah menyelenggarakan 7 pameran Tunggal di Swiss, Singapura, Italia, dan Indonesia. Pada setiap pameran tunggalnya, ia menyelipkan karya yang bertema nasionalisme. Pada pameran ke 7 di Taman Budaya Yogyakarta, ia menampilkan konsepsi yang diangkat dari falsafah Jawa, “Rojo Koyo”. Suatu falsafah yang menekankan jiwa nasionalisme. Pameran tunggalnya kali ini adalah pameran tunggal yang ke-8, dengan mengangkat tema “INDONESIA”.

Tiga Tahap Pencapaian dalam Seni Rupa Ubrux
Terdapat suatu alasan AA Nurjaman yang sangat tertarik untuk membukukan karya-karya serta alasan penggunaan nama negara untuk judul buku maupun pameran tunggal Budi Ubrux. Jawabannya karena menurut AA Nurjaman Budi Ubrux telah menemukan metafornya yang khas, yaitu lukisan koran. Seorang ahli estetika, Margaret A. Boden dalam Berys Gaut and Dominic Mclver Lopes, The Routledge Companion to Aesthetics, London and New York Routledge, 2005: 485, berpendapat jika terdapat tiga tahap pencapaian dalam seni. Pertama, tahap combinational crativity, yaitu pengkombinasian bentuk-bentuk yang menarik yang diperoleh dari alam, yang secara umum disebut seni realistik. Kedua exploratory creativity, yakni penggalian teknik, material dan bentuk baru dalam mewujudkan gagasan-gagasannya. Dan ketiga transformational creativity, ketika seniman melakukan penerobosan kepada semua teknik dan gaya yang ditemuinya guna menemukan gayanya yang khas, sehingga karya seninya mampu mewakili identitasnya. Bagi AA Nurjaman, Budi Ubrux adalah salah satu seniman kontemporer Indonesia yang sudah melewati tiga tahap pencapaian tersebut hingga berhasil menemukan suatu corak lukisan yang khas. Tiga tahap pencapaian yang membangun semangat dalam dirinya untuk menginsafi nilai-nilai sejarah kebangsaan untuk dijadikan titik pijak kesenimanannya.

Yogyakarta, Juli 2017

AA Nurjaman
Kurator

###

KURATOR
AA. Nurjaman, Kuss Indarto, Wahyudin

KARYA
14 Karya (Lukisan dan Instalasi)

PRESS TOUR
Kamis, 3 Agustus 2017 | Pukul 16.30 WIB | Gedung B Galeri Nasional Indonesia

PEMBUKAAN
Kamis, 3 Juli 2017 | Pukul 19.00 WIB | Ruang Serbaguna Galeri Nasional Indonesia

PAMERAN
4 – 13 Agustus 2017 | Pukul 10.00-18.00 WIB | Gedung B Galeri Nasional Indonesia

DISKUSI SENI
Jumat, 4 Agustus 2017 | Pukul 14.00-16.00 WIB | Ruang Serbaguna Galeri Nasional Indonesia

Narahubung: AA Nurjaman (083867340566) | Anggun (021 34833954)

Unduh Kuratorial AA Nurjaman Disini