Akhudiat, Pelopor Pembaru Teater

0
2486

Penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru 2016. Akhudiat (1946-70) adalah pelopor teater di Surabaya, terutama  pada tahun 1970-an,karena gaya penulisannya yang berbeda dengan yang ada pada masa tersebut. Karya teaternya yang berjudul “RE”, misalnya, tidak menampilkan dialog, melainkan hanya berupa matriks dan tabel.

Kepeloporan Akhudiat tidak hanya pada gaya penulisan naskah yang tidak konvensional, tetapi dalam pementasan-pementasan teaternya—bersama Bengkel Muda Surabaya—ia meninggalkan panggung prosenium yang sampai tahu 1970-an masih berlaku. Panggung prosenium itu adalah konsep panggung yang dibuat  dalam latar belakang seperti suasana dalam rumah dengan segala perabotannya.  “Seperti panggung Srimulat,” katanya.

Menurut dia, panggung seperti itu sangat tidak imajinatif, kurang liar, dan terlalu diatur. Ia tidak mau begitu. Bersama Bengkel Muda Surabaya, ia  menghadirkan panggung lain, yaitu panggung kosong. “Dunia panggung itu dunia imajiner,” tegas Akhdiat yang mengaku sangat bahagia bisa mendapatkan Anugerah Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaharu tahun 2016.

“Dari dulu saya memang tidak suka yang konvensional. Saya selalu mencoba yang baru. Saya bermimpi suatu saat saya bisa bermain teater di jalanan di Jakarta,” ujarnya berapi-api.

new-picture-1Ia mengatakan, bangsa ini butuh teater. “Dari teater saya menemukan nilai gotong royong yang ada dalam masyarakat kita,” paparnya. Ia menjelaskan, dalam berteater, hanya sepuluh persen butuh imajinasi, sisanya harus bekerja keras. Dalam berteater, orang harus kerja keras dan penuh disiplin.

Pada tahun 1970-an,  ia sering memenangi lomba penulisan naskah drama, baik yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta maupun Dewan Kesenian Surabaya. Tiga kali ia menjuarai penulisan naskah drama/teater  yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta, yakni naskah drama “Grafito” (1972),  “Rumah Tak Beratap Rumah Tak Berasap dan Langit Deka dan Langit Sehat” (1974), serta naskah “Bui” (1975).

Sementara  naskah dramanya “RE” menjadi pemenang ketiga  lomba penulisan naskah sandiwara Indonesia yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta tahun 1977. “Belum ada kelompok teater yang mau mementaskannya,” terangnya.

Atas prestasinya tersebut, dosen di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatika dan dosen luar biasa pada Fakultas Adab UIN Sunan Ampel, Surabaya, ini mendapat beasiswa untuk International Writing Program di IowaUniversity, Amerika Serikat (1975).

new-picture-2Selain drama, ia juga menulis cerpen dan puisi.  Cerpennya “New York Sesudah Tengah Malam” telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “New York After Midnight”. Buku puisinya bertajuk Pohon Bernyanyi.  Ia juga aktif dalam menerjemahkan karya-karya sastra dari negara lain, seperti “Fred” karya Sherwood Anderson, yang kemudian diubah dengan judul  Kematian di Dalam Hutan.

BIODATA AKHUDIAT

Lahir: Banyuwangi, 5 Mei 1946

Alamat: Jalan Gayungan PTT 51-E, Surabaya

PENGHARGAAN

  • 2016: Anugerah Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaharu
  • 1975: Juara Lomba Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk naskah Bui
  • 1974: Juara Lomba Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk naskah Rumah Tak Beratap Rumah Tak Berasap dan Langit Dekat dan Langit Sehat
  • 1973: Juara II Lomba Penulisan Puisi Dewan Kesenian Surabaya (DKS) untuk puisi “Gerbong-gerbong Tua Pasar Senen”
  • 1972: Juara Lomba Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk naskah Grafito

KARYA

Drama dan Monolog:

  • Dewa Mabuk (2008)
  • Memo Putih (2000)
  • Suminten dan Kang Lajim (1982)
  • Putih dan Hitam (1978)
  • Re (1977)
  • Bui (1975)
  • Jaka Tarub (1974)
  • Rumah Tak Beratap Rumah Tak Berasap dan Langit Dekat dan Langit Sehat (1974)
  • Grafito (1972)

Kumpulan Sajak dan Cerpen:

  • New York Sesudah Tengah Malam (1994)
  • Mencari Air dalam Air (1983)
  • Gerbong-gerbong Tua Pasar Senen (1973)