Seni Topeng Madura

0
4077

Pada abad ke-20, setelah kerajaan-kerajaan mulai hilang dari bmi Madura, topeng Dalang kembali menjadi kesenian rakyat dan mencapai puncak kesuburannya sampai menginjak tahun 1960-an, topeng Dalang mengalami masa surut, namun pada tahun 1970-an kembali mengalami kebangkitan. Topeng Dalang Madura memiliki kesamaan dengan topeng Malangan, karena kedua wilayah ini sama-sama pernah menjadi bagian dari kerajaan Singasari Adapun bentuk topeng yang dikembangkan di Madura, berbeda dengan topeng yang ada di Jawa, Sunda, dan Bali.

Topeng Madura terdiri atas dua jenis, pertama berukuran seluas telapak tangan, dan yang kedua berukuran lebih besar. Bentuk topeng Madura tidak sepenuhnya bisa menutupi wajah penari, terutama dagu, sehingga gerak dagu tidak dapat disembunyikan. Hal ini memberikan efek estetik tersendiri.

Adapun penggambaran karakter pada topeng Dalang selain Nampak pada bentuk muka juga dengan tampak pada pemilihan warna. Untuk tokoh-tokoh berjiwa bersih dan suka berterus terang digunakan warna putih. Sedangkan warna merah, digunakan untuk tokoh-tokoh tenang dan penuh kasih saying, hitam untuk tokoh yang memiliki sifat arif bijaksana dan bersih dari nafsu duniawi (semisal tokoh wayang Krisna). Untuk penggambaran tokoh anggun dan berwibawa digunakan warna putih. Sedangkan warna merah, digunakan untuk tokoh-tokoh tenang dan penuh kasih saying, hitam untuk tokoh yang memiliki sifat arif bijaksana dan bersih dari nafsu duniawi. Untuk penggambaran tokoh anggun dan berwibawa digunakan warna kuning emas. Sedangkan pemarah, licik, dan sombong menggunakan warna kuning.

 

Ciri khas yang paling spesifik sekaligus unik dari tari topeng Dalang Madura adalah dipakainya gungseng di pergelangan kaki sang penari. Pemakaian giring-giring tersebut bukan hanya sekedar hiasan, namun bunyinya yang selalu terdengar tiap kali kaki penari bergerak merupakan alat bantu yang ekspresif sekaligus menjadi media komunikasi karena para penari tidak boleh berdialog sepatah kata pun. Hanya sang Dalang dan tokoh Semar saja yang dapat melakukan dialog. Lebih daripada itu, giring-giring dipergunakan sebagai kode perubahan gerakan dalam cerita.

 

 

-Jago Tarung Yogyakarta- Indonesian Mask: Touching the Hidden Spirit-

Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya