TUTI SOENARDI, BERJUANG UNTUK PANGAN SEHAT

0
753

Pada usia yang sudah 80 tahun, ahli gizi lulusan Akademi Gizi Bogor tahun 1959 ini begitu antusias jika membicarakan masalah gizi dan kuliner. Selain bidang gizi, Tuti juga menekuni bidang kuliner. Ia juga sangat bersemangat jika diundang sebagai pembicara dalam seminar gizi baik di tingkat daerah, nasional, maupun internasional.
Untuk berbagi ilmu, Tuti Soenardi tidak pelit. Di tengah kesibukannya sebagai ahli gizi dan kuliner, Tuti yang pernah bekerja sebagai ahli gizi di beberapa rumah sakit pemerintah dan swasta ini, tetap mengajar di Akademi Gizi almamaternya sejak 1962 sampai sekarang. Dalam kesibukannya memberikan konsultasi gizi untuk umum, Tuti juga melayani katering khusus bagi penderita gangguan kesehatan, serta aktif di organisasi profesi Persatuan Ahli Gizi Indonesia.
Seni kuliner dipelajarinya secara otodidak berdasarkan pengalaman bertahun-tahun dan secara formal di berbagai sekolah khusus seni kuliner di mancanegara, antara lain di Cordon Bleu, Town Gas Center, Hongkong dan UFM Cooking School, Bangkok.

Tuti berhasil menyatukan seni kuliner dan pengetahuan gizi menjadi berbagai kreasi resep makanan yang telah ia susun dalam banyak judul buku masakan. Selain itu, Tuti juga mengadakan kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah dan swasta dalam penyelenggaraan seminar dan demo memasak di berbagai kota, serta menjadi pelatih gizi kuliner untuk berbagai rumah sakit di Indonesia.

Karena membidangi masalah gizi, kuliner, dan pangan, maka muncullah berbagai gagasan. Salah satu yang ia gagas adalah perlunya Lembaga Pangan di Indonesia, untuk menjaga supaya masyarakat tidak kekurangan pangan. Lembaga ini bisa dibentuk bersama oleh Kementerian Pertanian, Perdagangan, Perindustrian, dan Kesehatan. “Semua itu kalau tidak ada dukungan pemerintah ya tidak bisa jalan,“ ujar Tuti Soenardi sambil menguraikan usulannya tentang Lembaga Pangan.
Tuti Soenardi juga mengharapkan agar pemerintah meningkatkan mutu makanan di rumah-rumah sakit. Menurut Tuti, kedua gagasan tersebut bertujuan meningkatkan pangan masyarakat.

Saat ini Tuti juga sedang melakukan pembaruan di bidang pangan. Makanan lokal yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia dijadikannya makanan yang lebih sehat, tetap bergizi, dan dalam bentuk baru, seperti sagu diolah menjadi ketupat atau lontong. Dengan cara seperti itu, sagu telah menjadi makanan baru dan lebih banyak masyarakat yang menyantapnya. Dengan cara seperti itu pula, Indonesia tidak bakal kekurangan makanan. Lagi-lagi ini perlu dukungan dari pemerintah.