“Misteri Banteng Wulung”

0
6603

Pemenang Lomba Penulisan Cerita Rakyat 2015,
KATEGORI ANAK/REMAJA,
Penulis: Noni Saptawati.

Teman, tentu kalian suka bermain game, berselfie atau bersosial media
dengan gadget yang kalian punya, bukan? Kegiatan itu memang asyik dan
ampuh untuk mengusir rasa bosan yang bisa kapan saja menghampiri. Termasuk
saat menunggu lampu merah yang akan berganti hijau seperti sekarang ini.
Tapi jangan sampai kita mengabaikan orang tua yang sedang berbicara karena
gadget ya.
Dari dalam sebuah mobil tampak jelas olehku seorang ibu yang sedang
berbincang kepada anaknya. Mobil itu berada tepat di sebelah mobil bunda.
Tampaknya anak itu sebaya denganku, teman. Dia tidak membalas percakapan
ibunya. Jangankan membalas, melirik pun ia enggan. Dia sedang asyik bermain
game yang ada di gadgetnya dan menggoyang-goyangkannya ke kanan dan ke
kiri.
Lampu merah berganti hijau. Bunda kembali melajukan mobil. Perlahan
membawaku jauh dari pemandangan yang sudah sering aku lihat itu. Aku
jadi teringat cerita rakyat yang baru saja diceritakan oleh guruku tentang
Misteri Banteng Wulung. Di dalamnya ada si Raden Jaya Purnama yang pintar,
tampan dan berwawasan luas meskipun usianya masih muda. Raden selalu
mendengarkan nasihat ayahnya dan rajin membaca. Aku ingin seperti Raden,
teman.
“Dit, tadi belajar apa di sekolah?” tanya bunda yang membuyarkan
lamunanku.
Oh ya teman, namaku Muhammad Aditya. Teman-teman bisa memanggilku
Adit. Aku siswa kelas 4 Sekolah Dasar.
CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA 5
“Tadi Adit belajar Bahasa Indonesia, Bun. Ibu gurunya cerita tentang Misteri
Banteng Wulung. Katanya, itu cerita rakyat dari Jawa Barat. Bunda mau dengar
ceritanya?”
“Banteng Wulung? Bunda baru dengar tuh. Ceritain ke Bunda, dong.”
“Hehe ia Bun. Judulnya Misteri Banteng Wulung. Dalam cerita ini ada Raja
dari Kerajaan Sumberkarang yang adil dan bijaksana bernama Prabu Maesa
Gangga. Anaknya yang sakti mandraguna tapi tetap sederhana bernama Raden
Jaya Purnama, dan beberapa abdi setianya yang juga sakti seperti si kembar
Patih Jaya Santana dan Patih Jaya Santanu. Mereka semua hendak berburu
Banteng Wulung, Bun. Namun untuk mendapatkannya tidak mudah. Patih Jaya
Santana dan Raden Jaya Purnama sempat saling serang demi mempertahankan
Banteng Wulung. Bahkan saat banteng itu sudah didapat dan hendak diserahkan
ke Prabu Maesa Gangga, ia pun menghilang, Bun.”
“Wah, mungkin karena mereka berniat jahat kali Dit terhadap banteng itu.
Terus, bagaimana cara mereka mendapatkannya? Dan mengapa harus Banteng
Wulung? Seperti apa ya banteng itu? Hmm, pasti ceritanya seru kan, Dit?”
Teman, sepertinya bunda benar-benar ingin tahu nih cerita Misteri Banteng
Wulung. Tuh lihat, udah kayak wartawan kan nanyanya? Banyak banget hehe.
Semoga kalian juga ya. Oh ya, simpan dulu dong gadgetnya. Ok..
“Pada suatu waktu di Tanah Pasundan Bun, terdapat sebuah kerajaan
yang subur dan makmur,” aku memulai cerita dengan gerakan tangan seolaholah
menggambarkan kerajaan tersebut. “Segala yang ditanam akan tumbuh.
Ibaratnya, batu dan kayu yang ditanam pun dapat tumbuh dengan subur. Itulah
yang dapat menghidupi seluruh rakyat di Kerajaan Sumberkarang. Bahkan dapat
dikatakan bahwa kehidupan rakyat di kerajaan itu tidak ada yang di bawah garis
kemiskinan.
Selain karena tanahnya yang subur, Kerajaan Sumberkarang juga dipimpin
oleh seorang raja yang adil dan bijaksana, namanya Prabu Maesa Gangga. Jika
tidak adil dan jujur, kemakmuran hanya akan dinikmati oleh keluarga kerajaan
dan para pengikut setianya. Sementara rakyat akan hidup dalam kemiskinan dan
kesengsaraan. Karena itu, keadilan dan kejujuran petinggi kerajaan merupakan
kunci utama bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Dan itu semua harus
dimulai dari raja sebagai pucuk pimpinan kerajaan.
6 CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA
Karena dapat bersikap adil, jujur dan bijaksana, Sang Prabu dari Kerajaan
Sumberkarang sangat dihormati dan disegani oleh seluruh rakyat. Rasa hormat
yang tulus keluar dari dalam hati. Oleh karena itu, apapun yang diperintahkan
oleh Sang Prabu, seluruh rakyat akan mendukungnya dengan suka rela. Jarang
sekali ada rakyat yang melanggar peraturan kerajaan. Jika ada yang melanggar
atau berbuat salah, Sang Prabu akan memberikan hukuman sesuai dengan
kesalahannya. Sebaliknya, jika ada rakyat yang berjasa terhadap kerajaan, Sang
Prabu tidak segan-segan memberikan penghargaan. Dengan demikian, kerajaan
Sumberkarang pantas disebut sebagai kerajaan yang luhung, Bun..”
Teman, ada yang tahu tidak apa itu luhung? Guruku bilang, luhung itu adalah
makmur, sejahtera, dan jaya. Jadi Kerajaan Sumberkarang adalah kerajaan yang
makmur.
Pagi itu Prabu Maesa Gangga memanggil para bawahannya untuk
menghadap. Tidak seperti biasanya Sang Prabu memanggil para pejabat penting
kerajaan. Pasti ada sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan dan diketahui
oleh para pejabat tersebut. Jika hanya masalah kecil, patih kerajaanlah yang
biasanya dipanggil menghadap untuk dimintai pertimbangan. Ada peristiwa
apakah yang sesungguhnya sedang terjadi, teman?
Dua orang patih kerajaan, yakni Jaya Santana dan Jaya Santanu, telah
terlebih dahulu menghadap Sang Prabu. Disusul kemudian oleh para menteri,
tumenggung dan para senapati atau panglima perang. Mereka duduk bersila
berjajar di hadapan Sang Prabu. Sementara itu, Prabu Maesa Gangga duduk di
atas singgasana dengan anggun. Sorot matanya seakan hendak menyapu seisi
ruangan.
Prabu Maesa Gangga yang telah berusia setengah abad lebih itu menganggukangguk
puas. Tidak ada seorang pun yang diundang tidak hadir dalam ruangan
istana yang amat luas dan indah itu.
“Syukur kebahagiaan aku sampaikan kepada kalian semua,” demikian Sang
Prabu memulai pembicaraan dengan suara berwibawa. “Aku ucapkan terima
kasih karena kalian telah memenuhi panggilanku. Hal itu menandakan bahwa
kalian adalah para abdi yang setia dan menjunjung tinggi kehormatan Raja.”
“Daulat Gusti Prabu yang mulia. Sudah menjadi kewajiban kami untuk setia
dan melaksanakan perintah Sang Prabu. Jangankan hanya disuruh menghadap,
berperang melawan musuh yang sangat sakti pun kami siap melaksanakannya,”
CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA 7
kata Patih Jaya Santanu dan Jaya Santana secara bersamaan.
Prabu Maesa Gangga tersenyum melihat dan mendengar kesetiaan kedua
orang patihnya.
Nah teman, ini dia Patih Jaya Santana dan Patih Jaya Santanu yang
kusebutkan di awal tadi. Mereka adalah si kembar yang memiliki kesaktian luar
biasa dan berwawasan luas. Sebagai dua orang putra Patih Sepu yang sakti
mandraguna sekaligus memiliki ketajaman berpikir, keduanya telah mewarisi
ilmu yang dimiliki oleh orang tuanya. Karena itu, ketika Patih Sepuh meninggal
dunia, kedua saudara kembar itu diangkat secara bersama-sama sebagai patih
kerajaan. Hayo, siapa di antara teman yang memiliki saudara kembar ? Kalian
harus sakti mandraguna juga ya seperti Patih Jaya Santana dan Patih Jaya
Santanu itu, hehe.
“Adakah hal penting yang akan Gusti Prabu sampaikan kepada kami?”
tanya Patih Jaya Santana mewakili seluruh yang hadir dalam ruangan kerajaan
tersebut. Mereka juga ingin segera mengetahui hal penting apa yang akan
melibatkan mereka.
Teman, ternyata Prabu Maesa Gangga telah bermimpi. Mimpinya itu
bukanlah sembarang mimpi, bukan pula mimpi sebagai bunga tidur. Mimpi itu
adalah sebuah isyarat yang harus Prabu Maesa Gangga laksanakan agar Kerajaan
Sumberkarang tetap jaya hingga turun temurun. Dalam mimpi itu ia mendapat
petunjuk gaib dari para Dewata di langit, yaitu Kerajaan Sumberkarang harus
memiliki Banteng Wulung agar tetap jaya hingga turun-temurun.
“Banteng Wulung?”
Seluruh tamu yang datang heran. Bundaku juga keheranan loh teman!
Bagaimana tidak heran, Banteng Wulung adalah seekor sapi hutan yang seluruh
tubuhnya berbulu hitam. Mungkinkah banteng seperti itu ada di muka bumi ini?
Bagi mereka, keberadaan banteng tersebut hanya ada dalam dongeng. Konon
dalam dongeng tersebut, Banteng Wulung memiliki kesaktian yang luar biasa.
Kulit tubuhnya tidak mempan ditembus senjata tajam. Jika berlari, bagaikan
angin laut yang bertiup kencang. Jika marah, akan keluar semburan api yang
amat panas dari kedua hidungnya. Selain itu, banteng itu dapat pula mengerti
keinginan manusia. Itulah kehebatan Banteng Wulung yang mereka dengar
dari dongeng orang-orang tua. Dan sekarang, menurut petunjuk gaib dari para
Dewa, Prabu Maesa Gangga harus memiliki Banteng Wulung agar kejayaan
8 CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA
Kerajaan Sumberkarang tetap langgeng.
“Oh, jadi itu alasan kenapa mereka berburu Banteng Wulung?” tanya bunda.
“Ia, Bun. Banteng itu sekaligus menjadi lambang cita-cita tertinggi sebuah
kerajaan. Karena itu, banyak pula kerajaan lain yang ingin mendapatkannya,
Bun.”
Selanjutnya, Gusti Prabu mulai memikirkan siapa kira-kira yang akan sanggup
mendapatkan Banteng Wulung yang memiliki kesaktian luar biasa itu. Beberapa
bawahannya yang penuh abdi seperti si kembar Patih Jaya Santana dan Patih
Jaya Santanu, seorang senapati perang, mengajukan diri untuk melaksanakan
tugas mulia itu. Setelah beberapa pertimbangan, Gusti Prabu memutuskan
Patih Jaya Santanalah yang pantas untuk melaksanakannya.
Keesokan harinya, Patih Jaya Santana sudah bersiap mengarungi hutan dan
gunung bersama kuda kesayangannya guna mendapatkan Banteng Wulung.
“Singkat cerita Bun, hampir tujuh tahun Patih Jaya Santana telah menyusuri
hutan belantara, menuruni lembah dan menaiki bukit. Berjalan ke arah timur,
berbelok ke selatan, barat, dan utara. Hampir seluruh wilayah di luar Kerajaan
Sumberkarang telah dilewatinya. Namun, hingga sejauh itu belum ada tandatanda
Banteng Wulung segera ditemukan. Setiap orang yang ditanya hanya
tertawa heran. Mereka menganggap si penunggang kuda adalah orang yang
tidak waras. Masa, hewan di negeri dongeng ditanyakan keberadaannya?
Demikian pikir orang tersebut sambil menggeleng-gelengkan kepala.”
“Ialah, Dit. Kalau bunda ditanya oleh Patih Jaya Santana soal Banteng
Wulung, bunda pasti menggelengkan kepala juga. Banteng itu kan cuma ada di
dongeng.” Sambung bunda yang serius mendengarkan ceritaku.
“Ih, Bunda! Patih Jaya Santana juga gak mau tuh nanya Bunda, hihi. Patih Jaya
Santana yakin kalau banteng itu pasti ada bun. Oleh karena itu, ia tidak berputus
asa. Semangatnya masih membara. Ia bertekad untuk memilih dua, yakni
mendapatkan Banteng Wulung atau tidak kembali ke Kerajaan Sumberkarang.
Hingga pada suatu sore sampailah Patih Jaya Santana di sebuah gua di kaki bukit.
Patih Jaya Santana menghentikan langkah kaki tepat di depan mulut gua yang
tidak terlalu besar itu. Ia memutuskan untuk bersemedi, memohon petunjuk
Dewata guna mendapatkan Banteng Wulung.
Patih Jaya Santana melangkahkan kakinya ke arah batu besar di pojok gua.
CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA 9
Tempat yang baik untuk bersemedi, pikirnya. Karena itu ia segera duduk bersila
di atas batu tersebut. Semakin lama ia semakin larut dalam semedinya. Alam
di sekelilingnya dirasakan telah kosong. Perlahan-lahan ia memasuki alam
bawah sadar. Hingga tiba-tiba terdengar suara tanpa wujud bergulung-gulung
memenuhi gua.
“Wahai Raden Respati Cucuku, keinginanmu dikabulkan oleh Dewata.
Sekarang, bukalah matamu!”
Patih Jaya Santana terkejut mendengar suara tersebut. Antara sadar dan tidak,
perlahan-lahan matanya dibuka. Di depannya telah berdiri seorang kakek yang
berpakaian serba putih, rambut dan jenggotnya pun berwarna putih. Memberi
kewibawaan yang luar biasa. Seketika itu juga Patih Jaya Santana menjatuhkan
diri, memberi hormat kepada kakek renta bernama Empu Anggajali, seorang
kakek yang terkenal amat sakti.
“Salam hormat cucu kepada Eyang,” kata Patih Jaya Santana. “Sebelumnya
cucu mohon ampun karena telah lancang memanggil Eyang kemari. Cucu hampir
putus asa mencari Banteng Wulung yang diminta oleh Prabu Maesa Gangga.”
“Eyang telah mengerti keinginanmu, cucuku. Banteng Wulung yang cucu
cari sesungguhnya berada di Kerajaan Malwagiri. Tidak jauh dari sebelah
timur tempat ini. Yang menjadi raja adalah raksasa bernama Prabu Kalaboja.
Meskipun raksasa, Prabu Kalaboja sangat sabar. Ia juga senang bersemedi. Ia
sangat senang dengan orang-orang sakti yang berbudi luhur. Pergilah kesana
cucuku,” kata Eyang Empu Anggajali sambil menepuk-nepuk pundak Patih Jaya
Santana yang bersujud di depannya.
“Baik, Eyang. Cucu mohon doa restu.”
“Sebelum pergi ke sana, terimalah pemberianku ini,” kata Empu Anggajali
memberikan sebilah keris berwarna kehitaman. Keris itu memancarkan aura
yang mengerikan. Patih Jaya Santana ragu-ragu untuk menerimanya.
“Jangan takut, cucuku. Meskipun wujud keris sakti Curuk Aul ini mengerikan,
ia hanya mau bersama dengan orang yang berhati jujur. Ia akan menjadi senjata
ampuh untuk menyingkirkan kejahatan. Karena itu, melangkahlah terus di jalan
kebenaran, cucuku. Berhati-hatilah, semoga hidupmu akan sejahtera lahir dan
bathin.”
“Terima kasih atas kebaikan hati Eyang. Cucu akan mematuhi segala nasihat
10 CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA
Eyang. Sekali lagi, cucu mohon doa restu,” kata Patih Jaya Santana
Seketika Eyang Empu Anggajali telah hilang dari tempat itu.
Patih Jaya Santana langsung menuju ke Kerajaan Malwagiri. Tak lama ia tiba
di batas Kerajaan Malwagiri. Kerajaan yang megah dan sangat indah. Meskipun
berwujud raksasa, rakyat Kerajaan Malwagiri bersikap ramah. Jauh dari rasa
permusuhan dengan para pendatang. Patih Jaya Santana sangat kagum
dan berkata dalam hati, “Jika pemimpin kerajaan adalah seorang bijaksana,
rakyatnya pun akan bersikap sama. Kehidupan rakyat di kerajaan juga aman dan
sejahtera.”
Di dalam Kerajaan Malwagiri Prabu Kalaboja telah mengetahui kedatangan
Patih Jaya Santana dan menyuruh bawahannya untuk menyambutnya. Dan
seperti biasa, ia selalu menguji kesaktian tamu-tamunya. Terlebih, kedatangan
Patih Jaya Santana adalah untuk mengambil hewan piaraannya, Banteng
Wulung. Tentu tak sembarang orang bisa mendapatkannya. Hanya orang sakti
dan berbudi luhurlah yang berhak memilikinya. Prabu Kalaboja adalah raja
raksasa. Fisiknya memang menakutkan. Badannya tinggi dan besar. Rambutnya
gimbal. Taringnya seperti gading gajah. Akan tetapi, Prabu Kalaboja berhati
bersih, jujur, adil, sabar dan bijaksana. Selain pandai mengatur kerajaan, Prabu
Kalaboja juga seorang ahli peperangan yang sakti mandraguna.
Setibanya di Kerajaan Malwagiri, Patih Jaya Santana dijamu dengan berbagai
hidangan lezat. Bermacam-macam buah tersedia di atas meja besar. Perut
Patih Jaya Santana yang memang telah lapar mengeluarkan suara berkeruyuk.
Meskipun merasa lapar, Patih Jaya Santana hanya mengambil makan dengan
porsi sekadarnya. Sedangkan Prabu Kalaboja menghabiskan hampir separoh
hidangan tersebut. Sungguh sangat sesuai dengan namanya, “Kala” berarti
raksasa dan “Boja” berarti makanan.
Usai makan, Prabu Kalaboja membiarkan Patih Jaya Santana beristirahat.
Setelahnya ia mengajak Patih Jaya Santana untuk bertarung. Prabu Kalaboja
berjanji untuk memberikan Banteng Wulung jika Patih Jaya memenangkan
pertarungan. Pertarungan itu sangat sengit dan berlangsung cukup lama.
Mengingat keduanya memiliki kekuatan yang sama hebat.
Angin besar berputaran seperti badai di laut yang menghempas bukit-bukit
karang. Angin itu kini saling melibas dan melontarkan. Tubuh Patih Jaya Santana
yang kecil dengan lincah berkelit ke sana ke mari menghindari terjangan
CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA 11
Prabu Kalaboja. Namun sambil menghindari serangan, Patih Jaya Santana
menyerangkan pukulan-pukulan berbahaya.
Pertarungan itu dimenangkan oleh Patih Jaya Santana. Prabu Kalaboja
pun menyadari bahwa selain berbudi luhur, Patih Jaya Santana juga memiliki
kesaktian yang luar biasa. Sesuai janjinya, Prabu Kalaboja memberikan hewan
piaraannya yaitu Banteng Wulung kepada Patih Jaya Santana.
“Nah, Tuan Patih. Inilah Banteng Wulung yang sedang Tuan cari. Silakan
bawa Banteng Wulung kesayanganku ini pada Prabu Maesa Gangga. Peliharalah
dengan baik, seperti halnya memelihara anak sendiri” pesan Prabu Kalaboja.
“Terima kasih atas kebaikan hati Gusti Prabu. Pesan Gusti Prabu akan
hamba laksanakan sebaik-baiknya,” ujar Patih Jaya Santana sambil menyembah
Prabu Kalaboja. Ia benar-benar lega karena Banteng Wulung yang dicari telah
ditemukan.
Keesokan harinya Patih Jaya Santana meninggalkan Kerajaan Malwagiri
dengan membawa Banteng Wulung yang ia masukkan ke dalam kotak ajaib
kecil. Saat dalam perjalanan pulang, Patih Jaya Santana sempat beberapa kali
beristirahat sambil membiarkan Banteng Wulung merumput. Ia berjumpa
Raden Jaya Purnama, putra Prabu Maesa Gangga yang juga sedang mencari
banteng impian ayahnya itu.
“Nah, saat inilah Patih Jaya Santana dan Raden Jaya Purnama saling serang
demi mempertahankan Banteng Wulung itu, Bun.”
“Loh kok bisa, Dit? Padahal kan mereka sama-sama mencari Banteng Wulung
untuk Kerajaan Sumberkarang?”
“Jadi gini, Bun, Raden Jaya Purnama adalah seorang pemuda yang haus
ilmu. Ilmu apa saja dipelajarinya. Hampir setiap malam ia tekun membaca.
Tidak mengherankan jika Raden Jaya Purnama yang masih remaja memiliki ilmu
pengetahuan yang luas. Meskipun begitu, Prabu Maesa Gangga menginginkan
agar putranya berguru pada Eyang Resi Begawan Grendana. Selain mendapatkan
ilmu kesaktian, ia juga mendapatkan ilmu kebatinan, agar kelak saat Raden Jaya
Purnama dinobatkan menjadi raja, Kerajaan Sumberkarang akan semakin adil
dan makmur. Apalagi jika Banteng Wulung berhasil didapatkan.
Raden Jaya Purnama menuruti keinginan sang ayah. Ia berguru pada Eyang
Resi Begawan Grendana selama lima tahun. Selama itu, ia mendapat berbagai
12 CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA
ilmu silat tingkat tinggi, dan ilmu kebatinan. Dengan ilmu tersebut, jiwa dan
batin Raden Jaya Purnama diolah hingga memiliki kepekaan yang luar biasa.
Perilakunya juga semakin santun, seperti halnya ilmu padi yang semakin berisi
semakin merunduk. Sehingga meskipun memiliki ilmu kesaktian hebat, tidak
terbesit sedikitpun kesombongan dalam hatinya.
“Raden,” demikian ucap Eyang Resi Begawan pada suatu malam. Wajah tua
yang memancarkan wibawa luar biasa tampak serius memandang Raden Jaya
Purnama yang duduk tertunduk di depannya.
“Abdi, Eyang,” jawab Raden Jaya Purnama singkat.
“Ilmu Eyang telah kutumpahkan seluruhnya kepada Raden. Tidak hanya
ilmu silat dan kesaktian, tetapi juga ilmu kebatinan. Karena itu, Eyang merasa
bahwa Raden telah cukup untuk berguru pada Eyang. Ilmu yang Raden miliki
telah sedemikian tinggi. Tetapi sebelum meninggalkan pertapaan, ingatlah
pesan yang akan Eyang sampaikan, Raden”
“Apapun pesan Eyang, abdi akan taati.”
“Ingatlah Raden bahwa di atas langit masih ada langit. Artinya, setinggi
apapun ilmu yang kita miliki, masih ada dan masih banyak orang lain yang
berilmu lebih tinggi dari kita. Oleh sebab itu Raden, sikap untuk selalu merendah
dan tidak merasa lebih hebat dari orang lain wajib Raden camkan dalam hati.
Jika hal ini Raden laksanakan, Eyang sangat yakin jika kelak Raden menjadi raja,
rakyat akan hidup adil dan makmur.”
“Iya Eyang. Pesan Eyang akan senantiasa abdi ingat dan abdi ukir dalam hati
selama abdi masih bernyawa.”
Pada kesempatan itu Bun, Raden Jaya Purnama juga mengungkapkan bahwa
dirinya telah mendapat petunjuk dari Dewata untuk mencari Banteng Wulung.
Eyang yang mengetahui keberadaan Banteng itu memberitahunya pada Raden
Jaya Purnama, yaitu di Kerajaan Malwagiri. Tanpa berlama-lama Raden pergi
ke kerajaan itu dengan berbekal ilmu dan pesan tambahan agar Raden Jaya
Purnama pandai mengambil hati Prabu Kalaboja, karena Banteng Wulung
adalah hewan piaraan kesayangannya.”
“Oh bunda bisa tebak. Pasti karena Banteng Wulungnya sudah ada di tangan
Patih Jaya Santana ya ? Raden Jaya Purnama kan belum tahu. Apalagi Raden Jaya
Purnama sudah lama tidak bertemu dengan Patih Jaya Santana. Mereka tidak
CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA 13
saling kenal, malah saling serang. Iya kan, Dit ?” bunda memotong ceritaku.
Teman, bunda benar loh. Bunda pinter ya.
Jadi gini teman, sewaktu dalam perjalanan menuju Kerajaan Malwagiri,
Raden Jaya Purnama melihat seorang penggembala lembu dan kuda tengah
duduk dibawah pohon besar. Betapa terkejutnya hati Raden Jaya Purnama
pada saat melihat lembu yang digembalakannya itu. Banteng berwarna hitam
legam. Ya, Banteng Wulung! Tapi benarkah lembu hitam berbadan besar itu
benar-benar Banteng Wulung yang dicarinya? Bukankah Banteng Wulung
adalah binatang piaraan Prabu Kalaboja? Untuk menjawab pertanyaan yang
menggelitik hatinya, Raden Jaya Purnama mendekati penggembala itu.
“Maaf, ki sanak,” sapa Raden Jaya Purnama dengan ramah.
Penggembala yang berewokan itu menoleh pada pemuda yang menyapanya.
“Benarkah lembu hitam itu.. Banteng Wulung?” tanya Raden Jaya Purnama
dengan ragu.
Mendengar ada orang asing yang menanyakan Banteng Wulung,
penggembala yang tak lain adalah Patih Jaya Santana itu terkejut. Ia tak ingin
orang lain mengambil banteng itu.
Seperti yang bunda bilang tadi teman, karena sudah lama tidak bertemu, Jadi
Patih Jaya Santana dan Raden Jaya Purnama tidak saling kenal. Padahal mereka
adalah saudara se kerajaan. Dan mereka sama-sama ingin menyerahkan Banteng
Wulung pada Prabu Maesa Gangga. Patih Jaya Santana terlalu berwaspada pada
orang yang menanyakan banteng itu. Raden Jaya Purnama juga mengira bahwa
penggembala itu adalah pencuri Banteng Wulung. Karena menurut Eyang
Resi Begawan Grendana, banteng itu hanya ada di Kerajaan Malwagiri. Jadi
Raden ingin menyelamatkan banteng itu. Akhirnya mereka bertarung. Mereka
yang memiliki kesaktian yang sama mengeluarkan seluruh kekuatan untuk
mendapatkan banteng itu. Hingga sebuah tendangan melingkar dari Raden
Jaya Purnama tepat mengenai lambung Patih Jaya Santana. Ia terpelanting dan
terguling di atas tanah. Dengan mulut mengeluarkan darah, Patih Jaya Santana
mencoba berdiri tegak sambil mengeluarkan keris pemberian Eyang Empu
Anggajali yaitu Keris Curuk Aul. Ia benar-benar akan mempertaruhkan nyawa
demi mempertahankan Banteng Wulung itu, teman!
“Ki sanak, jangan berbangga diri dulu karena dapat mengalahkanku. Aku,
14 CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA
Patih Jaya Santana dari Kerajaan Sumberkarang yang besar, akan…”
Belum sempat Patih Jaya Santana meneruskan kata-katanya, pemuda sakti
itu telah berlari menubruknya. Patih Jaya Santana terkejut. Ia mengira pemuda
itu akan menyerangnya.
“Paman!” teriak pemuda gagah perkasa tersebut. “Ah ternyata ini Paman
Jaya Santana. Maafkan aku yang tidak mengenali paman. Sudah lama kita tidak
berjumpa sejak kepergian paman mencari Banteng Wulung.”
Patih Jaya Santana sangat terkejut dan menanyakan asal usul pemuda itu.
Setelah itu barulah ia sadar bahwa lawannya barusan Raden Jaya Purnama,
putra kerajaan yang dijunjungnya. Selanjutnya mereka saling bercerita, bertukar
pangalaman. Raden Jaya Purnama mengagumi perjuangan Patih Jaya Santana
yang telah berusaha dengan gigih selama tujuh tahun untuk mendapatkan
Banteng Wulung. Begitu juga Patih Jaya Santana yang mengakui kesaktian ilmu
Raden Jaya Purnama yang sedemikian tinggi.
“Ohh, untung saja Patih Jaya Santana selamat ya, Dit. Bunda cemas
mendengarnya,” ujar bunda yang begitu serius mendengar ceritaku sambil
menyetir mobil.
Aku jadi malu teman. Terkadang aku tidak seserius itu ketika bunda
menasihatiku agar aku tidak berlama-lama bermain gadget, karena bisa
berakibat buruk, teman.
Dalam pembicaraan itu, Patih Jaya Santana memberi tahu Raden Jaya
Purnama bahwa ada satu sayembara untuk memperebutkan putri Kerajaan Giri
Kencana. Kerajaan Giri Kencana adalah sebuah kerajaan besar yang dipimpin
oleh seorang raja yang adil dan bijaksana bernama Prabu Komara Alam. Raden
Jaya Purnama tertarik untuk mengikuti sayembara itu. Sang paman merasa
gembira. Ia ingin Putra Mahkota yang tampan dan gagah itu segera memiliki
jodoh. Kini jodoh itu sudah berada di depan mata. Ia sangat yakin bahwa Raden
Jaya Purnama yang sakti dapat memenangkan sayembara itu.
“Bun, Bunda tahu gak apa yang menjadi syarat dari sayembara itu?”
“Bunda ya ndak tahu toh Dit. Kamu kan belum menyelesaikan ceritamu?
“Hehe. Ia ya, Bun. Jadi syaratnya itu adalah selain seorang pemuda sakti,
pemuda itu juga harus mendapatkan Banteng Wulung, Bun.”
CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA 15
“Loh, jadi kalau Raden Jaya Purnama ikut sayembara, bagaimana dengan
Prabu Maesa Gangga? Bukannya banteng itu harus diserahkan ke Prabu Maesa
Gangga ya, ayah Raden Jaya Purnama ?
“Bantengnya cuma jadi syarat doang kok, Bun. Bukan harus diserahkan ke
Dewi Lengkaya ataupun Kerajaan Giri Kencana. Jadi, gak masalah. Kemudian,
pemenang sayembara itu adalah Raden Jaya Purnama. Banyak banget tuh
Bun yang mengikuti sayembara itu. Mengingat Dewi Lengkaya, Putri Kerajaan
Giri Kencana memiliki paras yang sangat cantik. Jadi mereka berlomba-lomba
untuk mendapatkan Sang Dewi. Mereka gak tahu aja kalau Banteng Wulungnya
sudah ada di tangan Raden Jaya Purnama. Tapi Raden Jaya Purnama tetap
rendah hati, Bun. Dengan pakaian yang sederhana ia mengikuti sayembara
itu. Kesederhanaan itulah yang membuat Dewi Lengkaya jatuh hati pada sang
pangeran. Sebelumnya banyak orang yang meremehkan kamampuan Raden
Jaya Purnama. Karena mereka pikir Raden Jaya Purnama hanyalah seorang
pemuda dusun yang tidak memiliki kemampuan sedikitpun, Bun.”
“Wah, mereka juga gak tahu kan Dit, kalau Raden Jaya Purnama itu adalah
putra Kerajaan Sumberkarang yang besar. Makanya Dit, kita tidak boleh menilai
atau meremehkan orang hanya dengan melihat penampilannya saja. Siapa tahu
orang itu memiliki kemampuan yang lebih dari kita kan ? Terus, bagaimana
cerita selanjutnya, Dit?”
“Iya, Bun. Raden Jaya Purnama mengamalkan pesan yang disampaikan oleh
Eyang Resi Begawan Grendana bahwa ia harus selalu rendah hati. Selanjutnya
Raden Jaya Purnama dan Dewi Lengkaya menikah. Pesta pernikahan pun digelar
di Kerajaan Giri Kencana. Pesta itu dihadiri oleh anggota Kerajaan Sumberkarang.
Ada Prabu Maesa Gangga bersama Permaisuri, Patih Jaya Santana dan Patih Jaya
Santanu, juga para abdinya yang lain. Nah, pada saat itu datanglah pasukan yang
dipimpin oleh Raja Jonggring, Bun. Raja Jonggring adalah raja yang sombong
dan kejam. Segala keinginannya harus terlaksana meskipun harus dengan jalan
kekerasan. Raja Jonggring kalah dalam sayembara itu, Bun, tapi dia menyukai
Dewi Lengkaya, dan berniat untuk merebut paksa Dewi Lengkaya.”
“Hah, merebut paksa bagaimana, Dit? Duh Bunda takut nih. Serem banget
ceritanya.”
“Haha ia Bun. Jadi sewaktu pesta pernikahan Dewi Lengkaya dan Raden
Jaya Purnama digelar, Raja Jonggring dan pasukannya datang menyerang
16 CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA
untuk menghancurkan pesta itu dan merebut paksa Dewi Lengkaya. Pasukan
dari Kerajaan Sumberkarang dan Giri Kencana dikerahkan untuk melawan Raja
Jonggring dan pasukannya. Di atas seekor kuda yang besar, Raja Jonggring
mengamuk. Pedangnya yang tajam terayun-ayun memakan puluhan korban
jiwa. Tampak wajahnya merah karena diguyur amarah. Ia benar-banar ingin
menumpas habis pasukan Giri Kencana dan Sumberkarang, Bun. Di tengah
hiruk-pikuk pertempuran itu, muncul seekor Banteng Wulung mengamuk
bagaikan banteng terluka. Sepakan dan terjangan kedua kaki belakang serta
serudukannya melemparkan siapa saja yang berada di dekatnya. Hebatnya,
banteng itu mengetahui siapa lawan dan siapa kawan. Ia tidak melukai pasukan
Giri Kencana dan Sumberkarang. Pasukan Raja Jonggring pun banyak yang
tewas. Kemudian Raden Jaya Purnama memperingatkan Raja Jonggring untuk
menyerah dan bersahabat dengannya. Tapi Raja Jonggring yang sombong
menolaknya, Bun. Ia malah semakin marah dan menghajar Raden Jaya Purnama.
Raden Jaya Purnama dengan mudah menghindari serangan lawan yang sudah
tidak terkontrol itu. Hingga pada suatu saat pukulan jarak jauh dari Raden
Jaya Purnama tepat mengenai ulu hati Raja Jonggring. Raja yang sombong itu
terbanting dan roboh. Dari mulutnya keluar darah segar. Seketika itu juga Raja
Jonggring tewas di tangan Raden Jaya Purnama.
Nah, setelah pertempuran itu berakhir dan Raden Jaya Purnama akan
kembali ke Kerajaan Sumberkarang, tiba-tiba terdengar suara gaib dari Banteng
Wulung, Bun. “Wahai Raden Jaya Purnama, aku tidak dapat megikutimu dalam
wujudku yang sekarang. Tapi percayalah, aku akan selalu menjaga Kerajaan
Sumberkarang dari segala bahaya yang mengancam. Karena itu kalian tidak
perlu merisaukan diriku.””
“Oh, berarti benar dong ya petunjuk dari mimpi Prabu Maesa Gangga waktu
itu. Banteng itu akan memberikan kejayaan turun-temurun kepada Kerajaan
Sumberkarang.” Bunda menyambung ceritaku sambil mengangguk-anggukkan
kepala.
“Iya Bun. Dan mereka siap untuk menapaki masa depan yang lebih cerah
dengan mendapatkan dukungan Banteng Wulung.” Aku menutup cerita
bertepatan dengan sampainya kami di rumah.
“Bun, maafin Adit ya. Terkadang Adit gak dengerin Bunda kalau Bunda
sedang bicara. Adit malah asyik main gadget. Mulai sekarang Adit janji akan
CERITA RAKYAT KATEGORI ANAK/REMAJA 17
mendengarkan semua nasihat Bunda dan rajin belajar. Adit ingin seperti
Raden Jaya Purnama, Bun. Pintar, berwawasan luas, tampan lagi. Masa, Cuma
tampannya doang yang sama Bun.”
“Huu.. dasar kamu! Iya Bunda maafin. Tapi ingat, rajin belajar! Gunakan
gadget yang bunda kasih ke kamu untuk belajar ya. Misalnya membaca lebih
banyak lagi cerita-cerita rakyat Indonesia di internet. Dan ingat juga, tetap
harus memperhatikan orang yang sedang berbicara dengan kita, siapa pun itu.
Kalau kamu sedang main gadget, letak dulu tuh gadgetnya. Itulah salah satu
cara kita menghargai orang lain. Dengan begitu, kamu pasti bisa seperti Raden
Jaya Purnama sepenuhnya.”
“Siap Bunda..!”