FORUM MEJA BUNDAR ANTAR-PEMERINTAH

0
700

Bali – Senin (25/11) rangkaian acara di hari pertama World Culture Forum dilanjutkan dengan Intergovernmental Round Table Forum yang menampilkan delegasi-delegasi baik dari luar negeri maupun Indonesia, di antaranya adalah Dr. Chung Utak dari APCEIU, Mr. Gael de Guichen dari ICCROM, Dr. Seong-Yong Park dari ICHCAP, Dr. Rana Amirtahmasebi dari World Bank, Mr. Wend Wendland dari WIPO, Mr. Yang Zhi dari DG CRIHAP, serta Ibu Bernardia Irawati dari UCLG dengan moderator Mr. Francesco Bandarin dari UNESCO.

Dr. Utak membuka forum dengan paparannya mengenai proyek-proyek kebudayaan yang telah dilakukan oleh APCEIU, yaitu di antaranya pelatihan para guru, pertukaran guru, kuliah umum fotografi, dan beberapa terbitan yang berbau kebudayaan. Beliau menekankan bahwa dengan kebudayaan yang diiringi dengan edukasi adalah kunci menuju pembangunan yang berkelanjutan.

Mr. Guichen dalam paparannya mempertanyakan warisan budaya benda yang seringkali tidak diperhitungkan sebagai sumber daya dalam program pembangunan yang berkelanjutan. “Dibutuhkan kerja sama antara praktisi profesional, politikus, media massa, dan masyarakat jika ingin proyek pembangunan berhasil”, tambah beliau.

Di lain pihak, Dr. Park memaparkan usulan untuk menggalakkan pembangunan berkelanjutan dan keberagaman budaya yaitu dengan cara memperkuat jaringan kerja dan berbagi informasi. “Kita perlu menempatkan warisan budaya di konteks pembangunan dan fokus pada penghapusan kemiskinan,” pesan Dr. Amirtahmasebi. Ekspresi kebudayaan tradisional (traditional culture expression) adalah fokus dari paparan berikutnya oleh Dr. Wendland.

Gaung tema World Culture Forum 2013, kebudayaan dalam pembangunan berkelanjutan disuarakan kembali baik oleh Mr. Yang Zhi maupun oleh Ibu Bernadia. Kedua tokoh menekankan bahwa kebudayaan sudah ada dalam agenda organisasi masing-masing, seperti konvensi-konvensi untuk melestarikan warisan budaya tak benda dan Agenda 21, proyek dari UCLG.