Uemak Potong Jang

0
1264

Uemak Potong Jang atau Rumah Tradisional Rejang asli dapat dikatakan sudah punah. “Umeak” berarti rumah, “Potong” berarti buatan, dan “Jang” maksudnya Rejang. Jadi, Umeak Potong Jang = rumah buatan rejang. Rumah ini juga biasa disebut Umeak-An, rumah yang kuno/lama. Menurut orang tua yang masih ingat detail rumah asli ini, rumah yang masih ada sekarang sudah dipengaruhi oleh potongan Meranjat (suku bangsa yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan). Perbedaan rumah asli dan yang dipengaruhi Meranjat terletak pada bubungan. Umeak Potong Jang memiliki bubungan melintang, sehingga tritisan atap/ cucuran menghadap ke depan dan belakang. Sedangkan yang dipengaruhi Meranjat, memiliki bubungan membujur sehingga tritisan menghadap ke samping. Umeak Potong Jang memiliki bubungan jembatan dengan teblayeaa (pelayaran) di kiri dan kanan. Atap depan dan belakang makin menurun.

Suatu hal yang jelas, keberadaan umeak jang dalam kehidupan masyarakat Rejang tidak terlepas dari kebutuhan alamiah manusia akan tempat bernaung. agar dapat aman dari gangguan binatang dan terik matahari serta hujan. Untuk itu, leluhur orang Rejang dahulunya telah mendesain bentuk rumahnya sedemikian rupa sesuai dengan kondisi, kemampuan dan pola fikir mereka tentang rumah yang baik menurut. Dengan kata lain, pembuatan umeak jang sesungguhnya merupakan aplikasi dari cita rasa masyarakat Rejang tentang tempat tinggal dan cara beradaptasi dengan lingkungan, fisik maupun sosialnya.

Dilihat dari arsitektur rumah tradisionalnya yang berupa rumah panggung menunjukkan kesamaan dengan rumah masyarakat lain di Sumatera dan Kalimantan. Sebagaimana umumnya rumah di suku-suku di Sumatera, rumah tradisional Rejang (umeak jang) bertipologi rumah panggung atau lantainya ditinggikan dari tanah. Dibandingkan dengan rumah limas Palembang, rumah Rejang (umeak jang) mempunyai tiang yang lebih tinggi. Hal yang terakhir ini, dibuktikan dengan fakta bahwa rumah Rejang sekarang ini yang ditandai dengan berendo (ruang tamu) yang berada di depan, padahal rumah asli Rejang dicirikan dengan tangga dan berendo yang terletak di belakang.

Rumah tradisional Rejang memiliki ukiran atau ragam hias khas yang menggambarkan budaya masyarakatnya yang pada umumnya bermotifkan flora, fauna dan alam. Ukiran atau hiasan bermotifkan fauna seperti, cerbong kewer, tanjak berkele, kembang delapan, kacang keliling, dan sisit nanas (Hanafi, 1985 ; 43). Ragam hias rumah Rejang ada juga yang menggambarkan fauna atau hewan, seperti ular melilit akar, sekea begatung dan selipang mas.

Ragam hias yang bermotifkan alam yang digunakan hanya satu yakni yang diberi nama dengan awan-awan yang mengandung arti perhiasan dan keindahan. Pembuatan ragam hias itu adalah dengan jalan melukisnya pertama kali, lalu kemudian diukir dengan menggunakan pahat, pisau serta gergaji kecil. Pekerjaan itu dilakukan oleh orang yang ahli tentang itu, yang biasanya juga seorang tukang yang disebut “tukang kawan’.