Augustin Sibarani.. Sang Seniman Sejati..

0
1538

AUGUSTIN  SIBARANI
AUGUSTIN SIBARANI

Ia lahir di Pematangsiantar, 20 Agustus 1945 dan meninggal di Depok (Jawa Barat), pada tanggal 19 Desember 2014. “Seniman Sejati” itulah julukan yang tepat diberikan kepada Augustin Sibarani, karena sikap idealis yang sangat tinggi dalam bidang seni, khususnya seni lukis dan karikatur.

Bakat dalam bidang seni sudah terlihat sejak kecil. Ia pandai menggambar sejak usia 10 tahun. Meski darah seninya mengalir dari sang ibu yang pandai menyanyi, mendongeng, mahir menyulam dan melukis motif ulos, namun sang ibu tidak mengharapkan Augustin Sibarani memiliki pendidikan seni lukis. Hal tersebut tidak menyurutkan tekadnya menjadi seniman, dan berkat kepiawaian dalam melukis ia menerima penghargaan Bintang Emas dari Asisten Residen Tichelman karena melukis Pangeran Willem Van Oranje. Bahkan Pemerintah Hindia Belanda pun pernah memberikan beasiswa kepadanya untuk belajar di Akademi Seni Rupa Belanda. Namun, karena situasi politik pada Perang Dunia II tahun 1940-an, ketika Jerman berhasil menduduki Negeri Belanda, maka kesempatan beasiswa tersebut tidak dapat terwujud.

Perjalanan berkesenian Augustin Sibarani bisa dikatakan penuh tantangan, khususnya tatkala ibunya minta agar ia tidak memperdalam pendidikan dalam bidang seni, tetapi lebih baik belajar di MIS (Middelbare Landouw Schoolatau Sekolah Menengah Pertanian) di Buitenzorg (Bogor). Sang ibu berharap anaknya dapat menjadi Ajunct Landbouw Consulent (wakil penyuluh pertanian) di perkebunan milik ayahnya seluas 300 hektar di Pariasan. Bulan April 1945 ia menyelesaikan pendidikannya, kemudian bekerja di perkebunan Merbuh, sebelah Selatan kota Semarang. Setelah itu menjadi karyawan di United States Information Service (USIS) Jakarta sebagai ilustrator. Menurut Sanggam Gorga Sibarani, anak pertama Sibarani, ayahnya juga pernah tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada masa tersebut.

Disela-sela aktivitas bekerja, Sibarani terus berkarya melukis dan pada umur 25 tahun Sibarani mencoba menggambar karikatur. Peristiwa tersebut diawali ketika suatu hari seorang teman, aktivis Partai Sosialis Indonesia, mengajak Sibarani menghadiri sidang Parlemen Indonesia di aula Hotel Des Indes. Ditengah kejenuhan mendengarkan pidato-pidato, Sibarani membuat coretan sketsa diatas kertas dan tanpa sengaja gambar tersebut tertangkap mata seorang wartawan, Del Bassa Pulungan dari koran Merdeka. Wartawan tersebut menantang Sibarani untuk membuat karikatur Mr. Mohammad Yamin dan beberapa politisi. Gaya karikatur Sibarani yang lucu dan menggambarkan situasi politik saat itu akhirnya dimuat di halaman surat kabar Merdeka dan sejak itu Sibarani seakan menemukan sisi lain dari dunia seni, yaitu dunia karikatur.

Profesi sebagai penggambar karikatur selain memberi tambahan penghasilan juga memiliki kepuasan tersendiri karena dapat menyalurkan kritik sosial. Akhirnya ia memutuskan menjadi karikaturis lepas untuk banyak surat kabar pada masa itu, seperti Kader, Gelanggang Masyarakat, dan Pewarta Djakarta. Sejalan dengan karya-karya karikatur yang dihasilkan Sibarani, maka pada awal tahun 1953 ia menerbitkan tiga buku kartun untuk anak-anak, yaitu Si Kasmin Pergi ke Kota, Musik Si Beber, dan Rumah Si Bolang. Buku-buku itu diterbitkan oleh sehabatnya (sepasang suami istri), yaitu Alex Sutantio dan Lily (putri mantan Perdana Menteri RI PertamaSutan Syahrir).Tak lama setelah itu, ia berkenalan dengan seorang Belanda, pemilik toko buku dan sekaligus penerbit, yang kemudian ia biasa panggil sebagai “Tuan Gotfried” saja. Tuan Gotfried mengagumi ketiga bukunya, sebab laku dibeli anak-anak gedongan, dan menawarinya menerbitkan buku baru, dengan konsep yang berbeda agar tidak berkesan melakukan plagiat. Buku kumpulan gambar lelucon berikutnya, yang ia kumpulkan dari majalah Aneka, terbit dengan judul Senyum, Kasih, Senyum. Karya-karya karikaturnya pada era 50-an hingga awal 70-an tersebar di sejumlah penerbitan dan sering menjadi perbincangan orang.

Pilihan Sibarani sebagai kartunis juga tak bisa dilepaskan dari peran Presiden Soekarno yang memberi dukungan serta motivasi kepada SIbarani. Pertemuan pertamanyadengan Soekarno terjadi ketika Sibarani diundang ke Istana Negara dan orang pertama yang disalami Soekarno adalah dirinya, seraya mengucapkan selamat menempuh hidup baru kepada Sibarani yang kala itu baru saja melangsungkan pernikahan dengan Sanibar Tobing atau “Sani”. Pada perjumpaan tersebut Soekarno memuji karya-karya Sibarani dan sebagai pengagum Soekarno tentu saja pujian tersebut sangat membesarkan hati, terlebih Soekarno berharap Sibarani dapat sejajar dengan David Low, seorang kartunis dunia terkenal pada zamannya.