Thompson HS, Pelestari Opera Batak

0
1567

Penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Pelestari 2016. Thompson Hs lahir di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 12 September 1968. Pendidikan formalnya ditempuh di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Aktif berteater sejak masih duduk di bangku kuliah. Ketertarikannya untuk kembali menghidupkan Opera Batak berawal pada tahun 2002, ketika ia menjalin komunikasi dengan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL). Saat itu ATL menggagas program revitalisasi tradisi lisan Nusantara. Perwakilan ATL di Sumatera Utara, antropolog Prof Robert Sibarani dan ahli linguistik Prof Ahmad Samin Siregar (alm), kemudian mengajaknya untuk menghidupkan kembali Opera Batak.

Bersama ATL, Thompson memulai proyek revitalisasi Opera Batak dengan mengajari 20 pemuda di Taruntung, Tapanuli Utara, tentang seni peran hingga disiplin akting. Mereka juga diajari musik khas Opera Batak. Dari sinilah terbentuk Grup Opera Silindung (GOS). Inilah kelompok Opera Batak pertama sejak kematiannya pada tahun 1980-an. Selama kurun waktu 2002-2004, GOS telah menampilkan pertunjukan Opera Batak di berbagai tempat. Mulai dari kampung warga Batak Toba di Tarutung, Sipaholon, Laguboti, hingga Pematangsiantar, lalu ke Jakarta. GOS menjadi grup percontohan upaya menghidupkan tradisi lisan.

new-picture-2Upaya Thompson menghidupkan kembali Opera Batak kemudian berlanjut pada tahun 2005, saat sastrawan Sitor Situmorang, Barbara Brouwe, dan Lena Simanjuntak menerima ide mendirikan Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) dengan menawarkan pentas ulang Opera Batak Pulo Batu. Awal operasional PLOt terutama memberikan fasilitas tempat latihan, manajemen, pelatihan, kerja sama produksi, dan motivasi penggalian budaya.

Tahun 2008, dokumentasi pertunjukasn PLOt dijadikan sebagai salah satu bahan pameran di Apeldoorn, Belanda, selama satu tahun. Di PLOt, Thompson aktif memberi pelatihan Opera Batak kepada generasi kedua GOS. PLOt juga menghubungi para pemain lama Opera Batak di Pematangsiantar dan Simalungun. Pada akhir tahun 2005, PLOt kerap mendapatkan kesempatan untuk pentas dari Badan Informasi dan Komunikasi Provinsi Sumatera Utara, di antaranya untuk menyosialisasikan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Balige. Selain itu PLOt juga sering di undang pentas oleh para calon kepala daerah di sekitar Tapanuli guna menarik massa dalam pilkada. Sebagai direktur artistik PLOt, Thompson merancang beragam produksi dan pelatihan bagi generasi muda dari 10 kota dan kabupaten. Pelatihan tersebut dibiayai oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Keberhasilan PLOt tersebut lalu menarik minat banyak pemerintah daerah di sekitar Danau Toba.

new-picture-1Tahun 2011 Thomson mementaskan lakon “Opera Danau Toba” dengan menggunakan teknologi multimedia. Ini dalam upaya  mengemas sebuah pertunjukan Opera Batak  dengan kemasan kekinian. Strategi untuk menghidupkan Opera Batak di Sumatera Utara adalah perlu dibangunnya Gedung Opera Batak. Itu rekomendasi yang diajukan ke pemerintah, mengingat  saat ini sudah ada  kurang lebih 10 grup Opera Batak di setiap kabupatennya.

Ia menerjemahkan karya Umar Kayam ke bahasa Batak Toba, Pulo Batu karya Sitor Situmorang ke dalam bahasa Indonesia, dan Perempuan di Pinggir Danau karya Lena Simanjutak ke dalam bahasa Batak. Selain tertarik untuk menyuradarai pementasan, obsesinya menjadi penulis belum surut. Selain berperan sebagai narator, Thompson diminta untuk menjadi konsultan sutradara “Perempuan Di Pinggir Danau” sejak pertunjukan 2013 di enam kota di Indonesia dan dua kota di Jerman.

Berkat keterlibatannya dalam program revitalisasi Opera Batak, Thompson mengaku bisa belajar lagi tentang budaya Batak dan dapat mengenal kembali tradisi  masyarakat Batak. Sejak menjadi direktur artistik di PLOt aktivitas kepenyairannya mulai berkurang. Jejak kepenyairannya dapat dilihat dalam 20 antologi bersama, selain beberapa cerpen. Kini ia mencatat berbagai hal di PLOt, termasuk teks dan naskah untuk pengembangan Opera Batak.new-picture-3THOMPSON HS

Lahir    : Tarutung, 12 September 1968

Pendidikan :

  • Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Penghargaan :

  • Anugerah Kebudayaan 2016 untuk Kategori (tolong diisi; penulisnya tdk menyertakan) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  • Sejumlah piagam penghargaan, di antaranya dari Disbudpar Tobasa (2015); Piagam Mimbar Teater Indonesia (2010), Piagam dari Dinas Budpar Sumatera Utara (2005), dan Piagam dari Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (2001)