Haji Hasan Mustafa

0
3416

Haji Hasan Mustafa adalah seorang Ulama Besar yang berasal dari daerah Cikajang, Garut, Jawa Barat.. Selain sebagai seorang ulama, beliau juga dikenal sebagai seorang sastrawan yang karya-karyanya selalu terkait dengan Agama Islam.

Pada sekitar 1885 di Garut timbul pertikaian paham antara golongan tua dengan kaum muda pembaharu yang cukup ramai, sehingga Penghulu Besar Haji Muhamad Musa mengirimkan orang untuk menjemput Haji Hasan Mustapa memenuhi panggilan itu, ia berhasil memadamkan pertikaian paham itu, lalu mendirikan pesantren di Sindangbarang, Garut.

Tahun 1893, ada lowongan jabatan penghulu besar di Aceh, Dr. Snouck membujuk Hasan Mustapa agar bersedia mengisi lowongan itu. Hasan Mustapa menerimanya dengan berbagai syarat di antaranya agar ia dipindahkan langsung ke Priangan segera setelah ada lowongan. Selama lebih kurang dua setengah tahun menjadi Penghulu Besar Aceh, Hasan Mustapa memberikan laporan-laporan itu, sekarang tersimpan di perpustakaan Universitas Kerajaan di Leiden, Belanda. Hasan Mustapa dianggap sebagai orang yang benar-benar ahli tentang adat-istiadat Sunda, sehingga kemudian ia diminta menulis buku tentang hal itu (Bab Adat-adat Urang Priangan jeung Sunda Lianna ti Eta [Bab adat-adat orang Priangan dan Sunda selain dari itu], Batavia, 1913).

Karya-Karyanya:
Pada sekitar tahun 1900, Beliau telah menulis lebih dari 10.000 bait Dangding (syair Sunda) yang mutunya dianggap sangat tinggi oleh para pengeritik sastra Sunda. Karya tersebut umumnya membahas masalah Suluk, terutama membahas hubungan antara hamba (kaula) dengan Tuhan (Gusti). Selain itu salah satu karyanya yang cukup fenomenal adalah Injazu’l-Wa’d, fi ithfa-I- r-Ra’d (membalas kontan sekalian membekap guntur menyambar) dalam bahasa Arab yang salah satu salinan naskahnya masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden.
Karya Beliau yang lain ada yang diterbitkan dalam bentuk buku yang dijual secara umum, stensilan, buku yang diterbitkan untuk kalangan terbatas saja, serta ada pula beberapa karyanya yang tidak dipublikasikan, diantara karya-karya tersebut adalah:
a. Karya yang dicetak dan dijual secara umum:
• Bab Adat-Adat Urang Sunda Jeung Priangan Liana ti Éta (1913), Essai tentang suku Sunda, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan Belanda (1977);
• Leutik Jadi Patélaan Adatna Jalma-Jalma di Pasundan(1916);
• Pakumpulan Atawa Susuratanana Antara Juragan Haji Hasan Mustafa Sareng Kyai Kurdi(1925);
• Buku Pengapungan (Hadis Mikraj, tahun 1928);
• Syekh Nurjaman (1958).
b. Buku untuk kalangan terbatas:
• Buku Pusaka Kanaga Wara,
• Pamalatén,
• Wawarisan,
• Kasauran Panungtungan.
c. Karya yang dicetak dalam bentuk stensilan:
• Petikan Qur’an Katut Abad Padikana (1937)
• Galaran Sasaka di Kaislaman (1937)
d. Karya yang tidak dipublikasikan:
• Aji Wiwitan (17 jilid) (1923-1930), disimpan oleh sekretarisnya dan diketik ulang pada tahun 1960
• Kasful Sarair fi Hakikati Aceh wa Fidir (Buku Rahasia Sebetulnya Aceh dan Fidi), naskah bebahasa Melayu yang sekarang disimpan di perpustakaan Leiden

Penghargaan:
Hadiah Seni dari Presiden Republik Indonesia secara anumerta pada tahun 1977