Kue Sengkulun

0
4827

Kisah rakyat Betawi mengatakan kue sengkulun lahir pada tahun 1513-1514 dan merupakan persembahan kepada raja pakuan. Tahun 1521 ketika masuknya Portugis dalam wilayah Malaka, masih ada rakyat di wilayah Batavia yang memihak kepada Raja Tanjung Jaya yang menjadi kerajaan Sunda Padjajaran. Kerajaan ini berada diwilayah pelabuhan Sunda Kelapa dan sekarang menjadi Jayakarta. Sengkulun hadir karena hulun-hulun yang mengabdi kepada kerajaan sunda kelapa karena bauan-bauannya merupakan simbol kepada keraton Padjajaran. Sengkulun lahir menjadi kue yang dipersembahkan oleh rakyat kepada keraton (Kulun). Sengkulun menjadi kue yang diartikan secara filosofis sebagai kesetiaan dan persembahan kepada raja pakuan. Konon kabarnya nama sengkulun secara filosofis diambil dari pemahaman Sang Kulun (keraton).

Kekayaan alam yang berlimpah dan pola hidup masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pengolahan sumber daya alam, berpengaruh kepada penciptaan citra kuliner Betawi yang kaya rasa dan nutrisi. Mereka mampu menciptakan berbagai resep unik dari bahan-bahan yang tumbuh di lingkungannya. Kuliner Betawi juga mempunyai karakter khusus pada pengolahannya.

Kue ini telah langka dan kurang diketahui oleh masyarakat Betawi, terutama anak muda. Namun kue ini sejak dahulu telah dikenal sebagai kudapan dan merupakan kue persembahan bagi orang-orang yang dituakan atau pembesar pada saat dulu. Kue ini memiliki kedudukan yang dipandang tinggi saat dahulu, Karena hanya dibuat dan diperuntukan kepada orang-orang yang dihormati atau memiliki kedudukan tiggi dimasyarakat. Hal ini juga diperkuat dengan pembuatan kue yang hanya dilakukan pada upacara-upacara besar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Diketahui pula bahwa pengadaan kue ini terdapat pada upacara pernikahan Betawi pada saat hantaran juga terdapat di acara khusus seperti lebaran haji dan lebaran Idul Fitri. Bahkan diketahui pula bahwa kue ini juga terdapat di upacara sedekah bumi. di Jakarta Timur. Hal ini diketahui Karena kue ini dijumpai setiap tahun, masyarakat melakukan tradisi sedekah bumi atau baritan itu dan kue Sengkulun selalu muncul. Upacara Sedekah Bumi merupakan upacara berterima kasih kepada Dewi Sri yang diadakan di bulan haji sebagai kue persembahan.

Kue ini menjadi tradisi untuk Idul Fitri dan Idul Adha yang dimana keberadaan kue ini menjadi simbol untuk saling merekatkan satu sama lain didalam keluarga pada waktu Idul Fitri dan Idul Adha dimana para sanak saudara berkumpul. Ini juga ditandai dengan pembagian sajian kepada tetangga dan saudara untuk memperekat keakraban. Jadi kue Sengkulun yang berbahan dasar tepung beras ketan bisa memiliki makna, penyajiannya digunakan untuk merekatkan hubungan baik pasangan suami istri maupun hubungan sanak keluarga.

Kue ini diawali oleh ketersediaan hasil beras ketan yang banyak maka orang Betawi yang mendapatkan pengaruh melayu dan etnis tionghoa dari melihat mereka membuat kue keranjang maka di ciptakanlah kue sengkulun ini dengan ditujukan kepada orang yang dituakan. Kue ini terbentuk karena sering melihat etnis tionghoa dalam membuat kue keranjang namun dipermudah dalam pembuatan kue ini. Kue sengkulun pada jaman dulu memang digunakan sebagai hantaran bagi orang yang dituakan atau dianggap penggede di wilayahnya yang dimana di berikan pada acara lamaran maupun lebaran Idul Fitri. Kue ini memiliki filosofi yang sangat berhubungan dengan ketan yaitu lengket yang dimana pemberian kue ini di acara lamaran atau pun ketika lebaran yang dapat memberikan arti bahwa kue yang lengket ini dapat membuat eratnya hubungan antara suami istri ataupun merekatkan hubungan antara sanak saudara di dalam keluarga.

Resep dan bahan membuat Kue Sengkulun,

–     Tepung Ketan yang baru

–     Sagu sebagian

–     Kelapa setengah tua

–     Garam

–     Gula merah dan daun pandan

Cara membuatnya :

–    Tepung ketan dan sagu dicampurkan gula dimasak bersama daun pandan .

–     Setelah gula dingin dicapurkan dengan tepung tersebut, lalu diaduk aduk sampai adonan menjadi satu atau encer, lalu dimasukan kedalam loyang persegi empat yang telah lebih dahulu dipoles dengan minyak kemudian dikukus sampai kue tersebut masak, untuk kemudian diangkat dan didinginkan , setelah dingin baru dipotong-potong menurut selera.

Untuk penyajiannya, setelah adonan dalam loyang mengeras, kemudian dipotong persegi seperti kue pada umumnya. Selanjutnya, potongan kue ditaburi parutan kelapa dan dipercantik dengan hiasan daun pandan. Rasanya gurih, dengan paduan garam dan parutan kelapa. Sengkulun sangat cocok disajikan pada petang hari dengan segelas teh atau kopi.

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900915

Nama Karya Budaya :Kue Sengkulun

Provinsi :DKI Jakarta

Domain :Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda