Mendikbud: Tak Ada Lagi Gambar Gunung Dua dengan Matahari di Tengah

0
980
Suasana pembukaan Pameran Seni Rupa Karya Guru Seni Budaya 2016 “Alur” di Kemdikbud.
Suasana pembukaan Pameran Seni Rupa Karya Guru Seni Budaya 2016 “Alur” di Kemdikbud.

Inilah hasil gambar para guru seni budaya Indonesia. Bukan lagi pemandangan dua gunung dengan matahari di tengahnya, namun telah bergeser dengan pesan yang lebih kompleks, bahkan merambah kritik sosial. Hal tersebut disajikan dalam Pameran Seni Rupa Karya Guru Seni Budaya 2016 “Alur” yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia.

Pameran yang baru diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, pada Senin sore, 25 April 2016 ini menampilkan 65 karya hasil olah cipta 65 peserta dari 60 sekolah di 17 provinsi di Indonesia. Karya-karya tersebut telah melalui proses seleksi tim Kurator yaitu Suwarno Wisetrotomo dan Citra Smara Dewi. “Tema-tema dengan kritik sosial hampir mendominasi pameran ini,”ungkap Citra. Seperti Karya Subandi Giyanto berjudul “Jangan Rakus”, yang menggunakan media cat akrilik dan prada emas pada kanvas, ukuran 250 x 200 sentimeter, tahun 2016. Subandi menggunakan simbolisasi tokoh-tokoh perwayangan yaitu Dasamuka dengan sepuluh tangan sebagai simbol keserakahan. Begitu pula dengan Fafan Ariyadi, “Jowo Digowo”; Khusnul Bahri, “Mimpi Si Gareng” #2; dan Endang Srihastuti, “Sang Bidadari”, yang semuanya menyajikan kritik sosial melalui tokoh pewayangan.

Sedangkan Tubagus Patoni menampilkan teknik lukis super realis melalui karya “Terus Melangkah”. Ia memvisualiasikan seorang anak mengenakan seragam sekolah dan masker yang melangkah di atas puing-puing beton bertulang rapuh. Di sekelilingnya terdapat cerobong asap dan polusi udara yang membawa pengaruh buruk terhadap lingkungan anak-anak.

Selain lukisan, ada pula peserta yang menampilkan eksplorasi media. Seperti karya Andika Nurul Huda berjudul “Recycle Monich”, yang menyusun ratusan paku beton di atas plat alumunium dan cat minyak. Sementara Nasrul membuat visualisasi kain batik berbahan tanah liat dan cat akrilik yang diberi judul “Warisan Ibu”. Secara keseluruhan, pameran ini menampilkan karya lukis, patung, instalasi, objek, komik, keramik, grafis, drawing, batik, dan media pembelajaran.

Menanggapi perhelatan ini, Anies memuji para guru seni budaya yang menjadi peserta pameran. “Indonesia akan punya anak-anak hebat, karena gurunya adalah seniman hebat. Di masa depan kalau ada anak-anak Indonesia diberi kertas dan diminta melukis, maka tak ada lagi gambar gunung dua dengan matahari di tengah,” tegasnya. Anies juga berpesan kepada para guru untuk tidak mendidik anak-anak sekedar menjadi peniru, namun mendidik anak-anak menjadi kreatif.

Pesan Mendikbud tersebut berusaha dijawab melalui pameran ini. Menurut Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus ‘Andre’ Sukmana, “Alur” menjadi semacam media yang mampu menginspirasi serta memotivasi para pengajar seni budaya dan para siswa untuk menciptakan karya yang berkualitas. “Semoga pameran ini menjadi alur yang mengantarkan para guru seni budaya Indonesia untuk mengembangkan diri dan kreativitas serta kompetensinya sebagai seorang pengajar seni budaya, sekaligus menjadi semacam tolak ukur bagi para pengajar seni budaya untuk menunjukkan eksistensinya dalam profesi ganda, yaitu sebagai pengajar dan perupa. Kepada para pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan kebudayaan, serta masyarakat luas yang berkesempatan mengapresiasi pameran ini diharapkan mampu memberi penilaian positif serta menyerap nilai-nilai estetik dan edukatif yang disuguhkan, sehingga pagelaran ini menjadi media bagi kita semua untuk menjadi apresiator seni yang hebat,”papar Andre.

Pameran Seni Rupa Karya Guru Seni Budaya 2016 “Alur” masih akan berlangsung hingga 6 Mei 2016 di di Plaza Insan Pendidikan Berprestasi, Gedung Ki Hadjar Dewantara (Gedung A), Kemdikbud. Perhelatan ini dibuka untuk umum dan bebas biaya.

*dsy/GNI