KARTONO YUDHOKUSUMO, Bapak Seni Lukis Dekoratif Modern Indonesia

0
15549

Penerima Gelar Tanda Kehormatan Presiden Kelas Satyalancana Kebudayaan 2016. Kartono Yudhokusumo lahir di Lubuk Pakam, Sumatera Utara, 18 Desember 1924, dan meninggal di Bandung pada 11 Juli 1957. Sejak usia tujuh tahun ia sudah menunjukkan bakat melukis pemandangan. Ia tumbuh dan dibesarkan oleh ayahnya, Marsudi Yudhokusumo,  pencinta seni rupa di Yogyakarta, dalam lingkungan yang sangat mendukung bakat sang anak.

Kartono Yudhokusumo menyelesaikan pendidikan SMA di Jakarta. Kartono Yudhokusumo piawai dalam memanfaatkan gaya dekoratif (ornamentasi) modern dalam karya-karyanya. Dia mempelajari seni lukis dari guru-guru seniman berkebangsaan Belanda dan Jepang yang tinggal di Indonesia pada masanya, antara lain  Willem F. M. Bosschaert, Rutgers, T. Akatsuka, Ernest Dezentje, Charles Sayers. Rudolf Bonnet pun sempat mengagumi karya Kartono Yudhokusumo,  dan menuliskan dalam ulasan apresiasinya yang dituangkan dalam bahasa Belanda. Kartono Yudhokusumo adalah salah satu artis lukis Indonesia pertama yang melukis dengan gaya dekoratif di akhir 1940-an.

new-picture-2Di masa mudanya, Kartono Yudhokusumo yang terus mengalir darah seninya dari seniman-seniman Belanda dan Jepang sudah tercatat sebagai pelukis profesional. Ia cukup dikenal ketika pada tahun 1943 menggelar pameran tunggal yang disponsori oleh Poetra (Poesat Tenaga Rakjat) dan memenangi sejumlah hadiah selama pendudukan Jepang. Tahun 1945 ia pindah domisili ke Yogyakarta, menikah dengan artis film “tempo doeloe”,  Nurnaningsih, dan dikarunia seorang putri: Karti Yudaningsih. Namun ia  mengakhiri pernikahannya di tahun 1952.

new-picture-1Semasa tinggal di Yogyakarta, Kartono Yudhokusumo sempat bergabung di Seniman Indonesia Muda (SIM), 1946-1948. Dari kecintaan dan dengan semangat hidup yang tinggi pada masa sulitnya, Kartono Yudhokusumo muda pernah berjualan kayu bakar dan arang bakar. Sebelum hijrah ke kota Bandung pada tahun 1951, Kartono—meski  tidak terlalu lama—sempat memimpin sanggar seniman di kota Madiun. Sementara di “Kota Kembang”,  Kartono tinggal dan berkarya, sekaligus mengepalai Sanggar Seniman di Jalan Siliwangi Nomor 11, Bandung, yang didirikan tahun 1952 oleh Jawatan Kebudayaaan, Kementerian Pendidikan. Ia sempat mendapat beasiswa dari Ford Foundation untuk memperdalam pengetahuan ke Amerika Serikat, yang keberangkatannya disponsori oleh Jawatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan. Akan tetapi, sebelum keberangkatannya ke AS, Kartono Yudhokusumo meninggal dunia pada 11 Juli 1957 akibat  kecelakaan saat mengendarai motor Harley Davidson. Indonesia pun kehilangan seorang pelukis hebat, pelukis serba bisa, yang rendah hati dan merakyat.

Kartono Yudhokusomo adalah salah satu anggota Seniman Indonesia Muda yang dalam lukisannya ada yang bertema revolusi kemerdekaan Indonesia. Tak salah bila Kartono Yudhokusomo dijuluki “Bapak Seni Lukis Dekoratif Modern Indonesia”. Beberapa  karyanya  dikoleksi oleh Presiden Sukarno, seperti ”Pertempuran di Pengok Yogjakarta “ dan “Rekreasi di Gunung Dieng”, yang kini ikut menghiasi dinding Istana. Ada juga lukisannya yang  menjadi koleksi Galeri Nasional  di Jakarta, seperti  “Anggrek” dan “Melukis di Taman”. Beberapa karya karya lukis  lainnya ada di komunitas orang asing berkebangsaan Skandinavia, Swedia, Yugoslavia, Jepang, Belanda, dan Negara Eropah Barat.

new-picture-3Sejarah telah mencatat usia pendek sang pelukis, yang meninggal di usia 33 tahun, tetapi karya-karyanya yang meliputi media cat minyak, cat air, tinta cina, conte, crayon dan pensil  sampai sekarang masih bisa dinikmati. Kini sebagian masih tersimpan baik dan dirawat oleh pihak cucu Kartono Yudhokusumo.

“Saya merasa bangga karena ayah saya menerima penghargaan ini. Hal ini yang membuat saya sedih. Seandainya beliau masih ada, beliau pasti bangga. Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah atas penghargaan ini,” kata Karti Yudaningsih, putri tunggal Kartono Yudhokusumo, terkait penghargaan yang berikan oleh Pemerintah RI kepada ayahnya.

Biodata

Nama: Kartono Yudhokusumo

Lahir  : Lubuk Pakam, 18 Desember 1924

Wafat : Bandung, 11 Juli 1953